- Beranda
- Stories from the Heart
Bersinggungan Dengan Mereka
...
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka

Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....
Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.
Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.
Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.
Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...
Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 17-10-2024 01:06
fadlost26 dan 67 lainnya memberi reputasi
64
60.3K
2.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
tetes.tinta
#268
Part 68
Halo para agan dan Aganwati sekalian yang berbahagia, setelah sekian lama ndak update di thread ini akhir nya malam ini ane ada kesempatan buat melanjutkan mengenai kisah si tokoh utama, Jinan.
Beberapa waktu yang lalu Aku sempat bertemu lagi dengan Jinan, bersama Kentis juga tentu nya.
Kali terlibat dalam obrolan ringan, bernostalgia dan juga membahas hal hal mengenai masa depan dunia. Apa lagi kalau bukan tentang dunia permesuman duniawi.....
Hingga keresahan itu pun perlahan mulai timbul ke permukaan, sebuah sikap yang tak biasa nya di tunjuk kan oleh kawan baik ku ini dalam perkumpulan intim di sebuah teras pos kamling dekat rumah.
"Beberapa waktu yang lalu aku sama kentis mau main ke angkringan mu, Nan."
"Tapi pas aku lewat kok tutup sih?"
Tanya ku kepada Jinan yang sedang asik menghisap rokok kretek di tangan nya.
"......"
Jinan terdiam dan tampak sedang berpikir.
"Kapan, Gal?" Tanya dia kepada ku.
"Sekitar minggu minggu kemarin lah Nan."
"Kita beberapa kali mau ke angkringan mu tapi tutup terus, warung sebelah mu malah laris banget tuh." Sahut kentis seketika.
"Sebenar nya aku buka terus kemarin, cuma sekarang ini libur jualan karena capek."
Ujar jinan, teman ku ini memang setiap sore sampai dini hari membuka usaha angkringan di salah satu taman yang berada di kota ini.
Sebuah taman untuk olah raga, dengan jajaran pedagang kaki lima yang rata rata berjualan angkringan dengan menu menu khas nya.
"Maksud mu opo, Nan????"
Tanya aku dan kentis bersamaan.
"Lha wong jelas jelas warung mu tutup terus kok tiap kita mau kesana." Kata kentis yang masih tak percaya pun demikian dengan ku.
"Sebenar nya yang bilang kalau warung ku tutup tuh bukan cuma kalian lho."
"Beberapa langganan ku dari luar kota juga mengatakan hal yang sama melalui wa. Bilang kalau angkringan ku tutup."
Ujar jinan dengan tatapan nanar.
Jinan memang punya banyak pelanggan, kalau untuk menu sih rata rata sama semua cuma untuk pelayanan, jinan ini tipikal orang yang ramah, supel dan suka bercanda. Membuat orang orang mudah akrab dengan nya.
Termasuk satu keluarga dari kabupaten sebelah yang setiap malam jumat selalu mampir satu rombongan setelah menjenguk anak nya di pondok pesantren di kota ku, mereka sering mampir ke tempat Jinan.
Namun beberapa kali mereka juga mendapati warung jinan tutup.
Ada hal yang tak wajar dengan keadaan warung teman ku ini, usaha yang bisanya memberikan omset hingga 500 ribu bersih permalam, tiba tiba saja merosot drastis.
Dia pernah juga jualan semalaman cuma dapat uang 10 ribu rupiah saja.
Hingga suatu malam.....
"Mbak, mbak susi....."
Teriak seorang bapak bapak yang sedang duduk lesehan beralaskan tikar di dekat mobil minibus nya.
"Lho pak buk, kok ada disini."
"Ndak mampir ke angkringan kami?"
Tanya Susi, susi ini adalah istri dari jinan.
"Justru itu mbak, kami ini heran lho. Kenapa tiap mau mampir kok warung mu selalu tutup. Ada apa to?"
Tanya beliau kepada susi yang sedang mematikan mesin motor matik nya lalu turun.
"Kami buka setiap hari kok pak, lha ini mau beli es batu. Sekarang juga buka kok...."
Ucap susi kepada beliau.
Raut wajah bapak itu sekeluarga langsung berubah kaget.
"Lha mosok to mbak, tadi kami lewat depan warung mu tuh gelap. Tutup mbak...."
Ucap beliau yang tak percaya.
Setelah berbincang sejenak, susi pun berpamitan untuk membeli es batu dan kembali ke warung nya yang di tunggu oleh jinan.
Sementara itu, di sisi lain....
"Halo bro ....."
Terdengar suara Jinan yang sedang mengangkat telpon dari seseorang sambil duduk di balik gerobak angkringan nya.
"Nan, hari ini kamu ndak jualan?"
Tanya seseorang dari telpon yang ternyata itu adalah teman kerja nya yang biasa nongkrong di warung jinan.
"Lho aku jualan kok bro, nih juga di warung."
Sahut jinan.
"Mosok Nan, aku baru saja lewat warung mu, tutup kok...." Jawab teman nya.
Jinan semakin bingung.....
"Iyo, aku buka ini, memang kalian di mana sekarang?"
Tanya jinan.
"Aku masih di depan taman Nan, di dekat mushola." Ucap nya.
Jinan yang tampak kebingungan langsung mendapati Susi, istrinya yang baru datang membawa es batu.
"Siapa mas?" Tanya susi kepada nya
"Kanca ku sus, kata nya warung kita tutup."
Sahut nya.
"Lho, kok sama kayak pak itu mas. Langganan kita yang biasa jenguk anak nya di pondok."
"Aku tadi ketemu mereka di angkringan depan, kata mereka warung kita tutup...."
Ucap susi.
Tanpa banyak bicara jinan langsung menyahut kunci motor yang di pegang istrinya.
Dia menghampiri dua teman nya yang masih berada di dekat mushola taman.
Setelah berbincang, di ajak lah dua teman nya itu untuk datang ke warung nya yang ternyata memang buka.
Mereka di buat heran dengan kejadian tersebut.
Beberapa waktu belakangan memang jinan merasa kalau warung nya sedang tidak beres, kadang bau wangi menyeruak berganti dengan aroma bangkai busuk.
Tak ada pembeli yang datang, penjualan nya benar benar sepi.
Malam itu jinan masih bersikukuh untuk membuka warung nya sampai larut,
Dia memperhatikan pedagang di sekitarnya sudah mulai berkemas untuk tutup.
Terlebih angkringan sebelah nya yang sejam pukul sepuluh malam sudah habis dagangan saking laris nya. Tapi masih ada banyak yang nongkrong sekedar ngopi dan ngobrol.
Istri jinan juga sudah pulang terlebih dahulu lantaran sepi dan pagi nya harus kembali kerja di pabrik.
Jinan menunggu warung angkringan nya sampai sekitar jam satu dini hari, saat itu malam jumat dan biasanya ada anak anak santri yang datang untuk ngopi dan nongkrong karena jumat kan pesantren libur.
Tapi ntah kenapa malam itu warung nya benar benar sepi pengunjung hingga akhir nya jinan pun memutuskan untuk berkemas dan pulang.
Tenda dan lampu warung nya sudah di rapihkan, gerobak angkringan nya pun audah hendak ia dorong ke sebuah penitipan gerobak seperti biasa nya.
"Mau tutup yo mas?" Tanya seseorang kepadanya.
Datang dua anak laki laki berpakaian ala santri memakai sarung peci dan baju hem. Dua anak yang masih muda kira kira masi MTS lah.
"Iya ini, mau balik saja, sepi soal nya dek malam ini...."
Sahut jinan dengan lesu.
Dua anak itu saling bertatapan lalu memperhatikan sekitar, masih ada beberapa warung angkringan yang buka.
"Mas, bolehkah saya beli kopi?"
Tanya salah satu anak tersebut kepada nya.
Jinan yang sudah hendak berkemas, hanya tersenyum lalu mengangguk.
Dia mengambil tikar dan menggelar nya, lantas menyalakan lampu dan mulai membuatkan kopi untuk dua anak tersebut.
Jinan berpikir kalau mereka adalah pembeli yang sangat berharga, meskipun dua gelas kopi. Itu adalah rejeki yang tak boleh di tolak.
"Silahkan dek, ini kopi nya...." Kata jinan sambil memberikan dua gelas kopi hitam kepada mereka.
Selain kopi, dua anak tersebut juga memesan mi goreng kepada jinan.
Jinan hanya terbengong di dekat gerobak setelah membuatkan pesanan kedua anak tersebut.
"Mas, boleh saya ngomong sebentar?"
Ucap salah satu anak tersebut kepada nya.
Jinan pun mendekat dan duduk di atas tikar bersama mereka.
"Warung mu singup mas, ono sing sedang mengerjai dagangan mu...."
Ucap anak tersebut sambil setengah berbisik.
Jinan terkejut mendengar nya,
"Maksud mu apa dek?"
"Ada yang nyalahi warung ku biar sepi?"
Tanya jinan kepada nya.
Anak itu hanya mengangguk.
"Pelanggan mu banyak yang bilang kalau warung mu tutup kan mas?" Tanya anak itu.
"Iyo e dek, beberapa pelanggan ku bilang e yo ngono."
"Yo pantes lah mas, warung mu di geruduk demit okeh e ngene kok...."
Ucap anak satu nya lagi sambil nyengir.
Hal itu sontak saja membuat jinan semakin terperanjat.
"Tenang mas, aku bisa bantu kok."
Tambah nya.
"Cara nya pie dek?"
Tanya jinan.
"Nanti wae mas, nunggu semua warung tutup dan sepi dulu." Sahut anak itu.
"Yo wis dek, tak tunggu sampai sepi."
"Kalian ini mondok di mana dek?"
Tanya jinan.
"Kami dari daerah mrapen mas...."
Sahut nya.
"Mrapen purwodadi?"
Tanya jinan.
Mereka mengangguk.
"Kok jauh yo, lha kesini naik apa dek tadi?"
Tanya jinan yang keheranan.
"Kami kesini yo jalan kaki mas." Sahut mereka.
Jinan seolah tak percaya, jarak dari kota ini ke purwodadi paling tidak sejam kalau menggunakan motor, lha ini mereka jalan kaki kata nya.
"Kok bisa to dek, opo ndak capek?" Tanya jinan.
Mereka hanya tersenyum, membuat jinan takut.
"Tenang mas, kami ini manusia kok."
"Tadi tuh kami sedang ngaji sama guru, setelah khataman. Kita berdua di suruh jalan ke arah utara, ngendikan e beliau di sana ada orang baik yang sedang kesusahan. Nah kami di suruh jalan ke sini untuk membantu mas." Terang anak tersebut.
Jinan masih terpaku tak percaya mendengarnya....
"Mas sadar ndak, kalau tadi pas mau pulang tak uji buat buka lagi untuk kami ngopi?"
Tanya anak itu, jinan hanya geleng geleng.
"Kami ndak salah orang ternyata, walaupun dagangan mas sedang sepi. Tapi mau dengan senang hati melayani kami walaupun cuka dua cangkir kopi."
Kata anak itu.
Mereka ngobrol sambil menunggu suasana sepi, hingga sekitar pukul dua dini hari.
Taman itu benar benar sepi.....
"Mas, boleh minta pulpen sama kertas?"
Tanya anak yang berbaju hitam kepada jinan.
Jinan pun mengambilkan permintaan anak tersebut.
Mereka bertiga duduk bersila,
"Mas, nanti kalau suara ku berubah menjadi seperti nenek nenek, jangan kaget ya. Itu mbah buyut ku yang mau bantu kamu...."
Ucap anak satu nya yang berbaju biru.
Jinan hanya mengangguk kebingunan,
Anak berbaju hitam mulai menggoreskan pena ke kertas tersebut sedang kang anak berbaju biru mulai tersenyum dan memperhatikan sekitar,
"Demit demit kroco, macem macem karo aku tak lagar kabeh kalian....."
Ucap anak itu dengan suara yang sudah berubah seperti nenek nenek.
Sedangkan anak yang satu nya masih asik seperti sedang menggambar sesuatu di kertas.
Anak berbaju biru itu berdiri lantas berjalan menunduk seperti layak nya seorang nenek.
menyapu ke setiap sudut warung jinan dengan seksama.
"Teeeppppppp" rangkaian lampu taman yang begitu banyak tiba tiba padam begitu saja.
Hingga kemudian anak berbaju biru bersila, tak lama kemudian terdengar suara orang baku hantam bak buk bak buk tapi tak kelihatan wujud nya.
Kejadian itu berlangsung sekita setengah jam, hingga lampu taman di sana kembali menyala.
Anak berbaju biru itu tampak masih ter engah engah sambil berjalan ke arah jinan dan satu teman nya yang masih menggambar.
Jinan pun mengambilkan tisu dan air putih untuk minum mereka.
"Wesss mas, demit kroco kroco kiriman saingan mu sudah tak babat."
"Mereka tak ada apa apa nya lah...."
"Terima kasih dek, aku ndak tau kalau ndak ada kalian akan seperti apa usaha dagangan ku " kata jinan.
"Sama sama mas, kami kan cuma perantara saja yang di kirim gusti Allah untuk membantu mu."
"Dua demit yang menutup warung mu ini nih mas yang lumayan kuat, mereka di ambil dari salah satu gunung di jawa timur soal nya." Kata anak tersebut.
Anak berbaju hitam sudah selesai dengan gambar nya.
"Mas pernah mimpi ketemu dengan dua wujud mahluk ini?"
