- Beranda
- The Lounge
13 pasukan PBB di tebus dengan 3 ribu muslim
...
TS
manan.
13 pasukan PBB di tebus dengan 3 ribu muslim
Spoiler for pertama:
mohon jangan
Spoiler for sejarah:
Pembantai di Srebrenica terjadi setelah pihak PBB melucuti senjata kaum Muslim dan membiarkan Serbia memasukinya
Pagi menjelang siang 12 Juli 1995, seorang saksi melihat tumpukan sekitar 20-30 mayat diterlantarkan di belakang Gedung Transportasi di Potocari. Saksi lain pukul 12 siang melihat tentara Serbia merobek leher seorang bocah kecil dengan pisau di hadapan kerumunan Muslim Bosnia. Ia juga menyaksikan pembantaian lebih dari seratus pria Muslim Bosnia di sebuah area di belakang pabrik seng.
Seorang petugas medis pasukan PBB asal Belanda bercerita. “Kami melihat dua tentara Serbia, salah satunya berdiri berjaga-jaga dan satunya berbaring tanpa celana di atas tubuh seorang gadis. Kami melihat gadis itu terbaring di tanah, beralaskan semacam kasur. Ada darah di kasur itu, dan tubuh gadis itu juga berlumuran darah. Kakinya lebam-lebam. Darah mengalir turun dari sela-sela kakinya.”
Kisah tragis itu memenuhi ratusan halaman keputusan Mahkamah Kejahatan Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) dalam persidangan Radislav Krstic, Wakil Komandan Korps Drina dari VRS (Vojska Republike Srpske), pasukan Serbia di Bosnia. Krstic orang pertama yang disidang dalam pengadilan kejahatan perang di ICTY, Den Haag.
Fotografer dokumenter profesional Nina Berman masih ingat cerita pilu yang didengarnya dari wanita Bosniak (sebutan untuk etnis Muslim Bosnia), yang ia temui tahun 1992, saat melihat foto-foto lama mereka. “Para wanita dan gadis dirudapaksa dalam Perang Bosnia. Itu artinya mereka secara personal, diserang, disakiti, ditakut-takuti dan dihinakan tanpa sebab, secara brutal dan sadis, semata-mata karena mereka perempuan dan Muslim,” tulis Berman dalam artikelnya berjudul “Systematic Rape of Women in the Bosnian Genocide”.
Almira Bektovic seorang gadis Muslim Bosnia yang dilahirkan di Mostar tahun 1980. Pasukan Serbia menyerbu desa tempat tinggal keluarganya di Foca dan membawa ayahnya pergi pada Juni 1992. Sejak itu sang ayah tidak pernah terlihat lagi. Almira dan ibunya digiring dan ditahan di sebuah gedung olahraga bersama ratusan perempuan Bosniak tua dan muda. Mereka dibiarkan kelaparan tanpa makan dan minum.
Pertengahan Agustus 1992 Almira dibawa ke rumah “Karaman” oleh Radovan Stankovic. Dia dijadikan pembantu serdadu Serbia bersama banyak gadis lainnya selama sepuluh hari.
Kemudian pada pertengahan September 1992, bus-bus deportasi membawa ratusan wanita Muslim dari gedung olahraga tempat Almira dan ibunya disekap. Di tengah perjalanan bus yang ditumpangi Almira dihentikan dekat Jembatan Drina. Seorang utusan Stankovic merenggut Almira dari tangan ibunya.
Almira berteriak berontak, “Jangan bawa saya. Saya baru berumur 12 tahun!” Ibunya memohon, “Kembalikan anakku!” sambil menangis hingga pingsan.
Seorang saksi hidup melihat Almira di rumah Karaman bercerita. Gadis kecil itu direnggut keperawanannya oleh tentara Serbia dan dipaksa melayani keganasan seksual mereka secara bergantian. Penderitaannya di Karaman berlangsung selama tiga bulan. Almira tidak hanya diperbudak di tempat itu, ia dibawa berkeliling ke banyak tempat lainnya.
Lebih dari 20.000 perempuan Muslim tua dan muda dirudapaksa secara sistematis oleh orang-orang Serbia, baik militer maupun Chetnik (paramiliter Serbia) selama 1992-1995.
