Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cenkxAvatar border
TS
cenkx
Solar Langka, Sabang Sampai Merauke
TIDAK hanya Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2013 yang jadi penyebabnya. Kendaraan dengan roda lebih dari empat yang mengangkut hasil pertambangan, perkebunan dan kehutanan, memang dilarang menggunakan solar subsidi terhitung 1 Maret.Tapi kini praktik keji berupa penimbunan dan penyelundupan BBM bersubsidi inilah biangkerok kelangkaan solar. Apa solusinya?

Kelangkaan
solar bersub­sidi belakangan terjadi ham­pir di semkua daerah. Dam­paknya cukup dahsyad, ratu­san ne­layan di Subang, Jawa Barat, mengamuk karena kesulitan mendapatkan solar.

Sudah hampir sepekan mereka tak bisa melaut. Nelayan membakar poster dan menendang jeriken kosong sebegai bentuk protes. Sese­kali mereka berteriak. Mereka meminta pemerintah cepat mengatasi masalah kelang­kaan solar.

Menurut nelayan, sudah satu bulan ini solar sulit didapat. Mereka tak tahu apa penyebabnya. Yang terang, sejak solar sulit didapat, nelayan tak bisa pergi ke laut untuk mencari ikan.

Di Bengkulu, ratusan ken­daraan berbahan bakar solar kesulitan mendapatkan BBM selama sebulan terakhir. Pemilik kendaraan bahkan harus menginap di SPBU untuk memperoleh solar.

Setiap hari permintaan solar bersubsidi selalu tidak men­cukupi, meski jumlah SPBU cukup banyak. Akibat­nya antrean kendaraan bisa men­capai dua kilometer dan menimbulkan kemacetatan total di jalan raya. Memaksa pemilik kendaraan menginap di SPBU karena pasokan so­lar telah habis hanya dalam tem­po empat jam. Antrean kendaraan berbahan bakar solar di salah satu SPBU di Bengkulu dido­minasi kenda­raan truk yang mengangkut hasil tambang dan perke­bunan.

Pihak Pertamina Bengkulu mengakui telah melakukan pembatasan penyaluran untuk menghindari over kuota BBM ber­subsidi. Pertamina menya­rankan kendaraan angkutan tambang dan perkebunan membeli bahan bakar non-subsidi yang kuotanya masih banyak di depo. Namun kebi­jakan Pertamina dinilai mem­persulit pemilik kendaraan yang hanya mengangkut hasil tambang dan perkebunan. Sebab mereka mengaku hanya mendapat upah dari peru­sahaan tambang dan perke­bunan sesuai dengan harga BBM bersubsidi.

Di Semarang lain lagi ceritanya.Terhitung Rabu (27/3), Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang menghentikan tujuh truk pengangkut sampah dari 17 unit yang ada, karena kesu­litan memperoleh bahan bakar solar. “Satu truk rata-rata membutuhkan 30 liter solar per hari. Dengan langkanya solar, kami terpaksa meng­hentikan operasional tujuh truk kami,” ujar Kabid Kebers­ihan dan Pertamanan, Hadi Riyanto.

Ditambahkan oleh Kasi Pengelolaan Sampah, Mul­yono, dengan tidak ber­opera­sinya truk sampah tersebut, daya angkut sampah berku­rang hingga 50 persen. Praktis yang biasanya setiap harinya mengangkut 220 kubik sam­pah saat ini hanya mampu mengangkut sekitar 100 kubik saja. Sejumlah tempat pem­bua­ngan sampah (TPS) pun terimbas dengan keputusan itu.

Antrean panjang kenda­raan yang akan mengisi solar juga terjadi di Batam, Pro­vinsi Kepulauan Riau juga masih terus terjadi. Seperti di SPBU Vitka Varma di Tiban BTN; SPBU Tembesi, Kecamatan Batuaji; dan SPBU Simpang Franky, Keca­matan Batam Center Kota.

Ironisnya, Assistant Custo­mer Relation Marketing Ope­ra­tion Region I Pertamina Sonny Mirath berdalih, hal itu terjadi akibat kembali beroperasinya mobil-mobil pelangsir atau pembeli BBM untuk dijual lagi, yang sebe­lumnya sempat ditertibkan oleh Pemerintah Kota Batam dan petugas keamanan.

Bahkan Ia menolak ang­gapan terjadi kelangkaan solar di SPBU. Menurutnya, ken­daraan yang antre di SPBU enggan mengisi bahan bakar nonsubsidi. Akibatnya jatah solar bersubsidi yang diper­untukkan bagi angkutan umum dan mobil penumpang, cepat habis.

Sedangkan di Kendal, SPBU berubah jadi “Beng­kel” Truk. SPBU Jambearum yang ada di jalur Pantai Utara Kendal, Jawa Tengah itu kehabisan solar. Namun begitu, banyak truk yang memaksa masuk ke SPBU itu, untuk antre mendapatkan solar. Para sopir meman­faatkan waktu untuk mem­perbaiki kerusakan ringan pada truknya.

