- Beranda
- Berita Luar Negeri
47 Negara Siap Bergabung dengan BRICS, Dolar Makin Tersisih
...
TS
mnotorious19150
47 Negara Siap Bergabung dengan BRICS, Dolar Makin Tersisih
JAKARTA - Antrean untuk bergabung dengan BRICS semakin panjang setelah puluhan negara berkembang menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi tersebut. Negara-negara berkembang tersebutberupaya mengakhiri ketergantungannya pada dolar AS dan mempromosikan mata uang lokal untuk perdagangan global.
Langkah bergabung dengan BRICS diyakini akan membantu perkembangan ekonomi dan bisnis asli negara-negara berkembang tersebut sekaligus meningkatkan produk domestik bruto (PDB) nasional mereka. Mayoritas negara berkembang ingin bergabung dengan aliansi BRICS karena mereka ingin menjadi bagian dari inisiatif dedolarisasi, untuk menghindari hiperinflasi jika dolar AS kembali ke negeri asalnya.
Mengutip WatcherGuru, sebanyak 47 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi BRICS sebelum KTT 2024. Dari jumlah itu, hanya 26 negara yang secara resmi mengirimkan aplikasi mereka untuk bergabung dengan aliansi tersebut. Sementara sekitar 21 negara secara informal telah menyatakan minatnya untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut. Negara-negara berkembang yang ingin bergabung dengan BRICS antara lain berasal dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Eropa Timur.
"Lebih dari 40 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS," tegas Paul Frimpong, Pendiri Africa-China Centre for Policy Advisory. "Aliansi BRICS menarik beragam kelompok calon anggota karena keinginan bersama yang utamanya adalah menciptakan lanskap global yang lebih adil yang diyakini banyak negara saat ini bias terhadap mereka,"ujarnya.
KTT BRICS ke-16 akan diadakan di wilayah Kazan, Rusia, mulai 22 hingga 24 Oktober 2024. Aliansi baru yang diperluas ini akan berkumpul di meja perundingan untuk pertama kalinya sejak perluasan awal tahun lalu. Blok yang beranggotakan sembilan negara itu akan membahas topik-topik penting terkait dedolarisasi, perluasan, kesepakatan perdagangan, dan mata uang lokal, di antara prospek keuangan lainnya.
Sementara itu, tujuan dedolarisasi yang digaungkan blok tersebut mencapai tonggak sejarah minggu ini, di mana Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan bahwa lebih dari 90% perdagangan antara negaranya dan China diselesaikan dalam mata uang asli mereka.
"Perdagangan dan kerja sama ekonomi Rusia-China sedang berkembang secara aktif, meskipun ada upaya terus-menerus dari negara-negara Barat kolektif untuk menghentikan laju perdagangan," kata Lavrov. Selain itu, ia mencatat bahwa hampir semua perdagangan diselesaikan di luar dolar AS. Sekarang, blok tersebut berupaya untuk memperluas produksi semacam itu ke anggota lainnya. Saat ini, BRICS beranggotakan sembilan negara, pasca-KTT 2023 di mana Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab (UEA) bergabung dengan blok tersebut.
Kelompok tersebut sejauh ini telah terbukti berhasil dalam dedolarisasi. Sejak 2002, cadangan dolar AS telah turun 14% di tengah kebangkitan BRICS. Menurut Atlantic Councill's Dolar DominabceMonitor,pangsa cadangan global dolar AS terus menurun. Jika satu dekade lalu, angka itu di atas 72%, pada tahun ini turun menjadi hanya 58%. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh tindakan BRICS terhadap dolar, dan kekhawatiran yang terus berlanjut atas rapuhnya ekonomi AS secara keseluruhan.
sindonews.com
jhon_fc dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.2K
76
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
80.6KThread•14.7KAnggota
Tampilkan semua post
TheTick
#4
Hari gini masih ingin ikut BRICS ++ ???
Tidak mengurangi respek untuk tumbuh kembang, tetapi ide ini masih sangat jauh panggang dari api.
Apa yang dibicarakan dalam BRICS++ adalah konseptual yang belum dapat diterapkan secara massive dalam DUNIA NYATA.
1. Wacana mengganti hegemoni US Dollar memang sudah ada sejak lama. Bahkan pendahulunya yang lebih kuat (Euro) saja masih gagal menjegal US Dollar.
2. Perangkat lunak berupa peraturan dan badan internasional yg menaungi keuangan belum jelas. Misal, sistem pengganti versi BRICS dari World Bank, IMF, International trade mediators, Nation valuation, Special Drawing RIghts (SDR) dll.
3. BRICS++ yang beranggotakan emerging countries masih memiliki High-Volatility. Artinya mata uang basket mereka masih memiliki resiko naik turun yang besar. Sehingga sangat riskan jika melakukan valuasi transaksi langsung.
Contoh: Valuasi Rus Rubles sebelum perang Ukraine dengan RUS Rubles setelah embargo apakah sama? Sehingga kalau China melakukan transaksi langsung Rubles-Renminbi apakah pakai float exchange atau pakai fixed exchange? Disini repotnya.
4. Liberalisasi instrument keuangan.
Beberapa dari anggota BRCIS yg besar Seperti RUS, CHN, IND dll masih kurang berani meliberalisasi instrument keuangannya. Misal China sampai saat ini masih pegged (membonceng) nilai tukar terhadap Dollar. Belum free-float.
Demikian juga RUS yang banyak didera embargo. Bagi pelaku bisnis swasta di kedua negara tersebut pasti kerepotan dan tidak mau rugi karena resiko tinggi.
