INCUBATORAvatar border
TS
INCUBATOR
Kemarau, Monyet Serbu Rumah untuk Menggasak Makanan (Soft News)
Seekor monyet ekor panjang yang merupakan spesies asli Jakarta di pohon di kawasan Balai Konservasi Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta, Sabtu (8/9).




Purwokerto -Kasmiyah, 50 tahun, tampak kesal. Sudah sepekan ini, atap rumahnya jebol tiga kali. Bukan angin atau gempa bumi yang menyebabkannya, tapi monyet ekor panjang yang menjadi biang keladinya. Selama musim kemarau ini, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, menyerbu rumah penduduk untuk mendapatkan makanan. "Jumlahnya ribuan, bahkan saat ini tidak hanya ada di desa ini, tapi sudah sampai ke desa tetangga," kata Kasmiyah, Ahad, 16 September 2012.

Monyet-monyet itu tak hanya menjebol atap rumah yang rata-rata terbuat dari genting. Setelah berhasil membuka atap rumah, mereka turun dan mengambil semua makanan yang ada di rumah. Tak terkecuali bumbu dapur yang turut menjadi sasaran aksi mereka. Rumah-rumah penduduk penganut Islam Alif Rebo Wage atau Aboge itu memang kebanyakan terbuat dari kayu bukan tembok. Pintu rumah pun terbuat dari kayu dengan kunci pintu yang masih sederhana. Hanya menggunakan kait kayu.

Jika tak dijaga, seringkali monyet-monyet itu bisa masuk ke rumah melalui pintu. "Mereka cukup pintar, bisa membuka kait kayu dan masuk ke rumah," katanya. Turahman, 60 tahun, mengatakan monyet tak hanya mengambil makanan di rumah tapi juga merusak tanaman warga. "Mereka sering merusak tanaman dan mengambil nira kelapa," katanya.

Di musim kemarau ini kera semakin liar karena ketersediaan makanan di kawasan hutan Perhutani sudah jarang. "Warga di sini sudah kenyang dengan ulah kera liar. Kera-kera itu sering mengambil makanan, buah-buah, dan nira kelapa. Apalagi di musim kering sekarang ini, pucuk daun muda yang biasanya jadi makanan kera sudah jarang tumbuh dan ditemui," ujarnya. Akibat ulah kawanan kera yang kelaparan itu, tak sedikit warga yang mempunyai pekerjaan sebagai penderes nira kelapa dirugikan. Nira kelapa yang harusnya dapat diolah menjadi gula kelapa, malah sering habis karena diminum oleh kera.

Warga lainnya, Sulam, 41 tahun, mengatakan selama beberapa tahun terakhir warga sudah terbiasa dengan ulah kawanan kera liar tersebut. "Warga sudah terbiasa tiap hari menghadapi ulah kera. Warga harus pandai-pandai ketika harus menanam atau menaruh makanan. Karena kera-kera ini sudah mulai masuk ke pemukiman," ujar pria yang juga menjadi juru kunci Masjid Saka Tunggal. Kepala Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Suyitno mengatakan karena bantuan pakan kera dari pemkab terbilang tak dapat diandalkan, maka mau tidak mau warga setempat harus berkorban makanan untuk para kera.

Padahal, sebagai objek wisata di Banyumas, kompleks Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera Cikakak memerlukan banyak dukungan infrastruktur. "Yang jelas kalau soal makanan untuk monyet, warga sudah berkorban banyak. Sayangnya, hingga kini janji perbaikan jalan wisata saja belum terealisasi apalagi untuk penambahan aset wisata. Entah kapan. Padahal, kalau begini warga yang harus terkena dampaknya," Suyitno menerangkan.

Komentar dan harapan : pinter juga nich hewan, semua merasakan kemarau panjang ini, kalau giliran hujan, pada ngeluh banjir...manusia2, ngeluh mulu!!! emoticon-Cape d... (S)

Sumber : Link
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
2.8K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.