SOLO- Tragedi kemanusiaan bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 lalu, masih menyisakan kenangan bagi keluarga korban. Apa kata mantan teroris atas peringatan tersebut?

Salah seorang mantan terpidana kasus Bom Bali I, Joko Tri Harmanto, mengaku insiden tersebut membuat dirinya tersadar apa yang dilakukannya salah. Untuk itu, Joko mengajak para Mujahid agar momen itu menjadi refleksi dan evaluasi agar ke depan situasi menjadi lebih baik.

"Jihad tetap akan terus dilaksanakan, namun harus ada evaluasi. Jadi harus lebih besabar," ujar Joko Tri Harmanto di Solo, Jawa Tengah, Jumat (12/10/2012).

Mereka menyadari bahwa jihad adalah kewajiban, dengan melakukan refleksi dan evaluasi tentunya amaliyah yang dilakukan menjadi lebih terarah dan lebih tepat.

"Reaksi seperti yang terjadi di Bali dulu itu adalah karena adanya tekanan sebelumnya. Untuk itu saya mengimbau mujahid agar selalu refleksi dan evaluasi," tuturnya.

Saat ini, lanjut Joko, dirinya tetap melakukan jihat tetapi dalam bentuk lain. Joko mendirikan Forum Silaturahmi Mujahid dan kini diikuti sekira 40 orang mantan pelaku Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Marriot, Bom Atrium, eks gerilyawan Mindanao, serta eks pelaku konflik di Poso dan Ambon.

Meski tidak membeberkan secara pasti mengenai refleksinya, melalui forum ini Joko hanya ingin menunjukan keberadaan mereka sebagai mujahid masih eksis.

Joko Tri Harmanto alias Jack alias Harun dihukum 6 tahun penjara. Joko didakwa ikut berperan dalam kasus Bom Bali I. Joko merupakan tangan kanan atau orang kepercayaan Dr Azahari dan Noordin M Top.

Joko ditangkap pada 2004 dan didakwa menyembunyikan buron dan barang bukti. Joko juga merupakan asisten utama Azahari dalam perakitan bahan peledak untuk Bom Bali I.

sumber : Okezone.com