Tanya anak berbaju hitam kepada jinan sambil menunjukan hasil gambar nya.
Dua orang wanita berwujud wewe mengerikan, bertaring dan berkuku panjang sedang memegang kain mori panjang.
"Ini....."
"Aku sama istri ku pernah mimpi ketemu dia mahluk ini dek, mereka hendak mencekik kami di dalam mimpi." Ujar jinan
Dua anak tersebut tersenyum sinis, lantas melihat ke arah pojokan parkiran taman, di sana ada tiga pohon sengon laut yang lumayan besar.
"Dua mahluk itu ada di dekat pohon itu mas."
Ucap anak tersebut.
"Sepertinya ada buhul yang di tanam di bawah nya....." Ucap satu anak lagi.
"Buhul?"
Tanya jinan keheranan.
"Iya mas, buhul adalah semacam ikatan biasanya dari kain mori berisi rambut atau apalah sebagai media tanam mahluk mahluk tersebut oleh pesaing dagangan mu"
Papar nya.
"Pesaing?"
"Maksud mu, dia adalah salah satu pedagang di sini?"
Tanya jinan dengan geram.
"Nanti kamu tau sendiri siapa orang nya mas, tenang saja."
Sahut anak tersebut.
Kertas bergambar dua wewe tersebut wajah nya di sunut dengan rokok kemudian di bakar samapi habis.
Terdengar suara lengkingan wanita berteriak.
"Demmmm, demmmm, demmmm....."
Terdengar juga suara ledakan yang sumbernya dari bawah tiga pohon tersebut.
Jinan dan dua anak tersebut mendatangi nya lantas menggali tanah di bawah pohon.
Mereka memang mendapati tiga buhul yang sudah hangus terbakar.
Mereka bertiga beristirahat sejenak, sampai lamat lamat terdengar suara orang mengaji dari toa masjid menandakan waktu subuh.
"Mas, kami berdua mau pamit pulang dulu, nanti akan kami pantau dari jauh."
Ucap nya.
"Terima kasih lho dek, sudah nolong saya." Kata jinan sambil memberikan beberapa lembar uang dan mi isntan kepada mereka.
Tapi pemberian jinan mereka tolak dengan halus, mereka memang niat mau menolong jinan.
"Besok pasti kamu akan ketemu siapa pelaku nya mas, tapi kamu pura pura saja tak tau apa apa ya. Di maafkan saja."
Sebenar nya ada dua orang mas, tapi yang satu orang nya sombong. Dia tadi masih tak mau menyerah, biarkan saja nanti dapat karma nya kok."
Ucap si baju biru.
Mereka berdua pun pamit kepada jinan, melepas alas kaki. Berjalan nyeker pelan pelan pelan tapi langsung lenyap begitu saja seiring terdengar suara lantunan adzan.
Keesokan sore nya, Jinan pun kembali berjualan. Warung nya sudah tak se singup sebelum nya.
Hingga tiba tiba datang seorang wanita yang tak lain adalah istri dari penjual angkringan dinsebelah nya.
"Nan, aku minta maaf ya kalau ada salah sama kamu....." Ucap nya sambil mengulurkan tangan.
Jinan memperhatikan wanita tersebut, tangan kiri nya memegang wajah nya yang memerah seperti terbakar.
Jinan pun ingat dengan kertas yang semalam di bakar dua anak tersebut.
"Apa to mbak, ndak ada salah apa apa kamu kok."
Ucap jinan sambil menjabat tangan nya.
"Aku juga mbak, kalau ada salah minta maaf ..." Tambah jinan.
Wanita itu seperti malu kepada nya, begitu pun suami nya yang tak berani melihat ke arah jinan.
Beberapa hari berikutnya, ada petugas retribusi yang menggalang dana uang kematian untuk salah satu pedagang angkringan.
Rupanya yang meninggal adalah penjual angkringan di depan, tempat pelanggan jinan yang beli oas ketemu istrinya tempo hari.
Laki laki penjual angkringan tersebut meninggal mengenaskan tanpa sebab yang pasti.
Persis seperti yang di ucapkan oleh dua anak misterius malam itu.
Dua anak itu beberapa kali datang ke angkringan jinan lagi, sekedar ngobrol bersilaturahmi.
Jinan dan istrinya benar benar berterima kasih kepada mereka berdua, tapi setiap kali hendak ingin memberikan sesuatu, mereka selalu menolak nya. Mereka ikhlas membantu....
Hingga akhir nya mereka berdua pamit untuk pergi ke pulau kalimantan, ntah apa tujuan nya.
Selesai.
habibhiev dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup