- Beranda
- Berita Luar Negeri
Teks Mesir Kuno Menggambarkan Yesus yang Bisa Berubah Bentuk
...
TS
ghilang27
Teks Mesir Kuno Menggambarkan Yesus yang Bisa Berubah Bentuk
Quote:
Original Posted By ghilang27►
Quote:
Original Posted By ghilang27►Sebuah naskah Mesir kuno berusia 1200 tahun mengisahkan penyaliban Yesus dengan alur apokrif (bahasa Yunani: terselubung, rahasia). Beberapa isi naskahnya malah belum pernah dilihat sebelumnya.
Ditulis dalam bahasa Koptik, teks kuno itu mengisahkan Pontius Pilate, hakim yang memvonis penyaliban Yesus, mengadakan perjamuan dengan Yesus sebelum penyaliban dan menawarkan putranya sendiri untuk menggantikan Yesus.
Naskah itu juga mengatakan Yesus memiliki kemampuan berubah bentuk, dan Yesus ditangkap pada Selasa malam bukan Kamis malam, sesuatu yang bertentangan dengan waktu Paskah.
Roelof Van den Broek dari Utrecht University di Belanda mengatakan, teks kuno itu belum tentu mengisahkan kejadian sebenarnya. Teks itu hanya menuliskan keyakinan orang-orang yang hidup di masa itu. Roelof adalah penulis buku “Pseudo-Cyril of Jerusalem on the Life and the Passion of Christ” (Brill, 2013).
Salinan teks itu ditemukan dalam dua naskah, satu disimpan di Morgan Library and Museum di New York City dan yang satunya lagi disimpan di Museum of the University of Pennsylvania. Sebagian besar terjemahannya berasal dari teks New York, karena naskah relevan di Pennsylvania tidak dapat dibaca.
Perjamuan Pontius Pilate dengan Yesus
Van de Broek menulis sebuah email kepada LiveScience bahwa ia belum pernah mengetahui kisah yang itu, mengenai Pilate yang menawarkan mengorbankan putranya untuk menggantikan Yesus.
“Tanpa basa-basi, Pilate menyiapkan meja dan ia makan dengan Yesus di hari kelima pada pekan itu. Dan Yesus memberkati Pilate dan seluruh rumahnya,” demikian bunyi terjemahan teksnya. Pilate kemudian berkata kepada Yesus, “Baiklah jika begitu, ketahuilah, malam telah tiba, terbit dan tenggelam, dan ketika pagi tiba dan mereka medakwaku karena diriMu, aku akan memberikan satu-satunya putraku kepada mereka sehingga mereka bisa membunuhnya untuk menggantikan tempatMu.”
Dalam teks itu, Yesus menjawab, “Oh Pilate, kamu layak mendapat berkah karena kamu telah menunjukkan niat baikmu padaku.” Yesus juga memberi tahu Pilate bahwa ia bisa melarikan diri jika mau. “Pilate lalu menatap Yesus, mengetahui, bahwa Yesus menghilang: Dia tidak melihatnya selama beberapa saat…”
Pilate dan istrinya sama-sama memiliki visi bahwa pada malam itu mereka melihat seekor elang (simbol Yesus) terbunuh.
Dalam kepercayaan gereja Koptik dan Etiopia, Pilate dianggap sebagai orang suci, hal itu menjelaskan gambaran simpatiknya dalam teks kuno itu, kata Van den Broek dalam email.
Alasan mengapa Judas menggunakan ciuman
Dalam injil kanonik, Judas mengkhianati Yesus demi uang dengan menciumnya untuk mengenali Yesus agar dapat menangkapnya. Dalam injil apokrif, dijelaskan alasan Judas menggunakan ciuman, terlebih, Yesus memiliki kemampuan untuk berubah bentuk.
“Kemudian orang Yahudi berkata kepada Judas: Bagimana kami bisa menangkapnya [Yesus], jika ia mampu berubah wujud. Terkadang ia berwarna kemerahan, terkadang ia putih, terkadang ia merah, terkadang ia berwarna seperti gandum, terkadang ia berwarna putih pucat seperti orang yang menggunakan ilmu magis, terkadang ia muda, terkadang menjadi orang tua ...” Hal itu membuat Judas menggunakan ciuman untuk mengenalinya. Dengan mencium Yesus, Judas bisa memberi tahu siapa orang itu sebenarnya.
