Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kerennamakuAvatar border
TS
kerennamaku
Jarang Sarapan itu kebiasan Buruk Loh !!!
Nyaris 60% Anak Indonesia Tak Punya Kebiasaan Sarapan

Jarang Sarapan itu kebiasan Buruk Loh !!!

Porsi besar masa depan anak ditentukan kebiasaan mereka, salah satunya adalah kebiasaan sarapan bergizinya. Ironisnya, hampir 60% anak di Indonesia belum memiliki kebiasaan sarapan.

Guru Besar Departmen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Hardinsyah mengatakan, sarapan --makan dan minum yang dilakukan sebelum jam 9 pagi-- dapat memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian.

Sayangnya, banyak anak Indonesia yang tidak terbiasa sarapan. Bagi orangtua, khususnya ibu, masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah: 59% sulit membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan; 19% sulit mengajak anak untuk sarapan; 10% sulit meminta anak menghabiskan sarapan; dan khawatir anak terlambat sekolah sebanyak 6%. Selain enggan, tidak semua orang menyadari dan mengetahui pentingnya manfaat sarapan.

“Sarapan memiliki sejumlah manfaat bagi anak sekolah. [Pentingnya sarapan yang] mencukupi kebutuhan gizi seimbang, agar mereka dapat tumbuh baik secara fisik dan mental. Sehingga, penting bagi anak untuk mengawali kebiasaan sarapan rutin setiap hari,” kata Hardinsyah, di sela-sela media conference Blue Band dengan tema “Masa Depan Besar Berawal dari Sarapan”, di Jakarta, Selasa (26/3).

Menurutnya, usia sekolah anak --terutama 7-13 tahun-- merupakan masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita, karena kesehatan yang optimal menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Namun, faktanya status gizi anak usia sekolah saat ini masih memprihatinkan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), secara nasional prevalensi anak pendek (kerdil) dengan usia 6-18 tahun masih tinggi, yakni di atas 3%. Prevalensi anak pendek juga mencerminkan adanya riwayat kurang gizi, yang bisa mengancam masa depan mereka.

Data menunjukkan akibat tidak sarapan, sebanyak 44,54% anak Indonesia tidak terpenuhi energinya dan mengalami masalah defisiensi gizi mikro, seperti vitamin dan mineral. Sedangkan 23% anak hanya sarapan dengan karbohidrat dan minum, serta 44,6% sarapan, namun berkualitas rendah.

“Melewatkan sarapan adalah masalah serius bagi Indonesia, karena dapat menghambat pertumbuhan fisik dan mental, sehingga melahirkan generasi yang memiliki masa depan kerdil. Masa depan kerdil secara fisik karena pertumbuhan yang terhambat, maupun kerdil secara prestasi karena kecerdasan yang tidak optimal," jelas Hardinsyah.

Menurut Hardinsyah, sarapan sangat penting untuk membantu konsentrasi belajar, stamina, dan status gizi anak. Selain itu, anak yang gizinya terpenuhi saat sarapan jarang mengeluhkan pusing dan sakit, lebih disiplin, lebih cerdas, dan lebih baik nilai rapornya sehingga tercegah dari risiko obesitas (gendut). Sebaliknya, tidak sarapan akan melahirkan generasi lemah, sakit, miskin, dan berisiko kehilangan masa depan yang cemerlang.

Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang dr Soedjatmiko mengatakan, setiap hari anak usia sekolah membutuhkan 1.800 kkal-2050 kkal, dan protein 45-50 gram untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Kondisi gizi yang tidak seimbang --baik kekurangan maupun kelebihan-- akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya.

Aktivitas anak usai sekolah akan meningkat dimulai sejak jam 06.00. Karena itu, kebiasaan sarapan menyediakan energi dan nutrisi yang diperlukan untuk menjalani aktivitas bersekolah, belajar, bermain secara optimal.

D-13Nyaris 60% Anak Indonesia Tak Punya Kebiasaan Sarapan

Jakarta - Porsi besar masa depan anak ditentukan kebiasaan mereka, salah satunya adalah kebiasaan sarapan bergizinya. Ironisnya, hampir 60% anak di Indonesia belum memiliki kebiasaan sarapan.

Guru Besar Departmen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Hardinsyah mengatakan, sarapan --makan dan minum yang dilakukan sebelum jam 9 pagi-- dapat memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian.

Sayangnya, banyak anak Indonesia yang tidak terbiasa sarapan. Bagi orangtua, khususnya ibu, masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah: 59% sulit membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan; 19% sulit mengajak anak untuk sarapan; 10% sulit meminta anak menghabiskan sarapan; dan khawatir anak terlambat sekolah sebanyak 6%. Selain enggan, tidak semua orang menyadari dan mengetahui pentingnya manfaat sarapan.

“Sarapan memiliki sejumlah manfaat bagi anak sekolah, karena mencukupi kebutuhan akan gizi seimbang, agar mereka dapat tumbuh baik secara fisik dan mental. Sehingga, penting bagi anak untuk mengawali kebiasaan sarapan rutin setiap hari,” kata Hardinsyah, di sela-sela media conference Blue Band dengan tema “Masa Depan Besar Berawal dari Sarapan”, di Jakarta, Selasa (26/3).

Menurutnya, usia sekolah anak --terutama 7-13 tahun-- merupakan masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita, karena kesehatan yang optimal menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Namun, faktanya status gizi anak usia sekolah saat ini masih memprihatinkan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), secara nasional prevalensi anak pendek (kerdil) dengan usia 6-18 tahun masih tinggi, yakni di atas 3%. Prevalensi anak pendek juga mencerminkan adanya riwayat kurang gizi, yang bisa mengancam masa depan mereka.

Data menunjukkan akibat tidak sarapan, sebanyak 44,54% anak Indonesia tidak terpenuhi energinya dan mengalami masalah defisiensi gizi mikro, seperti vitamin dan mineral. Sedangkan 23% anak hanya sarapan dengan karbohidrat dan minum, serta 44,6% sarapan, namun berkualitas rendah.

“Melewatkan sarapan adalah masalah serius bagi Indonesia, karena dapat menghambat pertumbuhan fisik dan mental, sehingga melahirkan generasi yang memiliki masa depan kerdil. Masa depan kerdil secara fisik karena pertumbuhan yang terhambat, maupun kerdil secara prestasi karena kecerdasan yang tidak optimal," jelas Hardinsyah.

Menurut Hardinsyah, sarapan sangat penting untuk membantu konsentrasi belajar, stamina, dan status gizi anak. Selain itu, anak yang gizinya terpenuhi saat sarapan jarang mengeluhkan pusing dan sakit, lebih disiplin, lebih cerdas, dan lebih baik nilai rapornya sehingga tercegah dari risiko obesitas (gendut). Sebaliknya, tidak sarapan akan melahirkan generasi lemah, sakit, miskin, dan berisiko kehilangan masa depan yang cemerlang.

Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang dr Soedjatmiko mengatakan, setiap hari anak usia sekolah membutuhkan 1.800 kkal-2050 kkal, dan protein 45-50 gram untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Kondisi gizi yang tidak seimbang --baik kekurangan maupun kelebihan-- akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya.

Aktivitas anak usai sekolah akan meningkat dimulai sejak jam 06.00. Karena itu, kebiasaan sarapan menyediakan energi dan nutrisi yang diperlukan untuk menjalani aktivitas bersekolah, belajar, bermain secara optimal.

Sumber : http://www.beritasatu.com/gaya-hidup...n-sarapan.html
0
1.3K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.