Teknologi informasi membikin semuanya menjadi mudah. Akses menuju informasi semakin tersebar. Semakin mudah mendapat hal-hal baru, semakin mudah pula membikin hal-hal baru. Berlaku juga di dunia musik.

Jika dahulu untuk bermusik kita harus memiliki beberapa hal (alat musik, uang ke studio, dll), sekarang lebih sederhana. Cukup berbekal komputer, internet dan kemauan bereksperimen, Anda bisa jadi seorang musisi. Bedroom musician atau musisi kamar tidur sebutan lebih kerennya.



Bottlesmoker adalah salah satu dari musisi kamar tidur Indonesia yang sukses dalam bermusik. Berawal dari proyek bermodalkan komputer Pentium II 350Mhz, Angkuy bereksperimen dengan program Fruity Loops. Percobaan yang ternyata tak sia-sia, sebab melalui pertukaran file antarteman, lagu-lagu Angkuy ternyata banyak diminati.

Angkuy kemudian mengajak Nobie untuk menjadi programmer di proyek musik yang ia namai “Bottlesmoker”. Dengan kegigihan, kreativitas serta pemanfaatan internet yang tepat guna, Bottlesmoker semakin berkembang.

Semenjak album pertama grup asal Bandung ini, “Before Circus Over”, dirilis secara gratis di MySpace, nama Bottlesmoker mulai diperhitungkan, bukan hanya dalam level nasional, namun juga dalam level internasional. Sebuah label musik dari Spanyol mengontak mereka untuk mendistribusikan album tersebut di sana.

Kemudian album kedua mereka, “Slo Mo Smile”, dirilis oleh label asal Amerika, Probablyworse Records sebelum kemudian didistribusikan lagi oleh Neovinyl Records.

Selanjutnya, rentetan pencapaian lain mengikuti, termasuk tur seputar Asia, Best Electro/Dance Act from AVIMA (Asia Voice of Independent Music Awards) 2010, juga Best Electro/Dance Song from AVIMA (Asia Voice of Independent Music Awards) 2010. Semua bermula dari internet!

“Internet membantu penyebaran file menjadi lebih mudah dan efisien dari segi waktu, dan kuat karena menjadi sangat luas dan arusnya sangat cepat. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak internet,” kata Angkuy.

Khusus dalam hal distribusi karya ini pula, Bottlesmoker mengusung konsep berbagi karya secara gratis.

Lalu dari mana dapat untung bila karya musik disebarkan gratis? “Entah kenapa kami memiliki misi untuk berbagi karya kami kepada orang lain. Dari berbagi tadi tidak ada pemikiran untuk mencari keuntungan dari segi finansial. Kami lebih senang berpikir mengenai strategi penyebaran karya dan promosi saja.”

“Mencari keuntungan adalah tujuan kesekian, dan ternyata dengan pola tersebut membantu keuntungan finansial dari segi penjualan cendera mata dan penampilan offline, dan sekarang kami sangat nyaman dengan metode ini. Berawal dari ketulusan dan mendapatkan hasil yang lebih besar dan berarti daripada royalti, hanya karena dasar berbagi.”

Tetapi Bottlesmoker tidak sembarangan membagi karya mereka. Sejak tahun 2006 Bottlesmoker telah memiliki lisensi khusus untuk melindungi karyanya. Lisensi tersebut bernama Creative Commons, sebuah alternatif lisensi dari lisensi Copyright.

Creative Commons menawarkan proteksi terhadap karya-karya yang memiliki model distribusi yang berbeda dengan model distribusi kebanyakan.

“Karya kami menjadi lebih jelas mengenai fungsi dan sifat keberadaanya melalui atribut-atribut yang ada di dalam poin-poin CC. Kami diberi kebebasan untuk memberikan lisensi karya kami dan yang lebih indah itu mengenai sifat kolaborasinya, karya kami mampu bergerak bebas dan teratur untuk berjalan tidak hanya di bidang musik, tapi menjadi luas melalui atribut memodifikasi. Selain itu karya kami menjadi lebih cepat tersebar dengan tepat melalui atribut penyebaran secara luas. Sehingga ciptaan kami memiliki posisi yang lebih jelas untuk digunakan oleh pengguna karya.”

Dalam hal ini, keuntungan mungkin tak datang secara langsung kepada Bottlesmoker, tapi justru dari tulusnya budaya berbagi karya itu, pencapaian-pencapaian prestasi dapat terus berkembang.

Sumber