Peniruan Santo Cyril
Teks itu ditulis atas nama St. Cyril dari Yerusalem yang hidup sekitar abad ke-4M. Dalam kisah itu, Cyril mengisahkan cerita Paskah sebagai bagian dari homili (sejenis khotbah).
Pada bagian awal dari teks itu, Cyril (atau bisa saja orang lain yang menulis mengatasnamakan dirinya), menyatakan bahwa sebuah buku ditemukan di Jerusalem memperlihatkan kerasulan dalam kehidupan dan penyaliban Yesus. “Dengarkan aku, oh anak-anakku yang terhormat, dan aku akan menceritakan kepada kalian benda tertulis yang kita temukan di rumah Mary ...” bunyi bagian teksnya.
Lagipula, itu bukan seperti buku yang kita temukan dalam kehidupan nyata. Van den Broek mengatakan bahwa klaim seperti itu digunakan oleh penulis “untuk meningkatkan kredibilitas anggapan dan fakta yang tidak umum bahwa ia akan menjelaskan kepada mereka sebuah sumber kerasulan.”
Penambahan alur seperti itu sering ditemukan dalam karya sastra Koptik.
Ditangkap pada Selasa
Van den Broek mengatakan bahwa ia terkejut saat teks kuno itu mengatakan Yesus ditangkap pada hari Selasa. Bahkan dalam teks itu, perjamuan terakhir Yesus tampaknya dilakukan bersama Pontius Pilate. Antara penangkapannya dan jamuannya dengan Pilate, dia bersama Caiphas dan Herod.
Dalam teks-teks kanonik, perjamuan terakhir dan penangkapan Yesus terjadi pada Kamis malam dan dalam perayaan Natal saat ini ditandai dengan misa Kamis Putih. “Luar biasa bila Pseudo-Cyril menulis Yesus ditangkap pada Selasa malam, seakan-akan tidak ada kisah kanonik mengenai penangkapannya pada Kamis malam (yang diperingati dengan misa selama Pekan Suci)!” tulis Van den Broek dalam emailnya.
Sebuah hadiah untuk biara... lalu menuju New York
Sekitar 1200 tahun yang lalu teks yang berada di New York itu disimpan di perpustakaan Monastery of St. Michael di gurun Mesir yang saat ini dekat dengan al-Hamuli, bagian barat Faiyum. Bunyi dari terjemahan teks itu adalah, teks itu merupakan sebuah hadiah dari “Uskup Romo Paul, yang mendapatkan buku itu dari pekerjanya sendiri.”
Biara itu tampaknya berhenti melakukan kegiatan sekitar awal abad ke-10, teks itu kemudian ditemukan kembali pada musim semi 1910. Pada Desember 1911, teks itu bersama sejumlah teks lainnya dibeli oleh ahli keuangan Amerika, J.P. Morgan. Koleksinya tersebut kemudian dihibahkan dan menjadi bagian dari Morgan Library and Museum di New York City. Naskahnya saat ini tengah dipamerkan sebagai bagian dari pemeran yang bertajuk “Treasures from the Vault” yang digelar sampai 5 Mei.
Siapa saja yang percaya?
Dalam emailnya Van den Broek menulis bahwa “di Mesir, Injil telah dikanonisasi pada abad keempat atau kelima, namun kisah-kisah apokrif dan buku-bukunya masih tetap populer di antara penganut Kristen Mesir, khususnya para biarawan.”
Meski orang-orang di lingkungan biara percaya teks yang baru diterjemahkan itu, “khususnya para biarawan yang memiliki pengetahuan terbatas,” Van den Broek tidak yakin bahwa penulisnya teksnya sendiri meyakini apa pun yang ia tulis, kata Van den Broek.
“Aku rasa penulisnya tidak percaya, namun dalam beberapa kisahnya, khususnya perjamuan dengan Yesus, penulisnya bisa saja yakin jika hal itu benar-benar terjadi,” tulis Van den Broek. “Orang-orang di era itu, bahkan jika mereka cukup terdidik, masih belum memiliki pandangan kritis terhadap sejarah. Keajaiban bisa saja terjadi, dan kisah kuno bisa saja benar bukan?”
Ditulis dalam bahasa Koptik, teks kuno itu mengisahkan Pontius Pilate, hakim yang memvonis penyaliban Yesus, mengadakan perjamuan dengan Yesus sebelum penyaliban dan menawarkan putranya sendiri untuk menggantikan Yesus.
Naskah itu juga mengatakan Yesus memiliki kemampuan berubah bentuk, dan Yesus ditangkap pada Selasa malam bukan Kamis malam, sesuatu yang bertentangan dengan waktu Paskah.
Roelof Van den Broek dari Utrecht University di Belanda mengatakan, teks kuno itu belum tentu mengisahkan kejadian sebenarnya. Teks itu hanya menuliskan keyakinan orang-orang yang hidup di masa itu. Roelof adalah penulis buku “Pseudo-Cyril of Jerusalem on the Life and the Passion of Christ” (Brill, 2013).
Salinan teks itu ditemukan dalam dua naskah, satu disimpan di Morgan Library and Museum di New York City dan yang satunya lagi disimpan di Museum of the University of Pennsylvania. Sebagian besar terjemahannya berasal dari teks New York, karena naskah relevan di Pennsylvania tidak dapat dibaca.
Perjamuan Pontius Pilate dengan Yesus
Van de Broek menulis sebuah email kepada LiveScience bahwa ia belum pernah mengetahui kisah yang itu, mengenai Pilate yang menawarkan mengorbankan putranya untuk menggantikan Yesus.
“Tanpa basa-basi, Pilate menyiapkan meja dan ia makan dengan Yesus di hari kelima pada pekan itu. Dan Yesus memberkati Pilate dan seluruh rumahnya,” demikian bunyi terjemahan teksnya. Pilate kemudian berkata kepada Yesus, “Baiklah jika begitu, ketahuilah, malam telah tiba, terbit dan tenggelam, dan ketika pagi tiba dan mereka medakwaku karena diriMu, aku akan memberikan satu-satunya putraku kepada mereka sehingga mereka bisa membunuhnya untuk menggantikan tempatMu.”
Dalam teks itu, Yesus menjawab, “Oh Pilate, kamu layak mendapat berkah karena kamu telah menunjukkan niat baikmu padaku.” Yesus juga memberi tahu Pilate bahwa ia bisa melarikan diri jika mau. “Pilate lalu menatap Yesus, mengetahui, bahwa Yesus menghilang: Dia tidak melihatnya selama beberapa saat…”
Pilate dan istrinya sama-sama memiliki visi bahwa pada malam itu mereka melihat seekor elang (simbol Yesus) terbunuh.
Dalam kepercayaan gereja Koptik dan Etiopia, Pilate dianggap sebagai orang suci, hal itu menjelaskan gambaran simpatiknya dalam teks kuno itu, kata Van den Broek dalam email.
Alasan mengapa Judas menggunakan ciuman
Dalam injil kanonik, Judas mengkhianati Yesus demi uang dengan menciumnya untuk mengenali Yesus agar dapat menangkapnya. Dalam injil apokrif, dijelaskan alasan Judas menggunakan ciuman, terlebih, Yesus memiliki kemampuan untuk berubah bentuk.
“Kemudian orang Yahudi berkata kepada Judas: Bagimana kami bisa menangkapnya [Yesus], jika ia mampu berubah wujud. Terkadang ia berwarna kemerahan, terkadang ia putih, terkadang ia merah, terkadang ia berwarna seperti gandum, terkadang ia berwarna putih pucat seperti orang yang menggunakan ilmu magis, terkadang ia muda, terkadang menjadi orang tua ...” Hal itu membuat Judas menggunakan ciuman untuk mengenalinya. Dengan mencium Yesus, Judas bisa memberi tahu siapa orang itu sebenarnya.
