TS
rizki2lancer
[Orific] Mistree Anra - Bloodshed Phantasmagoria
MISTREE ANRA
Bloodshed Phantasmagoria
Bloodshed Phantasmagoria
Festival Preparation/Persiapan Festival
Part 1/Bagan 1
Part 1/Bagan 1
Quote:
Manusia telah lama mengetahui keberadaan akan makhluk luar angkasa atau luar dimensi. Mereka bahkan pernah mengagungkan makhluk-makhluk itu sebagai dewa di alam semesta ini. Mungkin karena keberadaannya yang sulit dijangkau, kurang logis, dan terkadang melakukan hal-hal yang ajaib bagi manusia, mereka menganggapnya demikian.
Sebenarnya, apa yang mereka pikirkan?
Tiba-tiba seseorang melempariku sebuah bola. Bola itu tepat menghantam bagian belakang kepalaku. Lemparan nya tidak terlalu kuat dan bola itu juga tidak terlalu berbobot, jadi tidak ada luka ataupun rasa sakit.
Aku ambil bola itu. Sebuah bola yang terbuat dari zat Antharium yang transparan. Di tengahnya adalah sebuah cahaya biru yang tercipta dari zat tersebut. Sekilas, benda ini terlihat sangat unik dan indah.
Aku perhatikan bola Antharium itu. Cahaya di dalamnya mulai berkobar, semakin liar. Aku baru menyadari sesuatu, bahwa bola tersebut adalah sejenis peledak kecil. Titik pusar bola mulai memanas, lalu, dengan panik, bola itu segera kulempar jauh-jauh.
TAK!
Di luar dugaan, ternyata ledakannya terdengar seperti petasan saja. Dibandingkan dengan reaksi sebelum ledakan yang mengagetkan, ledakannya sangat kecil.
Seseorang pun tertawa dari belakangku. "Masa kamu lupa kalau Antharium ledakannya sangat kecil?" lanjutnya, dengan nada mengejek.
"Ya, masalahnya aku sedang memikirkan hal lain," balasku. Aku berdiri dan berjalan menuju ke arahnya.
"Kamu memang suka melamun, ya, Anra," katanya sambil memandang horison. "Omong-omong, apa lagi yang kamu pikirkan?"
"Manusia," jawabku singkat.
Dia menghela nafasnya. "Buat apa kamu memikirkan manusia, lebih baik kamu--kita memikirkan masalah yang ada di sini saja. Masih banyak masalah yang belum kita selesaikan di sini."
"Kamu benar. Ini hanya sebuah rasa penasaran saja. Kamu tahu, kan, aku ini orangnya seperti apa?"
"Tentu. Mana mungkin aku yang sudah bekerja bertahun-tahun bersama Anra yang hebat ini lupa," jelasnya. Wajahnya penuh senyum dan bahagia. Wajar kalau dia mendapat julukan 'Sang Penyemangat'.
Senyum terbentuk di wajahku. Lantunan kata-katanya selalu membuat orang-orang bahagia.
Kami kembali memandang horison. Dari tempat ini, sebuah tempat beralaskan bebatuan mewah berwarna krem dengan pemandangan indah di pagi, siang, dan malam hari. Pemandangan kali ini adalah bintang Eusicyte yang mulai tenggelam dan tumbuh-tumbuhan hijau seluas pandangan dimana di antaranya adalah sebuah desa-desa yang kami lindungi.
Temanku, Geu, pamit dari pelataran untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga kecilnya yang harmonis. Aku harap aku bisa memiliki keluarga seperti itu.
"Hey, ingat, besok adalah hari besar kita. Festival Katria," teriaknya dari dalam pintu mansion.
"Ya," balasku dengan senyum. Sekilas aku mendengar dia menghela nafas disertai senyuman tipis.
Langkahnya menggema di koridor, semakin menjauh. Sedangkan aku masih berdiri di sini. Aku menunggu Eusicyte terbenam sepenuhnya dan menyambut Sythe, sang penjaga kegelapan.
Desa-desa sudah mulai dihiasi cahaya warna-warni. Jalan-jalan desa yang biasanya gelap gulita, kini terang. Walaupun malam ini hanya persiapan saja, tapi mereka sudah begitu antusias. Suasana festival pun sudah mulai terasa.
Ya, hari ini dan esok adalah hari yang sangat berharga dimana kami semua bisa merayakan festival hingga larut malam. Di hari biasa, kami tidak bisa beraktivitas tak lama setelah Sythe terbit.
Akhirnya Eusicyte pun terbenam. Muncul lah Sythe yang membawa malam. Aku harus segera masuk ke gedung dan berharap akan kelancaran festival esok hari. Berharap agar kejadian bersejarah itu tidak akan terjadi lagi pada festival besok.