Ketika lagu Mars Drina kebanggaan para Chetnik dikumandangkan lewat pengeras suara di masjid-masjid, kepedihan tak tertahankan segera terbayang di benak wanita Muslim Bosnia. Lagu itu menjadi pembuka tanda pemerkosaan massal dimulai, mereka dipaksa menari-nari dengan tubuh telanjang. Deraan dan siksaan senantiasa mengiringi kebejatan orang-orang Serbia atas diri mereka.
Kengerian dan derita pilu Muslim Bosnia bahkan sudah terjadi sejak awal perang, sebagaimana yang tergambar dalam surat perwakilan Departemen Pertahanan Bosnia-Herzegovina di Srebrenica tertanggal 13 Oktober 1992 yang ditujukan kepada Presiden Bosnia, UNPROFOR, Komisi Tinggi PBB, Palang Merah Internasional dan publik.
“Semua yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Srebrenica, Konjevic Polje dan Cerska dan seluruh wilayah bebas lainnya di kawasan ini keadaannya lebih buruk dari neraka,” bunyi pembuka sebuah surat permohonan bantuan kemanusiaan bagi sekitar 80.000 warga Bosnia, yang kelaparan, haus, sakit dan tidak punya tempat tinggal.
Pembantaian Srebrenica
April 1993 Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapan Srebrenica sebagai zona aman. Tidak ada yang boleh mengangkat senjata di daerah itu termasuk Muslim Bosnia, meskipun itu adalah wilayah mereka. Tapi pasukan Serbia yang sejak awal mengincar wilayah itu tidak mau mematuhi ketentuan PBB.
Puluhan ribu orang Bosniak berkumpul di pos kemananan PBB yang dikawal Dutchbat (tentara Belanda) di Potocari, Srebrenica, untuk mencari perlindungan dari serangan tentara Serbia pada 11 Juli 1995. Pejuang-pejuang Muslim Bosnia tidak bisa melawan, karena persenjataan mereka telah diserahkan kepada pasukan PBB, sebagai tanda kepatuhan atas ditetapkannya Srebrenica sebagai zona aman yang dilindungi PBB. Dan pasukan PBB tidak mau memberikan kembali senjata itu kepada pejuang Muslim.
Dengan alasan kekurangan personil dan persenjataan, serta tidak ada dukungan pasukan udara dari markas mereka, Dutchbat membiarkan pasukan Serbia masuk ke Srebrenica dengan persenjataan lengkap. Pasukan Belanda dibawah komando Kolonel Karremans memilih mundur, meninggalkan begitu saja warga Muslim Bosnia yang mencari perlindungan. Nyawa 30 ribu Muslim yang berlindung ditempat mereka ditukar dengan 13 personil Dutchbat yang ditahan VRS.
Pasukan Serbia, termasuk panglima tertinggi VRS Jenderal Ratko Mladic, membagi-bagikan permen, makanan kecil dan rokok kepada orang Bosniak yang berlindung di pos PBB itu. Mereka kemudian dipisahkan antara laki-laki dari perempuan.
Hanya dalam beberapa hari kemudian mata dunia terbelalak, mendengar ribuan pria dan anak laki-laki Muslim telah dibantai pasukan Serbia.
Sejarah mencatat pembantaian di Srebrenica terjadi sampai 22 Juli 1995. Namun orang-orang yang lolos dari maut mengatakan bahwa pembantaian terus berlangsung lama, hingga ke daerah pegunungan.
Delapan ribu tiga ratus tujuh puluh dua. Angka hasil perhitungan komisi untuk orang hilang International Commission on Missing Persons (ICMP) itu terukir di sebuah batu putih besar monumen pembantaian Srebrenica. Lebih dari 6.400 mayat telah berhasil dikenali lewat teknologi forensik DNA.
Dalam berkas perkara Radislv Krstic disebutkan bahwa pasukan Serbia di Bosnia menargetkan membunuh 40.000 Muslim yang tinggal di Srebrenica. Lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim berhasil dibantai. Sementara sisanya diperkirakan 30.000 orang, dipaksa keluar dari wilayah itu sebagai bagian dari upaya pembersihan etnis Bosniak oleh orang-orang Serbia.* Dija/Suara Hidayatullah, JULI 2011
Pagi menjelang siang 12 Juli 1995, seorang saksi melihat tumpukan sekitar 20-30 mayat diterlantarkan di belakang Gedung Transportasi di Potocari. Saksi lain pukul 12 siang melihat tentara Serbia merobek leher seorang bocah kecil dengan pisau di hadapan kerumunan Muslim Bosnia. Ia juga menyaksikan pembantaian lebih dari seratus pria Muslim Bosnia di sebuah area di belakang pabrik seng.
Seorang petugas medis pasukan PBB asal Belanda bercerita. “Kami melihat dua tentara Serbia, salah satunya berdiri berjaga-jaga dan satunya berbaring tanpa celana di atas tubuh seorang gadis. Kami melihat gadis itu terbaring di tanah, beralaskan semacam kasur. Ada darah di kasur itu, dan tubuh gadis itu juga berlumuran darah. Kakinya lebam-lebam. Darah mengalir turun dari sela-sela kakinya.”
Kisah tragis itu memenuhi ratusan halaman keputusan Mahkamah Kejahatan Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) dalam persidangan Radislav Krstic, Wakil Komandan Korps Drina dari VRS (Vojska Republike Srpske), pasukan Serbia di Bosnia. Krstic orang pertama yang disidang dalam pengadilan kejahatan perang di ICTY, Den Haag.
Fotografer dokumenter profesional Nina Berman masih ingat cerita pilu yang didengarnya dari wanita Bosniak (sebutan untuk etnis Muslim Bosnia), yang ia temui tahun 1992, saat melihat foto-foto lama mereka. “Para wanita dan gadis dirudapaksa dalam Perang Bosnia. Itu artinya mereka secara personal, diserang, disakiti, ditakut-takuti dan dihinakan tanpa sebab, secara brutal dan sadis, semata-mata karena mereka perempuan dan Muslim,” tulis Berman dalam artikelnya berjudul “Systematic Rape of Women in the Bosnian Genocide”.
Almira Bektovic seorang gadis Muslim Bosnia yang dilahirkan di Mostar tahun 1980. Pasukan Serbia menyerbu desa tempat tinggal keluarganya di Foca dan membawa ayahnya pergi pada Juni 1992. Sejak itu sang ayah tidak pernah terlihat lagi. Almira dan ibunya digiring dan ditahan di sebuah gedung olahraga bersama ratusan perempuan Bosniak tua dan muda. Mereka dibiarkan kelaparan tanpa makan dan minum.
Pertengahan Agustus 1992 Almira dibawa ke rumah “Karaman” oleh Radovan Stankovic. Dia dijadikan pembantu serdadu Serbia bersama banyak gadis lainnya selama sepuluh hari.
Kemudian pada pertengahan September 1992, bus-bus deportasi membawa ratusan wanita Muslim dari gedung olahraga tempat Almira dan ibunya disekap. Di tengah perjalanan bus yang ditumpangi Almira dihentikan dekat Jembatan Drina. Seorang utusan Stankovic merenggut Almira dari tangan ibunya.
Almira berteriak berontak, “Jangan bawa saya. Saya baru berumur 12 tahun!” Ibunya memohon, “Kembalikan anakku!” sambil menangis hingga pingsan.
Seorang saksi hidup melihat Almira di rumah Karaman bercerita. Gadis kecil itu direnggut keperawanannya oleh tentara Serbia dan dipaksa melayani keganasan seksual mereka secara bergantian. Penderitaannya di Karaman berlangsung selama tiga bulan. Almira tidak hanya diperbudak di tempat itu, ia dibawa berkeliling ke banyak tempat lainnya.
Lebih dari 20.000 perempuan Muslim tua dan muda dirudapaksa secara sistematis oleh orang-orang Serbia, baik militer maupun Chetnik (paramiliter Serbia) selama 1992-1995.
Ketika lagu Mars Drina kebanggaan para Chetnik dikumandangkan lewat pengeras suara di masjid-masjid, kepedihan tak tertahankan segera terbayang di benak wanita Muslim Bosnia. Lagu itu menjadi pembuka tanda pemerkosaan massal dimulai, mereka dipaksa menari-nari dengan tubuh telanjang. Deraan dan siksaan senantiasa mengiringi kebejatan orang-orang Serbia atas diri mereka.
Kengerian dan derita pilu Muslim Bosnia bahkan sudah terjadi sejak awal perang, sebagaimana yang tergambar dalam surat perwakilan Departemen Pertahanan Bosnia-Herzegovina di Srebrenica tertanggal 13 Oktober 1992 yang ditujukan kepada Presiden Bosnia, UNPROFOR, Komisi Tinggi PBB, Palang Merah Internasional dan publik.
“Semua yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Srebrenica, Konjevic Polje dan Cerska dan seluruh wilayah bebas lainnya di kawasan ini keadaannya lebih buruk dari neraka,” bunyi pembuka sebuah surat permohonan bantuan kemanusiaan bagi sekitar 80.000 warga Bosnia, yang kelaparan, haus, sakit dan tidak punya tempat tinggal.
Pembantaian Srebrenica
April 1993 Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapan Srebrenica sebagai zona aman. Tidak ada yang boleh mengangkat senjata di daerah itu termasuk Muslim Bosnia, meskipun itu adalah wilayah mereka. Tapi pasukan Serbia yang sejak awal mengincar wilayah itu tidak mau mematuhi ketentuan PBB.
Puluhan ribu orang Bosniak berkumpul di pos kemananan PBB yang dikawal Dutchbat (tentara Belanda) di Potocari, Srebrenica, untuk mencari perlindungan dari serangan tentara Serbia pada 11 Juli 1995. Pejuang-pejuang Muslim Bosnia tidak bisa melawan, karena persenjataan mereka telah diserahkan kepada pasukan PBB, sebagai tanda kepatuhan atas ditetapkannya Srebrenica sebagai zona aman yang dilindungi PBB. Dan pasukan PBB tidak mau memberikan kembali senjata itu kepada pejuang Muslim.
Dengan alasan kekurangan personil dan persenjataan, serta tidak ada dukungan pasukan udara dari markas mereka, Dutchbat membiarkan pasukan Serbia masuk ke Srebrenica dengan persenjataan lengkap. Pasukan Belanda dibawah komando Kolonel Karremans memilih mundur, meninggalkan begitu saja warga Muslim Bosnia yang mencari perlindungan. Nyawa 30 ribu Muslim yang berlindung ditempat mereka ditukar dengan 13 personil Dutchbat yang ditahan VRS.
Pasukan Serbia, termasuk panglima tertinggi VRS Jenderal Ratko Mladic, membagi-bagikan permen, makanan kecil dan rokok kepada orang Bosniak yang berlindung di pos PBB itu. Mereka kemudian dipisahkan antara laki-laki dari perempuan.
Hanya dalam beberapa hari kemudian mata dunia terbelalak, mendengar ribuan pria dan anak laki-laki Muslim telah dibantai pasukan Serbia.
Sejarah mencatat pembantaian di Srebrenica terjadi sampai 22 Juli 1995. Namun orang-orang yang lolos dari maut mengatakan bahwa pembantaian terus berlangsung lama, hingga ke daerah pegunungan.
Delapan ribu tiga ratus tujuh puluh dua. Angka hasil perhitungan komisi untuk orang hilang International Commission on Missing Persons (ICMP) itu terukir di sebuah batu putih besar monumen pembantaian Srebrenica. Lebih dari 6.400 mayat telah berhasil dikenali lewat teknologi forensik DNA.
Dalam berkas perkara Radislv Krstic disebutkan bahwa pasukan Serbia di Bosnia menargetkan membunuh 40.000 Muslim yang tinggal di Srebrenica. Lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim berhasil dibantai. Sementara sisanya diperkirakan 30.000 orang, dipaksa keluar dari wilayah itu sebagai bagian dari upaya pembersihan etnis Bosniak oleh orang-orang Serbia.* Dija/Suara Hidayatullah, JULI 2011
tragis banget kejadian dia atas gan semoga tidak akan ada kejadian biadab seperti itu lagi di dunia ini
Diubah oleh manan. 09-05-2013 06:11
0
3.2K
Kutip
29
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru