- Beranda
- The Lounge
TARI TORTOR(BATAK) pun DIKLAIM PUNYA MALINGSHIT.....
...
TS
bourjouis
TARI TORTOR(BATAK) pun DIKLAIM PUNYA MALINGSHIT.....
Spoiler for BERITA:
Tortor adalah tarian yang selalu diiringi dengan gondang (gendang). Tortor pada dasarnya adalah ibadat keagamaan suku batak sejak jaman animisme dan dinamisme, sehingga bersifat sakral, bukan semata-mata kesenian. Tortor dan gondang diadakan pada upacara penting dalam kehidupan orang batak misalnya:
Pesta perkimpoian
Martutuaek (memandikan atau memberi nama anak)
Memasuki rumah baru
Pesta saring-saring (menggali kerangka jenazah)
Mangase Taon; upacara tahunan
Pesta edang-edang (pesta sukaria)
Ketika menari tortor, selain diiringi dengan gondang, para penari juga memakai ulos yang cara pemakaiannya memiliki aturan tersendiri sesuai dengan filosofi adat batak. Sehingga dengan demikian tari tortor memadukan seni tari, musik gondang, filosofi adat dan berbagai ritual sakral lainnya, di mana kesemuanya itu adalah esensi dari adat batak. Bila tortor tidak lagi dianggap sebagai warisan budaya batak asli, maka bisa dianggap bahwa adat batak telah kehilangan esensinya.
Dalam persoalan di mana Malaysia mengklaim bahwa tortor adalah warisan budaya mereka, kita perlu bersikap obyektif. Yang pertama harus diklarifikasi adalah bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim bahwa tortor adalah budaya yang berasal dari mereka sendiri, melainkan kebudayaan yang dibawa masuk oleh para pangaranto (perantau) dari Mandailing ke Malaysia sejak kira-kira 200 tahun yang lalu. Para pangaranto tersebut ingat akar budaya mereka sebagai keturunan orang batak Mandailing dan ingin melestarikannya dengan cara menampilkan tortor Mandailing dan Gordang Sambilan pada acara budaya tahunan. Agar dapat melakukannya, mereka perlu mendaftarkan kesenian tersebut ke pemerintah Malaysia berdasarkan Section 67 Undang-undang tentang Warisan Budaya tahun 2005 agar bisa mendapatkan dana yang cukup untuk pagelaran kesenian tersebut.
Akan tetapi kita juga perlu berhati-hati karena apabila tari tortor Mandailing dan Gordang Sambilan itu sudah didaftarkan oleh pemerintah Malaysia, maka hal itu bisa menjadi dasar bagi pemerintah Malaysia di masa depan untuk mengajukannya ke UNESCO sebagai warisan budaya asli Malaysia. Bila itu terjadi, maka bukan tidak mungkin pada akhirnya seluruh dunia mengira bahwa semua tari tortor yang berasal dari sub-suku batak lainnya (Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Angkola) adalah berasal dari Malaysia juga.
Bagi pecinta seni, mungkin ada baiknya bila tortor diakui sebagai warisan budaya Malaysia karena berbeda dengan pemerintah Indonesia, pemerintah Malaysia memang secara jelas mendukung pelestarian budaya tradisionalnya dengan berbagai undang-undang dan juga pendaanaan. Pemerintah Malaysia juga aktif mempromosikan apa yang dianggap sebagai warisan budayanya ke dunia Internasional. Dengan demikian bila diakui oleh pemerintah Malaysia, maka tortor tidak akan punah.
Sementara itu kita orang Indonesia baru ribut bila budaya kita diklaim negara tetangga, padahal selama ini perhatian kita sendiri terhadap budaya ini sangat kurang. Orang Indonesia, terutama anak muda, jauh lebih berminat pada artis luar negeri daripada mempelajadi budaya adatnya sendiri. Kita hanya bisa ribut melalui social media seperti twitter dengan #TortorMilikIndonesia sementara itu mungkin ada banyak diantara kita yang bahkan belum pernah melihat tari tortor.
