Suatu hari, tepatnya hari minggu Ponirun (suami) Menemani Sawijem (istri), istrinya kepasar. Sambil membeli daging, Sawijem meminta Ponirun untuk membeli Telor ayam.
Ponirun : Mas, Telornya berapa sekilo?
Penjual : Telor ayam atau telor bebek?
Ponirun : Telor ayam.
Penjual : Telor ayam biasa atau kampung
Ponirun : Yang lokal atau yang Impor?
Ponirun : Yang lokal aja.
Penjual : Yang lokal nya mau yang dari jakarta, Bogor, atau Depok?
Ponirun : Yang Jakarta Deh....($^%^$^ Sambil Kesel)
Penjual : Mau yang Jakarta Pusat, Barat, Timur, utara Atau Selatan?
Ponirun : Mas Ini mau jual telor atau mau jalan-jalan?
Penjual : Maaf, pak. Saya penjual mie ayam di sebelah. kebetulan yang jual telor lagi ke belakang. saya di suruh ngobrol dulu sama pembeli ampe dia dateng.
Ponirun : ^&*^*%*&*^*^%&^ (Sensor Mode ON)

Di pasar (waduh Ponirun lagi) bertemu dengan seorang temannya yang jadi preman pasar. ia suka memalak dan minum-minuman keras. ponirun mengajaknya mengobrol. berharap bisa membuatnya bertobat dan kembali kejalan yang benar.
Ponirun : Kenapa kamu malak?
Preman : Terus terang, supaya saya dapat uang untuk membeli minuman keras
Ponirun : Lalu kenapa kau minum?
Preman : Supaya dapat keberanian buat malak.
Ponirun : &%&&%^&%$$#$#% (Sensor Mode ON Lagi)

Untuk mengganti sekretaris yang baru saja dipecat, ponirun saja di pecat, Ponirun mewawancarai salah seorang pelamar.
Ponirun : Jadi saudara pernah bekerja sebelumnya?
Calon : Ya, betul
Ponirun : Saudara suka bergosip?
Calon : Tidak.
Ponirun : Saudara suka terlambat?
Calon : Tidak.
Ponirun : Saudara Pemalas?
Calon : Tidak.
Ponirun : Jadi Saudara tidak punya kekurangan?
Calon : Ada pak, saya tukang bohong.
Ponirun : ^@@&^#^#%@**!&**