5. Transparansi.
Dua negara besar dalam BRICS adalah Communist yang mana Transparansi adalah hal yang paling MENGGELIKAN.
Coba perhatikan pasar modal/pasar uang di negara anggota BRICS++ pasti repot. Karena tidak adanya transparansi, peraturan yg jelas dalam finance. Contoh: untuk meng-quote harga pasar saham sangat membutuhkan waktu, karena ketepatan info dipasar modal sangat dibutuhkan sehingga stock market di negara tersebut TIDAK MENARIK investor lokal/swasta. Dibanding swasta yg menanam modal di Wall Street, Nikkei, Bourge, European stock market.
6. History of High inflations.
Semua anggota BRICS++ memiliki history of high inflations in long periods. Ini akan menurunkan rating dan meningkatkan resiko investasi bagi sesama anggota BRICS dalam melakukan inter-investment. Baik sektor riil maupun Govt.
7. Kalau cuma tujuannya TIDAK MEMAKAI USD, maka ini tidak akan menggeser hegemoni US Dollar sampai kapanpun. Karena perhitungan valuasi mata uang di dunia bisnis nyata TETAP dihitung berdasarkan USD.
8. Dengan beredarnya Crypto currency yang mendunia, semakin melemahkan kesempatan bagi sistem pembayaran ala BRICS++
9. China menempati tempat tertinggi dalam BRICS yang memiliki GDP terbesar.
Apakah jika BRICS ter-realisasi, maukah China menggendong/bertanggung jawab atas perekonomian anggota BRICS lain yg kedodoran?
Ingat kasus EU dimana German, Perancis, dan Inggris menanggung negara miskin di keanggotaan EU seperti Yunani, Portugal,Romania, Estonia dll. Yang berakibat Inggris keluar dari EU (Brexit).
Ini sama saja mencari operasi plastik low-cost. Bukannya tambah cakep, malah wajahnya setelah operasi jadi tambah ngeri. Untuk mereparasi terpaksa bakar duit lagi.
Salam,
Tidak mengurangi respek untuk tumbuh kembang, tetapi ide ini masih sangat jauh panggang dari api.
Apa yang dibicarakan dalam BRICS++ adalah konseptual yang belum dapat diterapkan secara massive dalam DUNIA NYATA.
1. Wacana mengganti hegemoni US Dollar memang sudah ada sejak lama. Bahkan pendahulunya yang lebih kuat (Euro) saja masih gagal menjegal US Dollar.
2. Perangkat lunak berupa peraturan dan badan internasional yg menaungi keuangan belum jelas. Misal, sistem pengganti versi BRICS dari World Bank, IMF, International trade mediators, Nation valuation, Special Drawing RIghts (SDR) dll.
3. BRICS++ yang beranggotakan emerging countries masih memiliki High-Volatility. Artinya mata uang basket mereka masih memiliki resiko naik turun yang besar. Sehingga sangat riskan jika melakukan valuasi transaksi langsung.
Contoh: Valuasi Rus Rubles sebelum perang Ukraine dengan RUS Rubles setelah embargo apakah sama? Sehingga kalau China melakukan transaksi langsung Rubles-Renminbi apakah pakai float exchange atau pakai fixed exchange? Disini repotnya.
4. Liberalisasi instrument keuangan.
Beberapa dari anggota BRCIS yg besar Seperti RUS, CHN, IND dll masih kurang berani meliberalisasi instrument keuangannya. Misal China sampai saat ini masih pegged (membonceng) nilai tukar terhadap Dollar. Belum free-float.
Demikian juga RUS yang banyak didera embargo. Bagi pelaku bisnis swasta di kedua negara tersebut pasti kerepotan dan tidak mau rugi karena resiko tinggi.
5. Transparansi.
Dua negara besar dalam BRICS adalah Communist yang mana Transparansi adalah hal yang paling MENGGELIKAN.
Coba perhatikan pasar modal/pasar uang di negara anggota BRICS++ pasti repot. Karena tidak adanya transparansi, peraturan yg jelas dalam finance. Contoh: untuk meng-quote harga pasar saham sangat membutuhkan waktu, karena ketepatan info dipasar modal sangat dibutuhkan sehingga stock market di negara tersebut TIDAK MENARIK investor lokal/swasta. Dibanding swasta yg menanam modal di Wall Street, Nikkei, Bourge, European stock market.
6. History of High inflations.
Semua anggota BRICS++ memiliki history of high inflations in long periods. Ini akan menurunkan rating dan meningkatkan resiko investasi bagi sesama anggota BRICS dalam melakukan inter-investment. Baik sektor riil maupun Govt.
7. Kalau cuma tujuannya TIDAK MEMAKAI USD, maka ini tidak akan menggeser hegemoni US Dollar sampai kapanpun. Karena perhitungan valuasi mata uang di dunia bisnis nyata TETAP dihitung berdasarkan USD.
8. Dengan beredarnya Crypto currency yang mendunia, semakin melemahkan kesempatan bagi sistem pembayaran ala BRICS++
9. China menempati tempat tertinggi dalam BRICS yang memiliki GDP terbesar.
Apakah jika BRICS ter-realisasi, maukah China menggendong/bertanggung jawab atas perekonomian anggota BRICS lain yg kedodoran?
Ingat kasus EU dimana German, Perancis, dan Inggris menanggung negara miskin di keanggotaan EU seperti Yunani, Portugal,Romania, Estonia dll. Yang berakibat Inggris keluar dari EU (Brexit).
Ini sama saja mencari operasi plastik low-cost. Bukannya tambah cakep, malah wajahnya setelah operasi jadi tambah ngeri. Untuk mereparasi terpaksa bakar duit lagi.
Salam,
Mistaravim dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup