Banyak dari pengusaha yang beranggapan lokasi adalah segalanya. Tetapi dogma itu tidak berlaku untuk usaha skala kecil satu ini. Batik Aini Indah yang berlokasi di Jl. Jeruk Purut No. 31 RT 04/03 Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta ini tetap kebanjiran pelanggan. Bahkan pelanggannya bukan hanya orang-orang lokal tetapi kaum ekspatriat yang menyempatkan diri berkunjung ke Indonesia.



Sulyatin, sang pemilik, mengatakan dirinya pernah memindahkan lokasi usaha ke sebuah toko yang berada di dekat jalan raya, tetapi toh masih tidak memajukan usahanya. Tak banyak orang berkunjung. Justru saat ia berjualan di rumah yang letaknya di dalam gang dan jauh dari jalan besar, ia malah menangguk untung.

Apa rahasia Sulyatin menjaring konsumen untuk berkunjung meski lokasi usahanya dianggap banyak orang tidak strategis sama sekali? Resepnya hanya satu: rajin mengikuti event-event pameran, bazaar, dan sejenisnya. Dan event itu tidak hanya yang diadakan di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.


Sulyatin membuat produknya lebih eksklusif dan berbeda. Produknya dijual dengan garansi. Dengan demikian, konsumen akan terkesan karena kebanyakan produk berkualitas-lah yang diberi garansi.


Dari sisi legalitas, usaha Sulyatin juga sudah terdaftar sehingga konsumen menjadi lebih percaya. Usaha batik nya ini sudah terdaftar di Departemen Perdagangan sejak tahun 1996.


Untuk menarik konsumen, produk-produk nya juga sangat beragam. Misalnya, dari taplak meja, seprai, syal sutra, sarung bantal, boneka, dan kemeja. Semuanya berbahan dasar batik asli Indonesia.


Kecerdasan dalam marketing juga ditunjukkan Sulyatin dengan mengemas produk batik menurut event-event khusus seperti hari libur atau musim liburan, misalnya Natal. Ia juga mendesain secara khusus produk batik untuk memenuhi selera konsumen seperti batik dengan nuansa Jawa modern yang lebih dinamis dan menyala atau tema internasional yang tanpa pakem khusus.


Batik Aini Indah menjadi contoh bagaimana sebuah usaha kecil Indonesia memanfaatkan potensi dalam produk kultural lokal sembari tetap menambahkan berbagai unsur inovasi di dalamnya. Karena dengan inovasi itulah, produk warisan budaya menjadi lebih kontemporer dan diterima konsumen. (*Akhlis)

Sumber: eCiputra