Saya pribadi “bersyukur” karena dengan adanya kasus Malaysia mengklaim tortor, maka bangsa Indonesia mulai memperhatikan tortor. Saya harap ini menjadi “wake up call” bagi semua orang batak untuk melindungi warisan budanya. Bagaimana pendapat anda?
Pesta perkimpoian
Martutuaek (memandikan atau memberi nama anak)
Memasuki rumah baru
Pesta saring-saring (menggali kerangka jenazah)
Mangase Taon; upacara tahunan
Pesta edang-edang (pesta sukaria)
Ketika menari tortor, selain diiringi dengan gondang, para penari juga memakai ulos yang cara pemakaiannya memiliki aturan tersendiri sesuai dengan filosofi adat batak. Sehingga dengan demikian tari tortor memadukan seni tari, musik gondang, filosofi adat dan berbagai ritual sakral lainnya, di mana kesemuanya itu adalah esensi dari adat batak. Bila tortor tidak lagi dianggap sebagai warisan budaya batak asli, maka bisa dianggap bahwa adat batak telah kehilangan esensinya.
Dalam persoalan di mana Malaysia mengklaim bahwa tortor adalah warisan budaya mereka, kita perlu bersikap obyektif. Yang pertama harus diklarifikasi adalah bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim bahwa tortor adalah budaya yang berasal dari mereka sendiri, melainkan kebudayaan yang dibawa masuk oleh para pangaranto (perantau) dari Mandailing ke Malaysia sejak kira-kira 200 tahun yang lalu. Para pangaranto tersebut ingat akar budaya mereka sebagai keturunan orang batak Mandailing dan ingin melestarikannya dengan cara menampilkan tortor Mandailing dan Gordang Sambilan pada acara budaya tahunan. Agar dapat melakukannya, mereka perlu mendaftarkan kesenian tersebut ke pemerintah Malaysia berdasarkan Section 67 Undang-undang tentang Warisan Budaya tahun 2005 agar bisa mendapatkan dana yang cukup untuk pagelaran kesenian tersebut.
Akan tetapi kita juga perlu berhati-hati karena apabila tari tortor Mandailing dan Gordang Sambilan itu sudah didaftarkan oleh pemerintah Malaysia, maka hal itu bisa menjadi dasar bagi pemerintah Malaysia di masa depan untuk mengajukannya ke UNESCO sebagai warisan budaya asli Malaysia. Bila itu terjadi, maka bukan tidak mungkin pada akhirnya seluruh dunia mengira bahwa semua tari tortor yang berasal dari sub-suku batak lainnya (Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Angkola) adalah berasal dari Malaysia juga.
Bagi pecinta seni, mungkin ada baiknya bila tortor diakui sebagai warisan budaya Malaysia karena berbeda dengan pemerintah Indonesia, pemerintah Malaysia memang secara jelas mendukung pelestarian budaya tradisionalnya dengan berbagai undang-undang dan juga pendaanaan. Pemerintah Malaysia juga aktif mempromosikan apa yang dianggap sebagai warisan budayanya ke dunia Internasional. Dengan demikian bila diakui oleh pemerintah Malaysia, maka tortor tidak akan punah.
Sementara itu kita orang Indonesia baru ribut bila budaya kita diklaim negara tetangga, padahal selama ini perhatian kita sendiri terhadap budaya ini sangat kurang. Orang Indonesia, terutama anak muda, jauh lebih berminat pada artis luar negeri daripada mempelajadi budaya adatnya sendiri. Kita hanya bisa ribut melalui social media seperti twitter dengan #TortorMilikIndonesia sementara itu mungkin ada banyak diantara kita yang bahkan belum pernah melihat tari tortor.
Saya pribadi “bersyukur” karena dengan adanya kasus Malaysia mengklaim tortor, maka bangsa Indonesia mulai memperhatikan tortor. Saya harap ini menjadi “wake up call” bagi semua orang batak untuk melindungi warisan budanya. Bagaimana pendapat anda?
Spoiler for CEK:
http://www.adatbataktoba.davidsigma.com/tari-tortor-diklaim-malaysia-kenapa-ribut-2/
0
456
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.7KAnggota
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru