Jakarta, BeritaPrima.com — Banjir di sejumlah jalan protokol di jantung Jakarta menyebabkan kemacetan luar biasa pada Sabtu (22/12) lalu yang berlangsung kurang lebih lima jam. Berdasarkan perhitungan konservatif skala ekonomi Jakarta, kerugian ekonomi dari banjir tersebut adalah Rp1-1,4 miliar per jam.

Demikian disampaikan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (23/12). Perhitungan konservatif tersebut didapat dari Congestion cost Jakarta.

“Skala ekonomi Jakarta sampai tri wulan ketiga kan Rp280 Triliun, diperkirakan sampai akhir tahun berarti Rp400 Triliun per tahun,” jelasnya.

Jika menggunakan perhitungan konservatif, jumlah tersebut akan setara dengan Rp33 Milyar per hari atau Rp2 Miliar per jam efektif.

“Kalau terjadi kemacetan total seperti yang terjadi kemarin di Jakarta, kita memperkirakan kerugian ekonomi akan mencapai Rp1-1,4 milyar per jam. Tingggal kita memperkirakan berapa jam terjadi kemacetan total tersebut. Kalau 5 jam berarti antara Rp5-7 miliar,” rinci Danang.

Hitungan tersebut, katanya, belum merangkum lost oportunities seperti batalnya janji bisnis dengan klien dan lain sebagainya. Hak ini masih ditambah kerugian mubazirnya infrastruktur transportasi.

“Infrastruktur busway misalnya, Rp35 Miliar per kilometer. Bila macet sekitar 15 kilometer selama 5 jam, terhitung Rp10-14 Miliar kerugiannya,” jelasnya lagi.

Kerugian ekonomi itu masih ditambah lagi dengan kerugian sosial yang sulit dihutung dengan angka. Danang mengatakan, kerugian terparah adalah semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat tak percaya lagi pada pemerintah yang dianggap tak bisa menangani permasalahan transpirtasi.

“Penurunan akibat hal ini bisa sangat drastis. Jika kepercayaan masyarakat sudah menurun, pemerintah akan semakin sulit melaksanakan program-program pembangunan,”pungkasnya.

SUMBER