Menurut salah satu sopir truk, Supadi (34), warga Surabaya Jawa Timur, dia terpaksa mau menunggu solar di SPBU Jambearum, Kendal, karena apabila dipak­sakan melanjutkan perjala­nan, akan mogok di jalan, ka­re­na kehabi­san bahan bakar. “Solar sudah menipis. Hanya bisa jalan beberapa kilo saja,” kata Supadi, Jum’at (22/3) siang.

Senada dengan Supadi. Supir truk lain, Sabar (40) warga Cirebon Jawa Barat, mengatakan sudah sejak sekitar jam lima pagi, antre solar di tempat itu. “Lebih baik menunggu antrean, dari­pada nanti macet di jalan,” kata Sabar.

Sebenarnya di SPBU Jam­bearum Kendal juga menjual solar, tapi solar non subsidi. Harga per liternya Rp 10.500. Namun para sopir truk, tidak mampu untuk membelinya.

Sopir Stres

Di Kendari , Sulawesi Teng­gara, puluhan truk terpaksa bermalam di SPBU karena tidak ada solar. Sejum­lah sopir truk mengaku stres, karena harus telah mengantri sejak Kamis hingga pukul 19.00 malam. Namun hingga Jumat pagi, belum juga men­dapatkan solar.

Situasi yang sama juga terjadi di SPBU Tapak Kuda jalan by pass Kendari. Antrean panjang telah terlihat di SPBU tersebut. Rambu peri­nga­tan yang dipasang petugas kepoli­sian berupa larangan untuk membuat dua lapis antrean tidak lagi diindahkan para sopir yang berlomba untuk mendapatkan jatah solar.

Solar di sejumlah SPBU di jalur Pantura Demak juga mengalami kelangkaan. Se­perti yang terpantau di Jalan Lingkar Demak, sopir bus dan truk yang hendak mengisi BBM harus kecewa karena stok solar sudah habis.

Sugito, seorang sopir truk, mengaku sejak dari Kendal berniat mengisi solar, namun beberapa SPBU yang did­a­tanginya tidak mempunyai stok solar. Mau tidak mau dia mengisi kendaraannya dengan solar non subsidi atau DEX yang harganya dua kali lebih mahal jika dibandingkan solar bersubsidi. Padahal untuk menempuh perjalanan dari Cibinong, Jawa Barat, menuju Gresik, Jawa Timur, truk yang dikemudikannya meng­habis­kan sekitar 1.200 liter solar.

Kekosongan solar juga terjadi di sembilan SPBU yang tersebar di delapan kecamatan se-Kabupaten Wonogiri. Delapan kecamatan tersebut adalah Jatisrono, Slogohimo, Sidoharjo, Nga­dirojo, Wonogiri (Pokoh dan Brumbung), Selogiri, Wur­yantoro dan Pracimantoro. Kondisi itu menyulitkan war­ga, bahkan ada warga yang terpak­sa tidur di mobilnya lantaran tidak mendapatkan solar.

Warga Kelurahan Wuryo­rejo, Kecamatan Wonogiri, Bagus S, mengatakan terpak­sa bermalam di dalam mobil jenis SUV miliknya lantaran tidak mendapatkan solar. Padahal, Bagus sudah menda­tangi dua SPBU, namun solar di dua SPBU itu kosong.” Karena waktu itu malam hari, penjual solar eceran juga tidak ada, terpaksa saya tidur di mobil,” ungkap Bagus.

Bupati Danar hari itu juga mendatangi SPBU Pokoh untuk mengecek kekosongan tersebut. Pengawas SPBU Pokoh, Teguh, kepada Bupati di hadapan wartawan, men­jelaskan keko­songan solar lantaran pasokan solar turun dari 16 kiloliter (KL) per hari menjadi 8 KL per hari. ”Keko­songan itu beberapa kali terjadi. Penyebabnya memang karena pembatasan,” kata Teguh.

Seusai kunjungan, Bupati menegaskan pihaknya segera melayangkan surat ke Perta­mina terkait keadaan keko­songan solar. “Segera saya buat surat ke Pertaminan hari ini juga,” tegas bupati Danar.

Di Sergen kelangkaan solar sudah merambah ke petani. Petani mengeluh kare­n­a kesulitan mendapatkan bahan bakar solar bersubsidi di SPBU. Padahal solar dibu­tuhkan petani untuk meng­operasikan alat-alat pertanian.

Dia menyayangkan kondisi itu karena saat ini petani membutuhkan solar selama satu bulan untuk mengolah tanah. Dia menjelaskan keter­lambatan mengolah tanah dapat mempengaruhi proses lain.

Padahal petani membu­tuhkan solar untuk meng­operasikan diesel saat menyedot air. (h/dn/mtv)

Quote:
emoticon-Ngakakemoticon-Ngakak
0
2.1K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.