Kaskus

Hobby

  • Beranda
  • ...
  • Budaya
  • PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !

nizaetAvatar border
TS
nizaet
PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
By Ambu



Aksara (Ikon Sunda): Batu Tapak Anggana (PANGRUHUM RAHIYANG WASTU KANCANA)


Wijaksara Bhaga Sunda

“Bati Peureu Tinggal nu Atis Tina Rasa
Pakena Keureuta Bener
Pakena Gawe Rahayu
Pakeun Nanjeur na Juritan
Pakeun Heubeul Jaya dina Buana
Haywa Diponah-Ponah
Haywa Dicawuh-Cawuh
Bhaga Neker Bhaga Angger
Bhaga Nincak Bhaga Rempag..”

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa Manggala


Esensi Ajaran Sunda Prabu Raja Wastukancana “Prabu Wangisutah” di Situs Kawali

PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !

Prasasti I (bagian depan/ muka)
1. nihan tapa(k) wa
2. las nu siya mulia tapa bha
3. ga parebu raja wastu
4. mangadeg di kuta kawa
5. li nu mahayu na kadatuan
6. surawisesa nu marigi sa
7. kuliling dayeuh nu najur sakala
8. desa aya ma nu pa(n)deu ri pakena
9. gawe rahhayu pakeun heubeul ja-
10. ya dina buana

pinggiran/tepian
1. hayua diponah-ponah (jangan dimusnahkan !)
2. hayua dicawuh-cawuh (jangan semena-menakan!)
3. bhaga neker baga a(n)ger (bhaga dihormati baga tetap)
4. bhaga ni(n)cak baga rempag (bhaga diinjak baga roboh)




PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Prasasti II.
1. aya ma
2. nu ngeusi bha
3. ga kawali ba
4. ni[/ri] pakena keu
5. reuta bener
6. pakeun nanjeur
7. na juritan





PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Prasasti Kawali III
1. bati peuree ti (ng)
2. gal nu atis
3. tina rasa aya ma nu
4. ngeusi dayeuh baweu
5. ulah botoh bisi
6. kokoro





PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Prasasti IV : Batu Tapak “Anggana”

Batu “bersegi lima” bergores kotak 45 > 5 kotak disusun vertikal (dari atas kebawah) dan 9 kotak disusun horizontal (dari kiri ke kanan, di bagian luar kotak itu (sebelah kanan) terdapat cap tangan kiri, sepasang telapak kaki dan sebaris prasasti pendek berbunyi (anggana)


BATU TAPAK ANGGANA inilah yang merupakan INTI PEMAHAMAN ATAS PERILAKU MANUSIA DI DUNIA. Manusia yang mengkonisi kepada alamnya sesuai hakekat AJARAN SUNDA yang senantiasa menknkan kepada ORISINALITAS manusia sebagai makhluk idup yangtereduks...i dan terintegrasi di dalam alam dan akhirnya kembali menyatu kepada alam "MAYANG SAGARA PAMULANGAN"

Batu TAPAK ANGGANA juga adalah yang sebenar-benarnya merupakan POLA DENAH SITUS KAWALI itu sendiri sebagai YANTRA dan Brahmasthana, maka dapat dikatakan bahwa teras (meskipun nampak sangat tipis perbedaannya jika tidak dipelotin benar2) situs Kawali berjumlah lima teras. Teras ke 4 dan ke 5 yang terletak sesudah teras ke-3 ... hilang lenyap terjahamnkan PAGAR KELILING buatan PEMDA ..... karena ketika dilakukan pemugaran tidak berpataoka pada konsep ajaran SUNDA ...






PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Prasasti V : Lingga Panyandungan
1. sanghiyang ling
2. ga hiyang




PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Prasasti VI: Lingga Panyandaan
1. sanghiyang ling
2. ga bingba
Aslinya cuman artefak tunggal.. di buat seperti makam dengan memberi potongan prasasti kecil di sekitar situ sungguh disayangkan...




Situs Kawali merupakan Tapak Walas Yang Mulia Prebu Raja Wastu yang bertahta di Galuh dengan pusat kerajaan di Kawali, kadatuannya ber-nama Surawisesa. Prebu Raja Wastu adalah Prabu Wangisutah alias Rahiyang Wastukancana (Siliwangi II). Prasasti-prasastinya digoreskan pada enam batu (mengambil bentuk alami), menitipkan kepada generasi sesudahnya (nu pandeuri), agar Kawali tetap terjaga, tidak dirusak atau diperlakukan semena-mena sebab merupakan jejaknya bertapa (tapak walas). Akan tetapi bagi generasi sesudahnya yang berkehendak mengikuti jejak pengalaman keagamaan yang ditempuhnya dengan menerapkan dan berada pada jalan kebenaran (pakena keureuta bener) agar bertahan dan menang di dalam menghadapi cobaan dunia (pakena gawe rahhayu pakeun nanjeur na juritan, pakeun heubeul jaya dina buana).


PRASASTI KAWALI (Rhyang Wastu kancana) NGUNGKUNGKEUN ! GOONG PAJAJARAN NGUNGKUNG !
Ditunjukkan Batu Tapak “Anggana” Batu bersegi lima bergores gambar kotak 45 > 5 kotak disusun vertikal (dari atas kebawah) dan 9 kotak disusun horizontal (dari kiri ke kanan, di bagian luar kotak itu (sebelah kanan) terdapat cap tangan kiri, sepasang telapak kaki dan prasasti pendek berbunyi (anggana)

Anggana adalah tubuh manusia itu sebagai mahluk ganda terdiri dari badan kasar (waruga) dan badan halus (raraga) .dan segenap perangkat nya yakni naluri pengenal, akal, perasaan dan rasa keakuan (ego) yang disebut Indriya yakni pancabudhi indriya (pendengar, perasa, penglihat, pengecap dan pencium); dan pancakarma indriya (penggerak > mulut, tangan, kaki, bhaga dan purusa).

Dalam Sewa ka Darma (karyasastra Sunda Kuno), anggana (manusia) disebut “kota dengan sembilan gerbang” (bayu sasanga).

Maka kotak yang disusun vertikal (atas-bawah) berjumlah lima adalah reduksi Indriya dan kotak disusun horizontal (kiri-kanan) organ pelepasannya (cungap); bagian luar kotak (kanan) terdapat cap tangan kiri, sepasang telapak kaki adalah pola posisi. Yang mengharuskan berposisi jongkok “cingogo” - “ nagog” berhadapan langsung dengan 5 x 9 tersebut. Posisi dimana seseorang tengah menekuni diri “ngeunteung ka diri” atau introspeksi terhadap diri sendiri “nekeran bhaga”.

Bhaga adalah genital lambang rahim wanita atau rahim ibu > simbol kesuburan. Ke dalam pengertian adalah tanah tumpah darah, darimana seseorang berasal dan dilahirkan dan kembali ke pangkuannya > pertiwi atau buana, senarai dengan istilah Kawali itu sendiri.

Bhaga di situs Kawali dilambangkan oleh bentuk batu pangeunteungan (di sebelah tenggara Lingga Panyandaan), berupa Terdiri dari menhir alami dengan posisi agak melengkung seakan sengaja melindungi batu “batu pangeunteungan” yang berpenampang persegi dengan permukaan datar pada bagian tengahnya berlubang segitiga dan selalu terisi air “paragi ngeunteung (tempat berkaca).

Seluruhnya merupakan esensi ajaran Prabu Wangisutah yakni Sunda nu Wiwitan berintikan penyatuan diri kepada Hiyang (leluhur,) digoreskan pada prasasti V “lingga Panyandungan (tonggak pemersatu) dengan bati peureu tinggal nu atis tina rasa digoreskan pada prasasti III.

Bati Peureu Tinggal Nu Atis Tina Rasa layaknya melepas kotoran, karat pada besi, mengendapkan lumpur, lanau ke dasar sungai-danau, air yang semula keruh perlahan-lahan naik ke permukaan, kian lama kian jernih – bening – tawar tanpa rasa, perlambang seseorang di dalam proses membersihkan diri dengan cara mengupas kotoran tubuh baik tubuh luar (waruga) hingga ke bagian dalam (raraga) hingga ke hakekat aci nu wening- yang sejati -manah- rarasa.

Proses peristiwa pertemuan dengan junjungannya dilambangkan Batu Junjung, Batu Kursi – Pelinggih sebagai simbol tahta kehadiran Hiyang (Leluhur). Bersatunya diri dengan hiyang dilambangkan menhir (tonggak batu) Panyandungan “Sanghiyang Lingga Hiyang” Hiyang adalah unsur yang tanpa wujud - supranatural – tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan melalui rasa yang telah atis “teu naon-naon kunaon-naon”

Manusia sebagai makhluk ganda manusia memiliki keterbatasan, oleh karena itu Prebu Raja Wastu[kancana]= Prabu Wangisutah= Siliwangi II menghadirkan Batu Tapak “Anggana”.

Batu Tapak Anggana merupakan petunjuk utama proses penempaan dan pengembalian diri manusia sesuai kodrat-iradat berintikan kepada organ pancaindriya adalah substansi anggana (waruga dan raraga). Itu sebabnya pola denah kabuyutan Kawali juga terdiri dari lima teras konsentris tiada lain adalah simbol Mandala Sunda nu Wiwitan yakni Tri Tangtu di Bumi direalisasi kan dengan memahami dan menghayati serta merealisasikan Bayu-Sabda-Hedap.

Demikian, sebelum seseorang memahami yang tiada terbatas harus dimulai dengan yang terbatas, sehingga lambat laun, secara bertahap pengabdiannya kepada yang terbatas menuju tahap yang lebih tinggi, dengan cara konsentrasi – introspeksi diri. Di dalam mengkonsentrasikan diri dan fikiran terhadap sesuatu yang terbatas diperlukan objek yang dapat ditangkap, dibuat sarana konkrit yang berfungsi sebagai media (wimba= bingba) untuk membayangkan sekaligus meresapi unsur yang tiada terbatas itu, yang dalam hal ini adalah Hiyang.
0
7.1K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
Budaya
KASKUS Official
2.4KThread1.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.