Survei Fakultas Ekonomi Universitas Trisaksi menyebutkan sebanyak 20,6 persen pelajar DKI Jakarta merupakan perokok aktif. Itu hampir sama dengan 1 dari lima pelajar DKI menjadi perokok aktif. Ketua Program Youth Smoking Prevention Farah Margaretha mengatakan dari angka itu sebanyak 91,2 persen merupakan pelajar lelaki dan 8,8 persen pelajar perempuan.

"Mereka pertama kali merokok karena diperkenalkan oleh teman-temannya," kata Farah, Kamis 13 Desember 2012. Universitas Trisakti baru-baru ini melansir sebuah survei mengenai perilaku merokok pelajar di DKI Jakarta itu.

Ia menyebutkan faktor pertemanan sangat tinggi dalam mempengaruhi pelajar untuk merokok. Sebanyak 75,3 persen responden mengatakan kali pertama merokok karena ditawari oleh teman. "Urutan kedua karena melihat ayahnya merokok," ujar Farah.

Lebih lanjut, dari survei ditemukan jenis rokok filter paling diminati untuk dihisap oleh para pelajar. Alasannya, ucap Farah, karena mudah didapat, rekomendasi dari teman, alasan kesehatan, dan pengaruh dari iklan di televisi.

Farah melanjutkan, para pelajar mendapatkan rokok dari uang saku yang disisihkan. Sebanyak 35,8 persen uang saku pelajar digunakan untuk membeli rokok. Dengan jumlah rokok yang dihisap rata-rata empat batang per hari. "Mereka biasa membeli secara eceran di warung atau asongan," kata dia.

Dipilihnya pelajar sebagai penelitian, ucap Farah, tidak lepas dari program Youth Smoking Prevention. Pihaknya mencoba fokus ke upaya pencegahan perilaku merokok di kalangan remaja. "Biasanya orang mulai merokok di awal masa sekolah. Salah satunya di SMP," ucap dia.

Sementara itu Farah menjelaskan, survei yang dilakukan di lima wilayah Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu, melibatkan 1.435 pelajar di 41 sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, dan sekolah menengah kejuruan. Dalam meneliti, pihaknya menggunakan metode penelitian stratified random sampling. Penelitian dilakukan pada pertengahan Oktober 2012 hingga awal Desember.

sumber : tempo.co