Peniruan Santo Cyril
Teks itu ditulis atas nama St. Cyril dari Yerusalem yang hidup sekitar abad ke-4M. Dalam kisah itu, Cyril mengisahkan cerita Paskah sebagai bagian dari homili (sejenis khotbah).
Pada bagian awal dari teks itu, Cyril (atau bisa saja orang lain yang menulis mengatasnamakan dirinya), menyatakan bahwa sebuah buku ditemukan di Jerusalem memperlihatkan kerasulan dalam kehidupan dan penyaliban Yesus. “Dengarkan aku, oh anak-anakku yang terhormat, dan aku akan menceritakan kepada kalian benda tertulis yang kita temukan di rumah Mary ...” bunyi bagian teksnya.
Lagipula, itu bukan seperti buku yang kita temukan dalam kehidupan nyata. Van den Broek mengatakan bahwa klaim seperti itu digunakan oleh penulis “untuk meningkatkan kredibilitas anggapan dan fakta yang tidak umum bahwa ia akan menjelaskan kepada mereka sebuah sumber kerasulan.”
Penambahan alur seperti itu sering ditemukan dalam karya sastra Koptik.
Ditangkap pada Selasa
Van den Broek mengatakan bahwa ia terkejut saat teks kuno itu mengatakan Yesus ditangkap pada hari Selasa. Bahkan dalam teks itu, perjamuan terakhir Yesus tampaknya dilakukan bersama Pontius Pilate. Antara penangkapannya dan jamuannya dengan Pilate, dia bersama Caiphas dan Herod.
Dalam teks-teks kanonik, perjamuan terakhir dan penangkapan Yesus terjadi pada Kamis malam dan dalam perayaan Natal saat ini ditandai dengan misa Kamis Putih. “Luar biasa bila Pseudo-Cyril menulis Yesus ditangkap pada Selasa malam, seakan-akan tidak ada kisah kanonik mengenai penangkapannya pada Kamis malam (yang diperingati dengan misa selama Pekan Suci)!” tulis Van den Broek dalam emailnya.
Sebuah hadiah untuk biara... lalu menuju New York
Sekitar 1200 tahun yang lalu teks yang berada di New York itu disimpan di perpustakaan Monastery of St. Michael di gurun Mesir yang saat ini dekat dengan al-Hamuli, bagian barat Faiyum. Bunyi dari terjemahan teks itu adalah, teks itu merupakan sebuah hadiah dari “Uskup Romo Paul, yang mendapatkan buku itu dari pekerjanya sendiri.”
Biara itu tampaknya berhenti melakukan kegiatan sekitar awal abad ke-10, teks itu kemudian ditemukan kembali pada musim semi 1910. Pada Desember 1911, teks itu bersama sejumlah teks lainnya dibeli oleh ahli keuangan Amerika, J.P. Morgan. Koleksinya tersebut kemudian dihibahkan dan menjadi bagian dari Morgan Library and Museum di New York City. Naskahnya saat ini tengah dipamerkan sebagai bagian dari pemeran yang bertajuk “Treasures from the Vault” yang digelar sampai 5 Mei.
Siapa saja yang percaya?
Dalam emailnya Van den Broek menulis bahwa “di Mesir, Injil telah dikanonisasi pada abad keempat atau kelima, namun kisah-kisah apokrif dan buku-bukunya masih tetap populer di antara penganut Kristen Mesir, khususnya para biarawan.”
Meski orang-orang di lingkungan biara percaya teks yang baru diterjemahkan itu, “khususnya para biarawan yang memiliki pengetahuan terbatas,” Van den Broek tidak yakin bahwa penulisnya teksnya sendiri meyakini apa pun yang ia tulis, kata Van den Broek.
“Aku rasa penulisnya tidak percaya, namun dalam beberapa kisahnya, khususnya perjamuan dengan Yesus, penulisnya bisa saja yakin jika hal itu benar-benar terjadi,” tulis Van den Broek. “Orang-orang di era itu, bahkan jika mereka cukup terdidik, masih belum memiliki pandangan kritis terhadap sejarah. Keajaiban bisa saja terjadi, dan kisah kuno bisa saja benar bukan?”
sumber
0
2.5K
Kutip
9
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
79.4KThread•11.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya