Bagi Tyler Kuan, hidup tak hanya sekadar bekerja dan mencari uang. Pria berusia 27 ini, memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai trainee engineer di Makau, untuk kemudian pergi ke London.

Alih-alih naik pesawat terbang, Kuan nekat pergi ke Negeri Ratu Elizabeth tersebut dan kembali ke Makau dengan menggunakan sepeda. Ia memiliki alasan khusus mengapa tak menggunakan alat tansportasi yang nyaman. Menurut Kuan, wisatawan yang bepergian dengan pesawat terlalu banyak melewatkan banyak hal.

"London adalah hanya salah satu tempat pemberhentian dari seluruh perjalanan saya," ujarnya seperti dilansir kantor berita Reuters."Bersepeda merupakan cara yang tepat untuk bepergian."

Kuan akan mengayuh sepedanya hingga ribuan kilometer, melintasi tiga benua (Asia, Afria, Eropa, red) mulai bulan Maret ini. Perjalanan itu sendiri ditargetkan memakan waktu hingga lima tahun.

Kuan yang melakukan perjalanan ini sendirian hanya melengkapi dirinya dengan tenda fold-out dan uang sebanyak US$15 ribu atau setara dengan Rp145,3 juta. Menurut Kuan, tantangan terbesar yang kemungkinan akan dihadapinya saat perjalanan nanti tak lain kendala bahasa.

Ia juga mengaku cukup khawatir dengan jalanan bersalju, serta kemungkinan dirampok di tengah jalan atau didekati orang dengan senjata AK47. Namun, ujarnya, semua pengalaman tersebut justru bisa dituangkan dalam sebuah blog.
Kuan pun yakin segalanya akan berjalan dengan lancar. Ia mengaku telah merencanakan perjalanan tersebut selama beberapa tahun terakhir. Ia juga telah melakukan penyesuaian pada sepedanya selama sembilan bulan. Jika dibutuhkan, Kuan berencana mengambil pekerjaan paruh waktu dalam perjalanannya nanti.

"Saya telah membaca buku harian perjalanan pengendara sepeda, menonton Man vs Wild dan belajar dari apa yang telah orang lakukan di masa lalu," katanya. "Pengetahuan adalah guru terbaik."

Kuan yang lahir di Makau sesungguhnya bisa menikmati hidup dengan tenang. Dengan investasi yang terus mengalir ke Makau, akan lebih mudah bagi warga setempat untuk mendapatkan pekerjaan.

Sebelum menjadi trainner engineer, Kuan sendiri pernah menjadi bekerja di kasino. "Hidup di Makau tidak buruk, justru telalu bagus," ujar Kuan. "Sangat mudah menghasilkan banyak uang dan membeli apapun yang Anda inginkan, tetapi ada kebutuhan untuk melihat dari sekadar nilai material."