Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

XaHaXAvatar border
TS
XaHaX
Asal Mula Sego Gandul Pati
Quote:

Kota Pati tentu identik dan lekat dengan Sego Gandul(Nasi Gandul), masakan khas dari kota Pantura ini. Sebenarnya, tak hanya Sego Gandul yang melegenda dari kota asal Si Roro Mendut ini. Ada soto kemiri (asalnya dari Desa Kemiri) dan gethuk runting (asalnya dari Desa Runting). Namun, yang paling kesohor yah memang Sego Gandul ini. Nasi ini berdiaspora hingga ke Yogyakarta dan Jakarta. Menu ini direkomendasikan Bondan Winarno, wartawan kuliner tenar.

Oh yah. Kalau hendak berburu Sego Gandul genuine, silakan menelisik Desa Gajahmati, yang terletak di sebelah selatan Terminal Bus Pati. Adalah Almarhum Pak Melet, yang hingga kini dipercaya sebagai orang yang memopulerkan Sego Gandul ini. Memang, Pak Melet sendiri bukanlah pedagang pertama Sego Gandul. Awalnya, di tahun 1950-1960-an, para penjaja Sego Gandul berjalan kaki sambil menggotong pikulan yang berisi kendil (kuali) kuah gandul di satu sisi, dan bakul nasi di sisi lainnya. Lambat laun, para pedagang lebih memilih menetap dengan membuka sebuah warung atau memanfaatkan ruang depan rumahnya untuk berjualan.

Nah, pola jualan yang sebelumnya ideran (mengedarkan dengan jalan kaki berkeliling) dan berubah menjadi buka warung ini, nampaknya sebangun juga dengan sejarah warung bubur kacang ijo (burjo). Burjo kini menjadi santapan wajib para pelajar dan mahasiswa yang hidup di rantau dengan ngekos atau menjadi kontraktor –maksudnya masih tinggal di rumah kontrakan, hehehe… Jika burjo terkenal di kota-kota pelajar seperti Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung, Jakarta, dan lain-lain, nah hanya Sego Gandul yang mengecambah di Pati.

Mungkin menarik jika kita bisa menelus seluk-beluk dan perkembangan masakan khas lainnya. Dan bukan mustahil, bisa kita tuangkan ke dalam tulisan tersendiri. Kembali ke nasi gandul. Karena awalnya digotong dengan pikulan itulah, dia disebut Sego Gandul. Gandul sendiri artinya menggantung. Pikulan itu naik-turun seiring dengan langkah si penjaja.

Kini hampir tidak kita jumpai penjaja nasi gandul yang ideran. Mereka lebih memilih jualan stationaire di warungnya. Tapi, uniknya, pikulan tersebut tetap dipakai di depan meja utama. Kayak apa sih Sego Gandul itu? Nasi ini, sekilas seperti rawon. Kuahnya coklat kemerahan. Gandul asli yang dijajakan di Pati disajikan di atas piring bulat. Di atas piring terdapat sebuah potongan daun pisang sebagai alas. Jenis pisangnya adalah pisang kluthuk (pisang biji). Hal ini agar memberikan aroma nan segar terhadap kuah. Di dalam kuahnya terdapat thethelan (potongan) daging dan gajih (lemak) sapi. Jangan kuatir! Saat ini, para pedagang Sego Gandul memodifikasi kuah nan bersantan ini hanya dengan daging, zonder lemak. Jadi, Sego Gandul nampaknya tetap aman dinikmati oleh pengidap kolesterol.

Setelah nasi putih diguyur kuah beserta beberapa potong thethelan, rasanya kok ada yang kurang. Nah, Anda bisa menambahkan lauk. Uniknya, lauk ini berasal dari semua organ sapi. Ada otak, lidah, daging, paru, jantung, usus, babat buku, babat handuk, babat jala, Kaskus, kulit, dan lain sebagainya. Jika Anda sedang menghindari makanan hewani, nah, ini dia! Silakan lengkapi nasi gandul dengan sebuah perkedel atau tempe goreng. Tempe goreng ini unik. Si tempe begitu garing dan krispi sewaktu digigit. Ternyata, rahasianya, tempe direbus dulu dengan santan sebelum digoreng. Tentu ini agak berbeda dengan Sego Gandul yang dijual di kota lain. Meski si empu warung (setidaknya mengaku) dari Pati, nasi gandulnya sudah disesuaikan sana-sini. Misalnya, di Jakarta, lauknya sudah terpotong-potong ke dalam kuah. Kita tak perlu memesan lauk yang tersendiri. Ada juga salah satu Sego Gandul di Yogyakarta, potongan lauknya lebih kecil. Dalam seporsi, kita bisa memilih dua jenis lauk itu. Bisa daging (empal) dan usus, empal-Kaskus, dan lain-lain. Apapun modifikasinya, baik Pati asli maupun sesuaian, tetap nikmat kok.

Nah, karena Sego Gandul ini disajikan dengan alas piring daun pisang, kuah dan nasi tak menyentuh dasar piring atau seakan menggantung. Karena itulah, nasi ini disebut Sego Gandul. Versi ini sekaligus melengkapi versi pertama. Argumentasinya, jika nasi gandul diedarkan dengan pikulan, burjo dulunya juga dipikul. Minuman dawet, yang sudah ada sejak zaman sebelum Kerajaan Demak, pun dipikul. Nasi soto dulunya juga dijual dengan dipikul. Kenapa hanya nasi ini yang disebut Sego Gandul? Jenis makanan lainnya, yang dijual ideran dengan pikulan kok tidak dinamakan gandul? Dus, sendoknya terbuat dari daun pisang juga. Namanya suru. Sebagian ada yang bilang nyuru, nyiru. Bagi yang belum terbiasa memakai sendok daun pisang, tak usah kuatir. Setiap warung kini menyediakan sendok logam.

Eh, ada juga versi dirty joke-nya loh. Sekali lagi ini hanya joke dan kurang bisa dipertanggungjawabkan validitas kesejarahannya. Pada suatu ketika, ada seorang penjual nasi gandul yang memakai sarung. Ketika duduk, terlihat “adiknya” yang gandul-gandul. Oleh para pembeli, mulai saat itu, disebutlah nasi tersebut sebagai Sego Gandul. Hehehe… Ah, apapun versinya, yang terang, nasi ini sedap bin lezat nian. Jika Anda menginjak Kabupaten Pati Bumi Mina Tani, jangan lupa berburu nasi gandul. Eit, jangan lupa ditingkahi dengan segores olesan kecap manis. Emmm… nyamleng tenan.

Penampakan Sego Gandul:
Spoiler for penampakan sego gandul:

Sumber:http://omahberita.blogspot.com/2012/03/asal-mula-nasi-gandul-pati.html

tidak menolak emoticon-Blue Guy Cendol (L)atau emoticon-Rate 5 Star kalo berkenan, asal jangan emoticon-Blue Guy Bata (L).

Spoiler for thread lain:
0
6.7K
45
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.