Sebenarnya, apa yang mereka pikirkan?
Tiba-tiba seseorang melempariku sebuah bola. Bola itu tepat menghantam bagian belakang kepalaku. Lemparan nya tidak terlalu kuat dan bola itu juga tidak terlalu berbobot, jadi tidak ada luka ataupun rasa sakit.
Aku ambil bola itu. Sebuah bola yang terbuat dari zat Antharium yang transparan. Di tengahnya adalah sebuah cahaya biru yang tercipta dari zat tersebut. Sekilas, benda ini terlihat sangat unik dan indah.
Aku perhatikan bola Antharium itu. Cahaya di dalamnya mulai berkobar, semakin liar. Aku baru menyadari sesuatu, bahwa bola tersebut adalah sejenis peledak kecil. Titik pusar bola mulai memanas, lalu, dengan panik, bola itu segera kulempar jauh-jauh.
TAK!
Di luar dugaan, ternyata ledakannya terdengar seperti petasan saja. Dibandingkan dengan reaksi sebelum ledakan yang mengagetkan, ledakannya sangat kecil.
Seseorang pun tertawa dari belakangku. "Masa kamu lupa kalau Antharium ledakannya sangat kecil?" lanjutnya, dengan nada mengejek.
"Ya, masalahnya aku sedang memikirkan hal lain," balasku. Aku berdiri dan berjalan menuju ke arahnya.
"Kamu memang suka melamun, ya, Anra," katanya sambil memandang horison. "Omong-omong, apa lagi yang kamu pikirkan?"
"Manusia," jawabku singkat.
Dia menghela nafasnya. "Buat apa kamu memikirkan manusia, lebih baik kamu--kita memikirkan masalah yang ada di sini saja. Masih banyak masalah yang belum kita selesaikan di sini."
"Kamu benar. Ini hanya sebuah rasa penasaran saja. Kamu tahu, kan, aku ini orangnya seperti apa?"
"Tentu. Mana mungkin aku yang sudah bekerja bertahun-tahun bersama Anra yang hebat ini lupa," jelasnya. Wajahnya penuh senyum dan bahagia. Wajar kalau dia mendapat julukan 'Sang Penyemangat'.
Senyum terbentuk di wajahku. Lantunan kata-katanya selalu membuat orang-orang bahagia.
Kami kembali memandang horison. Dari tempat ini, sebuah tempat beralaskan bebatuan mewah berwarna krem dengan pemandangan indah di pagi, siang, dan malam hari. Pemandangan kali ini adalah bintang Eusicyte yang mulai tenggelam dan tumbuh-tumbuhan hijau seluas pandangan dimana di antaranya adalah sebuah desa-desa yang kami lindungi.
Temanku, Geu, pamit dari pelataran untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga kecilnya yang harmonis. Aku harap aku bisa memiliki keluarga seperti itu.
"Hey, ingat, besok adalah hari besar kita. Festival Katria," teriaknya dari dalam pintu mansion.
"Ya," balasku dengan senyum. Sekilas aku mendengar dia menghela nafas disertai senyuman tipis.
Langkahnya menggema di koridor, semakin menjauh. Sedangkan aku masih berdiri di sini. Aku menunggu Eusicyte terbenam sepenuhnya dan menyambut Sythe, sang penjaga kegelapan.
Desa-desa sudah mulai dihiasi cahaya warna-warni. Jalan-jalan desa yang biasanya gelap gulita, kini terang. Walaupun malam ini hanya persiapan saja, tapi mereka sudah begitu antusias. Suasana festival pun sudah mulai terasa.
Ya, hari ini dan esok adalah hari yang sangat berharga dimana kami semua bisa merayakan festival hingga larut malam. Di hari biasa, kami tidak bisa beraktivitas tak lama setelah Sythe terbit.
Akhirnya Eusicyte pun terbenam. Muncul lah Sythe yang membawa malam. Aku harus segera masuk ke gedung dan berharap akan kelancaran festival esok hari. Berharap agar kejadian bersejarah itu tidak akan terjadi lagi pada festival besok.
Quote:
Wah, saya sudah lama tidak menulis Ya, tinggal beberapa Minggu lagi menuju Ujian Nasional dan saya lagi pengen nulis, jadi ya sudah saya tulis sebuah kisah yang masih satu dunia dengan serial 光の湖, dengan judul diatas. Untuk lokasi, lokasinya bukan di bumi, melainkan di sebuah planet dimana planet itu adalah tempat kelahiran Reiko (nama aslinya bukan Reiko) Mungkin itu dulu buat sekarang.
Selamat Membaca Kalau ada masukan, kritik, komentar, atau pertanyaan silahkan reply
Diubah oleh rizki2lancer 13-03-2013 13:53
0
903
Kutip
2
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•263Anggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru