Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gielien2122Avatar border
TS
gielien2122
Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya
Palangkaraya, Impian yang Terlupakan

Maaf kalau emoticon-Repost kalau bisa emoticon-Rate 5 Star + emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Ngacir2 emoticon-Ngacir2

Spoiler for mungkin no repost:


SEJAK lama Jakarta sudah dianggap tak layak sebagai pusat pemerintahan. Pilihan tempat sebagai pengganti pun ditetapkan. Inilah potret dua kota yang dipersiapkan sebagai ibukota di masa kolonial dan Orde Lama, yang karena sejumlah alasan gagal di tengah jalan.

Bandung

GAGASAN ini bermula dari studi tentang kesehatan kota-kota pantai di Pulau Jawa oleh Hendrik Freek Tillema, seorang ahli kesehatan Belanda yang bertugas di Semarang. Tillema suka menyebut dirinya “insinyur kesehatan dan kebersihan”. Hasil studi itu menyimpulkan: “Kota-kota pelabuhan di pantai Jawa yang tak sehat menyebabkan orang tidak pernah memilih sebagai kedudukan kantor pemerintah, kantor pusat niaga dan industri, pusat pendidikan, dan sebagainya.”

Umumnya kota-kota pelabuhan hawanya panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Hawa tak nyaman membuat orang cepat lelah, semangat kerja menurun. Tak terkecuali Batavia, kota pelabuhan itu kurang memenuhi syarat sebagai “pusat pemerintahan” ibukota Hindia Belanda, tulis H.F. Tillema, seperti dikutip Haryanto Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Rekomendasinya: kota Bandung sebagai ibukota (pusat pemerintahan) yang baru.

Usul Tillema kepada Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921) untuk memindahkan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung mulai dilaksanakan pada 1920. Pengusaha swasta menyambut gagasan ini dengan memindahkan kantor pusat dagang mereka. Meneer Steeflanda, pemilik Oliefabrieken Insulinde, tercatat sebagai pengusaha pertama yang memindahkan kantor pusatnya. Kemudian diikuti Tentara Bala Keselamatan (Leger des Heils), instansi pemerintah seperti Jawatan Kereta Api Negara, Dinas Pekerjaan Umum, Jawatan Metrologi, Jawatan Geologi, Departemen Perdagangan, Kantor Keuangan, Kementerian Peperangan, dan sebagainya. Yang belum sempat pindah: Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan dan Pengajaran, dan Volksraad.

Pembangunan juga dilakukan untuk melengkapi infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan untuk sebuah pusat pemerintahan. Membangun museum, penambahan tenaga listrik, pembukaan jalur penerbangan udara, membuka hubungan “Radio Telepon”, dan sebagainya. Malang, malaise keburu tiba. Rancana pemindahan pusat pemerintahan dihentikan.

Usai Indonesia merdeka, Bandung menjadi salah satu calon ibukota negara. Tapi ia akhirnya hanya dikenal sebagai “ibukota Asia-Afrika” karena menjadi tempat Konferensi Asia-Afrika pada 1955. Kini, Bandung tak masuk deretan kota yang akan dijadikan calon ibukota. Sama seperti Jakarta, Bandung juga sudah terlalu padat. Dan lagi... sebagian menjadi lautan cai alias banjir.


Palangkaraya

IDE ini datang setelah Sukarno mengunjungi sejumlah kota di dunia. Pada 1956, ia pun membuat masterplan pengembangan kota Jakarta. Tapi ia punya pikiran lain. Sejak merdeka, pemerintah belum menetapkan Jakarta sebagai ibukota negara, meski sudah dipakai pusat pemerintah atas dasar faktor sejarah. Jakarta sendiri adalah sebuah kota yang sudah jadi, terbentuk, terlalu penuh dengan simbol-simbol kolonial. Ide itu terlalu sulit diterapkan. Selain itu, sejak merdeka, pemerintah juga belum pernah membangun kota sendiri; semuanya peninggalan kolonial.


Palangkaraya, Impian yang Terlupakan

Jadikanlah Kota Palangka Raya sebagai Modal dan Model…
“Jangan Membangun Bangunan Di sepanjang Tepi Sungai Kahayan,
Dan Lahan di Sepanjang Tepi Sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut..”
(Soekarno, 1957)



Mengapa Palangkaraya?
Ada beberapa pertimbangan Soekarno. Pertama Kalimantan adalah pulau terbesar di Indonesia dan letaknya di tengah-tengah gugus pulau Indonesia. Kedua menghilangkan sentralistik Jawa. Selain itu, pembangunan di Jakarta dan Jawa adalah konsep peninggalan Belanda. Soekarno ingin membangun sebuah ibu kota dengan konsepnya sendiri. Bukan peninggalan penjajah, tapi sesuatu yang orisinil.

"Jadikanlah Kota Palangkaraya sebagai modal dan model," ujar Soekarno saat pertama kali menancapkan tonggak pembangunan kota ini 17 Juli 1957.
Satu hal lagi, seperti Jakarta yang punya Ciliwung, Palangkaraya juga punya punya sungai Kahayan. Soekarno ingin memadukan konsep transportasi sungai dan jalan raya, seperti di negara-negara lain. Soekarno juga ingin Kahayan secantik sungai-sungai di Eropa. Di mana warga dapat bersantai dan menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.

"Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," kata Soekarno.

Untuk mewujudkan ide itu Soekarno bekerjasama dengan Uni Soviet. Para insinyur dari Rusia pun didatangkan untuk membangun jalan raya di lahan gambut. Pembangunan ini berjalan dengan baik. Tapi seiiring dengan terpuruknya perekonomian Indonesia di awal 60an, pembangunan Palangkaraya terhambat. Puncaknya pasca 1965, Soekarno dilengserkan. Soeharto tak ingin melanjutkan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan. Jawa kembali jadi sentral semua segi kehidupan.

Kini Jakarta makin semrawut, sementara pembangunan di Palangkaraya berjalan lambat. Hampir tak ada tanda kota ini pernah akan menjadi ibukota RI yang megah, hanya sebuah monumen berdiri menjadi pengingat Soekarno pernah punya mimpi besar memindahkan ibukota ke Palangkaraya.

Spoiler for monumen soekarno:


Spoiler for monumen soekarno:



Monumen Soekarno


Mengapa batal menjadi ibukota NKRI?
Menurut sejarah pembangunan kota Jakarta yang resmi menjadi ibukota pada tahun 1964, masterplan pendahuluan Jakarta dibuat tahun 1956 yang mana masterplan ini diilhami oleh ide-ide Sukarno dari hasil keliling dunianya ke India, USA, Kanada, Rusia, Italia, Jerman, Swiss, dan Cina. Akan tetapi, karena struktur kota Jakarta telah terbentuk, ide-ide Sukarno tersebut tidak maksimal dapat diimplementasikan (Wijanarka, 2006).
Pada saat itu, masyarakat (Kalimantan Tengah) menginginkan terbentuknya Provinsi Kalimantan Tengah yang mana pada akhirnya rencana Ibukota Kalimantan Tengah (Palangkaraya) menjadi kesempatan emas bagi Sukarno dalam menuangkan ide-idenya. Berdasarkan pengalamannya keliling dunia dan beberapa kota di Indonesia, pada akhirnya desain Kota Palangkaraya yang diciptakannya dipersiapkan juga untuk ibukota RI (Wijanarka, 2006).
Batalnya Palangkaraya menjadi ibukota RI disebabkan oleh sulitnya pengadaan bahan bangunan dan medan yang masih sangat sulit menuju kota Palangkaraya (saat pembangunan tahun 1957-1959), ditambah lagi tiga aspek (Wijanarka, 2006) yaitu:

Keberadaan sejarah kota Jakarta yang sudah terbentuk komposisinya oleh pemerintah kolonial akhirnya memaksa Soekarno untuk meneruskan program-program pembangunan seperti Jakarta by Pass, Jalan Tanjung Priok-Cililitan, Jalan Cawang, Lapangan Terbang Kemayoran, Jembatan Semanggi, Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional.
Desakan para duta besar negara sahabat, Mungkin, saat peletakan tiang pancang Kota Palangkaraya, Sukarno juga mempromosikan calon ibukota RI kepada dua duta besar Negara adidaya Rusia (DA Zukov) dan Amerika (Hugh Cumming Jr) yang pada waktu itu oleh Sukarno diajak ke Palangkaraya. Mungkin pula dengan mengalami beratnya medan perjalanan ke Palangkaraya saat itu, dan mungkin adanya hasil evaluasi Sukarno tahun 1959 yang menunjukkan sulitnya pengadaan bahan bangunan dalam proses pembangunan Kota Palangkaraya, kedua duta besar yang saat itu sangat berpengaruh terhadap dunia mendesak Sukarno untuk memilih Jakarta sebagai Ibukota RI.
Agenda RI tentang even-even internasional. Ambisi sukarno yaitu mempromosikan RI keluar negeri seperti Asian Games (1962), Ganefo dan Konferensi Wartawan Asia Afrika, maka dari itu dibangun Gelora Bung Karno, Bundaran HI, dan gedung DPR/MPR.

Palangkaraya cenderung berada pada letak yang berada di tengah-tengah wilayah RI. Dalam sejarahnya, berawal dari pemancangan tiang pancang untuk pembangunan kota, maka Sukarno sudah membentuk sumbu kota yang berfungsi sebagai prinsip dasar desain kota. Menurut arah mata angin, dari titik tiang pancang, sumbu ini mengarah ke barat daya dan timur laut. Kearah timur laut, sumbu ini berakhir di Sungai Kahayan, sedangkan kea rah barat daya, sumbu ini berakhir di Jakarta. Adanya konsep ini menunjukkan bahwa Palangkaraya termasuk cosmic city*, yaitu kota yang mengintrepetasi kepercayaan dan atau daya alam. Kini sumbu tersebut terkoneksi erat antara Sungai Kahayan- Tiang Pancang – Bangunan istana – Yos Sudarso – Jakarta (Wijanarka, 2006)

Mimpi Sukarno itu diulas oleh Wijarnaka dalam Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya. Tapi mimpi Sukarno tak terwujud.
“Walaupun pada akhirnya desain kota awal tak terealisasi secara maksimal, kini dalam desain kota Palangkaraya telah ditinggali elemen dasar desain untuk ibukota negara yang merupakan kreasi Sukarno,” ujar Wijanarka, dosen Jurusan Arsitektur Universitas Palangkaraya dalam Kronik, media Unika Soegijopranoto, 15 April 2005.

Kota Palangkaraya adalah tonggak sejarah pembangunan kota di Indonesia. Tapi, kini Palangkaraya hanyalah sebuah ibukota provinsi yang sepi, gelap, dan tak bergairah karena kekurangan pasokan listrik




Diubah oleh gielien2122 24-05-2013 18:13
0
14.7K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.