Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

abuazzamsmalaAvatar border
TS
abuazzamsmala
Pelajaran Ikhlas [FOR MUSLIM]
[FONT="Book Antiqua"]Suatu sore, seorang muda duduk di dalam kamarnya, tempat ia berbagi kisah, menabur suka, merajut duka, dan merenung serta gelisah. Kala itu langit mendung, meski sinar matahari masih menyusup ke dalam kamarnya, tidak bisa dipungkiri, kegelapan yang dominan dan duduknya seseorang yang menelungkupkan kepala, mengalahkan energi dari sinar yang menyusup.

Hingga seorang ayah pun datang menuju ruangan, menepuk pundak seorang muda itu, dan bertanya mengenai gerangan yang seorang muda itu hadapi. Lalu seorang muda itu menceritakan segala sesuatu yang ia hadapi hari ini, kekecewaannya, kemarahannya, kejengkelannya, semua ia limpah ruahkan, ia mendapati nilai ulangannya paling rendah di kelas, padahal dialah yang memberikan pengajaran kepada teman temannya. Sang ayah hanya tersenyum, dan mengelus punggungnya, dengan lembut ia berkata,

“Putraku, Masihkah engkau yakini bahwa kita tidak diciptakan oleh Allah sia sia ?”

Seorang muslim sejati akan senantiasa yakin dan mantap bahwa Allah tidaklah menciptakan dirinya hanya untuk sebuah kesia-siaan belaka, karena Allah berfirman :

Quote:


Imam Asy Syafi’i mengatakan,
Quote:


Kemudian, bukankah itu sebuah kekeliruan yang nyata, ketika kita menetapkan bahwa Allah berbuat sesuatu yang sia sia ? Bukankah berbuat sesuatu yang sia sia di kalangan manusia merupakan sebuah hal yang dicela ? Apakah Allah berbuat sesuatu yang buruk ? Tentu tidak, Allah suci dari keburukan.

“Tidak wahai Putraku, engkau diciptakan, ayah diciptakan, semua manusia diciptakan, tidak lain untuk beribadah hanya kepada Allah wahai Putraku”

Tujuan diciptakannya seluruh manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah beribadah kepada Allah, hal ini secara tegas dinyatakan oleh Allah,
Quote:


Apakah ibadah itu ?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

“Dalam ibadah itu terkandung mengenal, mencintai, dan tunduk kepada Allah. Bahkan dalam ibadah terkandung segala yang Allah cintai dan ridhoi. Titik sentral dan yang paling urgent dalam segala yang ada adalah di hati yaitu berupa keimanan, mengenal dan mencintai Allah, takut dan bertaubat pada-Nya, bertawakkal pada-Nya, serta ridho terhadap hukum-Nya. Di antara bentuk ibadah adalah shalat, dzikir, do’a, dan membaca Al Qur’an.”

(Majmu’ Al Fatawa, 32/232)

Dan Ibadah ini memiliki dua syarat, apabila dua syarat ini terpenuhi, maka ibadah akan diterima, kalau salah satunya tidak dipenuhi, maka ibadah akan ditolak. Dua syarat itu adalah Ikhlas (beribadah hanya untuk Allah) dan ittiba’ (mengikuti petunjuk Rasulullah).

“Jika engkau mengharapkan ridho Allah ketika memberi pengajaran, wa laa tahinnu wa laa tahzanu, wa antumul a’launa in kuntum mu’minin.”

Allah berfirman,
Quote:


Ayat ini merupakan sebuah ayat yang diturunkan ketika selesai perang Uhud, dimana pasukan Muslim mengalami kekalahan. Allah memberikan motivasi kepada pasukan Muslim, memberikan kabar bahwasannya kaum kaum sebelum mereka ini juga mengalami kekalahan dan penderitaan, tetapi pada akhirnya, kaum kaum sebelum mereka ini mengalami kemenangan, dan kekalahan pun menimpa pihak orang orang yang tidak beriman, semisal pada masa Nabi Nuh, kaum ‘Ad, Nabi Musa, dan sebagainya.

Penderitaan dalam kehidupan, kekalahan, merupakan sebuah hal yang manusiawi dan tidak mungkin dihindari. Dan sebuah kekalahan, baik dengan lawan maupun kawan, akan menimbulkan getar getir dalam hati yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Maka dari itu, Allah memberikan motivasi kepada kita, janganlah kita menjadi lemah lagi bersedih, karena apabila kita memberikan bantuan, kemudian orang yang kita bantu menjadi lebih hebat dari kita, maka hal itu akan menjadi sebuah ladang pahala untuk kita sendiri.

Mari kita contoh pada ulama zaman sekarang, seorang ketua komisi fatwa Saudi Arabia bernama Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz dan muridnya seorang ahli hadits zaman ini yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani,

Lihatlah apa perkataan Asy-syaikh bin Baz ketika muridnya lebih mumpuni dan lihai daripada dirinya dalam bidang hadits,

Quote:


Dan hal hal seperti inilah yang diterapkan oleh para ulama terdahulu, maupun sekarang, dan hal hal seperti inilah merupakan sebuah tanda keikhlasan dalam mendidik, berbahagia ketika orang yang kita bantu menjadi lebih dari diri kita, merupakan sebuah tanda keikhlasan.

Mari kita luruskan diri kita, yakinkan bahwa di dunia kita tidak diciptakan sia sia, melainkan untuk beribadah hanya kepada Allah semata, dengan ikhlas dan ittiba’, dan ketika kita mengalami kejadian di atas, maka hal itu adalah hal biasa, bangkitkan diri kita dan tampilkan senyuman, karena tanda keikhlasan adalah kita bahagia karena pengajaran kita membuahkan hasil yang baik. Wallahua’lam bish-shawwab.

Rujukan :
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Tafsir Ibnu Katsir
3. Berbagai artikel dari [url=http://www.yufid.com[/FONT]]www.yufid.com[/FONT][/url]

Spoiler for Thread Ane Gan!:
Diubah oleh abuazzamsmala 22-02-2013 11:48
0
900
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.