Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

badielummyAvatar border
TS
badielummy
[cerpeen..] Ibu dan Anak Sulungnya
emoticon-Matabelo


[B]Alkisah, terdapat perkampungan di wilayah Timur Tengah yang cukup padat dihuni kaum Dhufa. Kehidupan yang teramat sulit dan diselimuti kemiskinan bertahun-tahun yang dirasakan oleh warga kampung itu. Terdapat kehidupan sebuah keluarga kecil yang menjadi 'potret' oleh dunia, mengisahkan antara Seorang Ibu dan Putra Sulungnya.
Suatu hari disore itu gerimis tak kunjung berhenti, walau tak selebat hujan, namun angin tetap menerjang-nerjang, kilatan dari langit kerap sekali memotret bumi, bagai flash sebuah kamera saat ditempat gelap. Saat itu juga sang Ibu sedang sakit keras. Cukup banyak penyakit yang menyarang didalam tubuh selama 17 tahun terakhir ini dan sekaligus dalam proses masa tuanya. Keadaan lumpuhnya yang membuat Ia tak bisa berbuat apa-apa. Hingga sang Putra Sulungnya menghampiri Ibunda diruangan kecil berukuran single bed dan celah kecil untuk sebuah lemari.

"apa kabar Ibu hari ini? Gimana dengan ramuan yang putri (menantunya) bikinkan, sudah habiskah?"
"Alhamdulillah nak, hanya saja Ibu merasa akan lebih baik lagi jikalau engkau yang meracikkan untuk Ibu." pintanya dengan suara yang nyaris tak terdengar dan posisi bibir melenceng karena suatu benturan stroke menimpanya.

mendengar tutur sang Ibu, sambil menangis lirih Anak sulung ini memeluk erat Ibu sambil berkata.

"Demi Allah Ibu, saya sangat menyayangi Ibu, selama ini saya tak merasa terbebani dengan kondisi Ibu, rasa ikhlas cukup lekat dihati, namun tak ada satu barangpun yang tersisa untuk dijual lagi. Hanya dengan menjual barang-barang dirumah inilah Ibu bisa dibawa ke rumah tabib. Upah dari tempat kerja hanya cukup membeli sekantung gandum, roti kering , dan segulung kurma mentah.."
"Cukup nak!!” Potong Ibu, dan melanjutkan berbicara. “Ibu sangat mengerti dengan kondisi keluarga ini. Selama ini hanya ada rangkaian do'a yang tiap saat ku panjatkan kepada Allah Yang Maha Akbar dengan tanpa bosannya. Coba katakan, apa yang hendak engkau katakan padaku?"

Sembari berjongkok dan bersandar disisi pintu kamar, kepala melihat langit-langit yang sudah banyak titik kebocoran saat hujan, sang anak pun mencoba merangkaikan kata-katanya tuk ungkapkan keluh-kesahnya dengan sang istri.

"Saya sangat mengerti dan paham tentang Iman, Taqwa, dan Rabb sebagai Tuhan Yang Maha Segalanya, namun demi Rabb-ku yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk, saya tak sanggup lagi melihat olah dan tingkah Putri istriku. Dia tak ingin Ibu tinggal bersama kami, dia ingin terbebas dari kesibukan yang hanya ia lakukan untuk merawat Ibu puluhan tahun lamanya. Keadaan malah makin memburuk dan semakin Miskin. Saya sangat..."
"katakanlah segera keinginanmu dan istrimu terhadapku nak" pangkas Ibu yang spontan menangis saat anak sulungnya mengatakan kesusahannya.

"Maafkan anakmu ini Ibu, Sore ini jelang Maghrib, Saya akan membawa Ibu kedalam hutan, saya akan tinggalkan Ibu dan sebuah selimut tebal disana." tegas anaknya.
"Lakukanlah nak, Ibu sangat sadar jika engkau menginginkan demikian. Ibu juga ingin minta maaf kepada engkau dan istrimu."

Anak itu lekas pergi menyiapkan sebuah gerobak beroda kayu yang kerap untuk mengangkut barang dagangan ditempat dia bekerja.

Sepanjang jalan sang Ibu hanya menggerakkan jari-jemarinya, sambil menangis tanpa air mata ia berzikir. Terdengar pula sering kali Ibu bercerita lirih kepada sang anak tentang masa kanak-kanak anaknya itu, mengenang, dan mengenang sambiil terus berzikir. Sedang anaknya terus berjalan menarik gerobak dan menangis.
Sesampainya ditengah hutan yang sunyi, gelap dan rindang Anak itu menghentikan jalannya. Waktu sekira semalam ba'da Isya. Mungkin sekitar pukul 21:30an.

"Anakmu ini ingin minta maaf Ibu, inilah yang bisa saya lakukan tuk saat ini. Jika istriku berubah pikiran dan meminta Ibu kembali ke rumah, tentu saya akan segera menjemputmu disini. Dipinggir mata air ini saya akan menjemputmu."
"Iya nak, Ibu mengerti dan paham. Semoga saja saat kau kemari, tidak ada binatang buas yang berkenan dengan daging Ibu yang pahit ini. Pergilah, hari sudah larut malam menjelang pagi."

Sang anakpun memeluk Ibundanya yang terakhir kali, dan meminta maaf. Namun langkahnya yang hendak pergi cegah Ibunya yang masih dalam keadaan berbaring diatas gerobak milik anaknya. Sambil merebut tangan anak itu, Ia berkata.

"Tunggu!! Ingatlah nak, jika memang Allah menghendaki Aku gugur dihutan ini, aku sepenuhnya sudah ikhlas dan memaafkan semua tindakanmu terhadapku, ku harap engkau juga seperti itu. Aku akan memohon kepada Rabb-ku saat aku disisi-Nya kelak, agar tidak memperhitungkan semua tindakanmu dan istrimu terhadapku. Almarhum Ayahmu di Syurga juga pasti memaklumi jika ia mengetahui tindakanmu. Dan ingatlah satu hal lagi, sepanjang jalanku kemari, aku melukai jariku hingga mengeluarkan darah dan mematahkan ranting-ranting pepohonan kecil di sepanjang jalan itu. Carilah ranting yang kupatahkan tadi dengan tanda terdapat sedikit-sedikit darah dari jariku sebagai petunjuk arah untuk membawamu pulang kerumahmu..”
Spontanitas sang Anak langsung membawa Ibunya pulang kerumah bersama-sama. Tekad seorang anak yang hendak membuang Ibunya yang sakit keras di tengah hutan dan binatang buaspun tak terjadi ketika sang anak menilai dan menyadari, betapa besarnya rasa sayang yang Ibu miliki untuk anaknya.[
/B]
0
226
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
Buat Latihan PostingKASKUS Official
35.6KThread1.7KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.