Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yowa38Avatar border
TS
yowa38
[Diskusi] Sistem penanganan mudik
disadur dari berbagai sumber :

A.\tLatar Belakang Permasalahan
Setiap tahun, perayaan Idul fitri bagi umat islam identik dengan kegiatan mudik, terutama di pulau jawa. Masa liburan yang panjang merupakan kesempatan bagi perantau untuk pulang ke kampung halamannya. Akibat dari ketidak seimbangan pembangunan, menyebabkan banyak perantau yang mencari pekerjaan di wilayah perkotaan, terutama di jawa. Salah satu contoh adalah kota Jakarta. Jumlah pendatang di kota Jakarta diperkirakan mencapai 70% dari keseluruhan populasi penduduk jakarta, ini terlihat ketika para pendatang itu melaksanakan mudik lebaran, maka kota jakarta mendadak seperti mengalami hibernasi (tidur musim dingin). Tidak tampak sama sekali wajah ibukota yang senantiasa dinamis.

Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Hal ini disebabkan dari masih dianutnya filosofi jawa, yaitu mangan ora mangan asal ngumpul, sehingga masyarakat di jawa merasa wajib melaksanakan mudik bagamanapun kondisinya, bahkan untuk bisa melaksanakan mudik, mereka rela menggadaikan barang atau berhutang.

tradisi ini dapat mengundang lahirnya permasalahan jika tidak terkoordinasi secara baik,terutama masalah keamanan dan ketertiban. Pengamanan mobilisasi warga masyarakat dalam melaksanakan mudik Lebaran harus dilakukan secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi oleh pemerintah daerah,dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, terutama dengan dukungan dari TNI dan Polri. Keamanan dan ketertiban dapat menjadi perhatian utama dalam menciptakan proses yang lebih baik.

Salah satu permasalahan yang sangat menjadi perhatian adalah jumlah korban jiwa akibat kecelakaan lalulintas yang setiap tahun mengalami peningkatan. tahun ini berdasarkan data Korps lalu Lintas Kepoilisian Negara RI (Polri) hingga Jumat (24/8) korban arus mudik dan balik telah mencapai 760 orang. Jumlah korban tewas yang sangat besar itu akhirnya menjadikan berita mudik kembali menjadi sorotan publik, utamanya tentang bagaimana sebenarnya pengelolaan mudik dari tahun ke tahun, mengapa perbaikkan yang dilakukan tidak menunjukkan pengurangan korban jiwa dan justru kian menambah korban jiwa. Kepolisian RI mencatat, hingga H-7 lebaran 2012, jumlah kecelakaan lalu lintas telah mencapai 979 kejadian. Dari jumlah ini, sebanyak 170 orang dilaporkan meninggal dunia, 207 orang mengalami luka berat dan 872 orang mengalami luka ringan. Selain itu, kerugian material dari seluruh kecelakaan ini mencapai Rp 2,6 miliar dan sebagian terjadi di jalur Pantai Utara Jawa. Mayoritas korban adalah pengendara sepeda motor.

Melihat dari langkah-langkah yang dilakukan pemerintah, meminjam istilah Rhenald kasali, pemerintah cenderung melakukan langkah-langkah dengan berpikir “dibelakang kurva”, Rhenald Kasali mendefinisikan gejala berpikir “dibelakang kurva” dengan tindakan atau keputusan yang cenderung bersifat reaktif, instant, short term (jangka pendek), jalan pintas, populis, emosional, dan tentu saja tidak visioner. Tidak visioner, tidak terkoordinasi satu dengan lainnya, tidak didasarkan fakta-fakta yang mendalam tentang keadaan di masa depan (intelligence data gathering), tidak menyatu, tidak didukung leadership yang kuat, dan tentu saja tidak kritis.Secara kasata mata dapat kita lihat, kebijakkan yang diambil pemerintah cenderung kebijakkan jangka pendek dan instan, seperti memperlebar jalan, memperbaiki jalan yang rusak menjelang mudik dan melakukan operasi siaga mudik. Pada dasarnya kebijakkan-kebijakkan itu baik, namun itu tidak akan menyelesaikan masalah, namun hanya akan menunda masalah itu membesar untuk sementara, karena itu bukanlah pangkal permasalahan mudik. Pemerintah kedepannya seharusnya lebih berpikir jangka panjang dan langsung ke pusat masalah (hulu), yaitu bagaimana mengurangi jumlah pengguna kendaraan pribadi terutama sepeda motor dan bagaimana kedepannya jumlah pemudik semakin berkurang. Berangkat dari 2 hal itu, menurut penulis ada beberapa alternatif solusi yang dapat di implementasikan pemerintah agar kedepannya permasalahan mudik lebaran dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
0
2.5K
8
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kepolisian
KepolisianKASKUS Official
3.6KThread814Anggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.