- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#84
43
Quote:
Sambil menunggu pesannya datang, tidak banyak obrolan lanjutan yang tersaji, baik Pandu dan Ardit menahan diri karena baru pertama kali bertemu dengan Dissa. Lagipula meskipun secara pribadi memiliki sifat yang asik, tetapi Pandu dan Ardit tahu batasan. Apalagi Dissa seorang perempuan, ditakutkan keduanya akan menjadi penilaian buruk jika membuat suasana yang sudah nyaman menjadi tidak nyaman karena ingin mengakrabkan diri. Dissa kembali menoleh ke arah Norman, ternyata Gasimah sudah kembali muncul, semua pikiran negatifnya pun mendadak hilang tidak tersisa.
“Oh iya, sosok hantu cantik yang suka ada di konten kalian emang sengaja direkrut?” tanpa memberikan aba-aba, pertanyaan itu datang tiba-tiba, membuat Pandu dan Ardit sangat terkejut.
“Sosok hantu cantik? Maksudnya?” Pandu pura-pura tidak mengetahuinya, tetapi jika Dissa dapat melihatnya maka semua kepura-puraannya itu menjadi sia-sia.
“Aku nonton kok konten-konten kalian, semua penampakannya dari hantu cantik itu, berarti setting-an dong?” senyumnya berbeda, matanya mendadak tajam. Sosok yang ditampilkan ceria tadi langsung hilang.
Ardit sudah menyangka hari-hari seperti ini akan terjadi, di mana ada seseorang yang mempunyai kemampuan melihat hal-hal ghaib akan datang dan menanyakan langsung pada mereka. Untungnya tadi pada saat kamera menyala, pertanyaan ini tidak muncul. Ia hanya menunggu Pandu untuk menjawabnya, karena ide awal meminta bantuan Gasimah untuk membuat konten adalah darinya.
Pandu tersenyum, “Berhubung kamu bisa liat, aku juga engga bisa ngelak,” jawabnya. “sebenarnya bukan kayak begitu, Gasimah tetep berwujud penunggu asli tempat yang kami datangi, cuman…,” Pandu berhenti sejenak. “biar lebih enak ditonton, jadi kapan munculnya, seperti apa itu udah direncanain diawal. Menurut aku beda sama pengertian setting-an yang sebenarnya,” Dissa kemudian tertawa mendengarnya dari Pandu.
“Ih kok kamu serius banget sih, santai aja aku juga begitu tahu,” Pandu dan Ardit saling melirik. “iya sama, aku juga ada partner, namanya Norman. Itu dia lagi pacaran sama siapa tadi? Gasimah?” wajahnya langsung berubah ketika mengucapkan nama Gasimah.
Baik Pandu dan Ardit tidak bisa melihat sosok Norman, yang ada di salah satu meja adalah Gasimah sedang duduk seorang diri. Lalu Dissa mengajak Norman untuk bergabung, meminta izin padanya agar Pandu dan Ardit dapat melihat sosoknya. Sebelum dibuka mata bathinnya oleh Norman, Dissa bertanya kesiapan keduanya agar tidak terkejut nantinya, karena sosok ini sangat berbeda sekali dengan penggambaran umum yang seringkali beredar.
“Siap yah?” Pandu dan Ardit mengangguk lalu memejamkan kedua mata mereka.
“Maaf…,” Norman mengelus mata Pandu dan Ardit dalam sekali gerakan. “oke sekarang kalian boleh buka mata.”
Saat melihat sosok Norman tepat di depan matanya, barulah Ardit paham kenapa Gasimah sampai repot-repot menyiapkan tampilan terbaiknya. Sebagai manusia bahkan dirinya sedikit minder ketika harus duduk bersama. Sedangkan Pandu hanya mengangguk saja, mengakui juga bahwa sebagai sosok kasat mata visual Norman berada di level atas. Kini semuanya duduk saling berdekatan, Gasimah tidak berani berbicara karena ada Pandu dan Ardit yang terus saja memperhatikannya.
“Eh itu datang juga pesenannya,” Dissa melihat dari kejauhan pelayan datang membawakan makanan.
“Jangan liat badannya yang kecil, Dissa itu rakus, semua dilahap,” semua tertawa, lalu saling menyantap makanannya masing-masing.
Dua sosok kecil nan jelek terus memantau dari kejauhan, semua gerak-gerik Gasimah harus direkam tidak boleh ada yang terlewat, termasuk jamuan hangat makan-makan bersama manusia. Dua sosok ini tidak mempermasalahkan Pandu dan Ardit, karena bos mereka tidak bersaing dengan manusia, mereka makhluk lemah pikirnya. Atmosfer yang begitu ceria dan penuh kehangatan itu sebenarnya membuat mereka iri, sebagai makhluk rendah, kekuatannya bahkan hanya bisa membuat daging tumbuh kembali dari sebuah tulang bekas yang dimakan oleh manusia. Sedangkan Norman dapat membuat meja besar yang penuh dengan aneka makanan dan sajian mewah.
“Hm,” salah satu sosok bergumam.
“Ada apa?” tanya satunya.
“Mister Blek pasti marah besar kalau dikasih tau,” ucapnya. “apalagi si Gasimah senyumnya tulus, dibanding waktu sama Mister Blek, kayaknya kepaksa deh,” setelah mengucapkan itu, kepalanya dihantam oleh tinju besar dari temannya.
“G#blok! Jangan keras-keras! Kalau Mister Blek denger gimana?” akhirnya keduanya memustuskan untuk tidak banyak bicara dan tetap fokus memantau gerak-gerik Gasimah.
Satu-persatu hidangan menghilang dari piring saji, apalagi Pandu dan Ardit menyantapnya dengan lahap karena memang belum makan sedari pagi, ketika menunggu kabar dari Dissa. Sementara itu Gasimah hanya mencicipi sedikit saja, begitu jaim ketika berada di dekat Norman. Melihat tingkah Gasimah yang seperti itu membuat Ardit menggelengkan kepalanya. Karena ketika berada di kosan Pandu, seringkali Gasimah menyantap banyak makanan dengan sekali telan.
“Eh?” Ardit memalingkan wajahnya ketika Gasimah menajamkan tatapannya.
“Oh iya abis ini kita istirahat dulu sebentar, terus langsung rapat yah,” ucap Dissa.
“Rapat?” tanya Pandu.
“Iya, karena aku udah lama engga penelusuran, jadinya sekalian aja gitu. Banyak yang komen nanyain juga sih ‘kapan penelusuran lagi’ hampir di setiap episode podcast.”
Norman baru menyadari bahwa rahasia ini yang dimaksud Dissa, “Oh jadi ini yang dirahasiain sama karyawan kamu?”
Dissa tersenyum lebar, “Kalau aku bilang mau penelusuran, tar banyak yang ikut. Mereka itu pada penakut tapi penasaran juga sama tempat-tempat angker,” ucapnya. “lagian aku mau sekalian healing sih, kan besok-besoknya bisa berendem air panas,” tawanya bangkit.
Dissa mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya, ada beberapa gambar beserta penjelasan mengenai tempat-tempat sekitar yang menurutnya seru ketika melakukan penelusuran. Tetapi ada satu gambar yang ditekankan olehnya, agak memaksa Pandu dan Ardit untuk memilih tempat itu. Meskipun ia berdalih semuanya akan dibicarakan terlebih dahulu jika ada pilihan lainnya. Beberapa tempat yang diberikan oleh Dissa ada yang sudah masuk ke dalam radar Ardit seperti Rumah Bawang.
Setelah melihat-lihat, Pandu sudah memutuskan untuk menyerahkan semua pilihan pada Dissa, “Aku setuju sama pilihan kamu, hitung-hitung kami bintang tamunya, jadi ikutin tuan rumah aja,” Ardit pun setuju karena takutnya pilihan lain akan menyakiti perasaan Dissa yang sangat menggebu-gebu memilih satu tempat itu.
“Beneran yah, makasi loh, kan kalau gini aku engga usah ngabarin kuncennya buat ngebatalin,” mendengar perkataan itu membuat perasaan Pandu dan Ardit menjadi tidak enak.
“Oh iya, sosok hantu cantik yang suka ada di konten kalian emang sengaja direkrut?” tanpa memberikan aba-aba, pertanyaan itu datang tiba-tiba, membuat Pandu dan Ardit sangat terkejut.
“Sosok hantu cantik? Maksudnya?” Pandu pura-pura tidak mengetahuinya, tetapi jika Dissa dapat melihatnya maka semua kepura-puraannya itu menjadi sia-sia.
“Aku nonton kok konten-konten kalian, semua penampakannya dari hantu cantik itu, berarti setting-an dong?” senyumnya berbeda, matanya mendadak tajam. Sosok yang ditampilkan ceria tadi langsung hilang.
Ardit sudah menyangka hari-hari seperti ini akan terjadi, di mana ada seseorang yang mempunyai kemampuan melihat hal-hal ghaib akan datang dan menanyakan langsung pada mereka. Untungnya tadi pada saat kamera menyala, pertanyaan ini tidak muncul. Ia hanya menunggu Pandu untuk menjawabnya, karena ide awal meminta bantuan Gasimah untuk membuat konten adalah darinya.
Pandu tersenyum, “Berhubung kamu bisa liat, aku juga engga bisa ngelak,” jawabnya. “sebenarnya bukan kayak begitu, Gasimah tetep berwujud penunggu asli tempat yang kami datangi, cuman…,” Pandu berhenti sejenak. “biar lebih enak ditonton, jadi kapan munculnya, seperti apa itu udah direncanain diawal. Menurut aku beda sama pengertian setting-an yang sebenarnya,” Dissa kemudian tertawa mendengarnya dari Pandu.
“Ih kok kamu serius banget sih, santai aja aku juga begitu tahu,” Pandu dan Ardit saling melirik. “iya sama, aku juga ada partner, namanya Norman. Itu dia lagi pacaran sama siapa tadi? Gasimah?” wajahnya langsung berubah ketika mengucapkan nama Gasimah.
Baik Pandu dan Ardit tidak bisa melihat sosok Norman, yang ada di salah satu meja adalah Gasimah sedang duduk seorang diri. Lalu Dissa mengajak Norman untuk bergabung, meminta izin padanya agar Pandu dan Ardit dapat melihat sosoknya. Sebelum dibuka mata bathinnya oleh Norman, Dissa bertanya kesiapan keduanya agar tidak terkejut nantinya, karena sosok ini sangat berbeda sekali dengan penggambaran umum yang seringkali beredar.
“Siap yah?” Pandu dan Ardit mengangguk lalu memejamkan kedua mata mereka.
“Maaf…,” Norman mengelus mata Pandu dan Ardit dalam sekali gerakan. “oke sekarang kalian boleh buka mata.”
Saat melihat sosok Norman tepat di depan matanya, barulah Ardit paham kenapa Gasimah sampai repot-repot menyiapkan tampilan terbaiknya. Sebagai manusia bahkan dirinya sedikit minder ketika harus duduk bersama. Sedangkan Pandu hanya mengangguk saja, mengakui juga bahwa sebagai sosok kasat mata visual Norman berada di level atas. Kini semuanya duduk saling berdekatan, Gasimah tidak berani berbicara karena ada Pandu dan Ardit yang terus saja memperhatikannya.
“Eh itu datang juga pesenannya,” Dissa melihat dari kejauhan pelayan datang membawakan makanan.
“Jangan liat badannya yang kecil, Dissa itu rakus, semua dilahap,” semua tertawa, lalu saling menyantap makanannya masing-masing.
Dua sosok kecil nan jelek terus memantau dari kejauhan, semua gerak-gerik Gasimah harus direkam tidak boleh ada yang terlewat, termasuk jamuan hangat makan-makan bersama manusia. Dua sosok ini tidak mempermasalahkan Pandu dan Ardit, karena bos mereka tidak bersaing dengan manusia, mereka makhluk lemah pikirnya. Atmosfer yang begitu ceria dan penuh kehangatan itu sebenarnya membuat mereka iri, sebagai makhluk rendah, kekuatannya bahkan hanya bisa membuat daging tumbuh kembali dari sebuah tulang bekas yang dimakan oleh manusia. Sedangkan Norman dapat membuat meja besar yang penuh dengan aneka makanan dan sajian mewah.
“Hm,” salah satu sosok bergumam.
“Ada apa?” tanya satunya.
“Mister Blek pasti marah besar kalau dikasih tau,” ucapnya. “apalagi si Gasimah senyumnya tulus, dibanding waktu sama Mister Blek, kayaknya kepaksa deh,” setelah mengucapkan itu, kepalanya dihantam oleh tinju besar dari temannya.
“G#blok! Jangan keras-keras! Kalau Mister Blek denger gimana?” akhirnya keduanya memustuskan untuk tidak banyak bicara dan tetap fokus memantau gerak-gerik Gasimah.
Satu-persatu hidangan menghilang dari piring saji, apalagi Pandu dan Ardit menyantapnya dengan lahap karena memang belum makan sedari pagi, ketika menunggu kabar dari Dissa. Sementara itu Gasimah hanya mencicipi sedikit saja, begitu jaim ketika berada di dekat Norman. Melihat tingkah Gasimah yang seperti itu membuat Ardit menggelengkan kepalanya. Karena ketika berada di kosan Pandu, seringkali Gasimah menyantap banyak makanan dengan sekali telan.
“Eh?” Ardit memalingkan wajahnya ketika Gasimah menajamkan tatapannya.
“Oh iya abis ini kita istirahat dulu sebentar, terus langsung rapat yah,” ucap Dissa.
“Rapat?” tanya Pandu.
“Iya, karena aku udah lama engga penelusuran, jadinya sekalian aja gitu. Banyak yang komen nanyain juga sih ‘kapan penelusuran lagi’ hampir di setiap episode podcast.”
Norman baru menyadari bahwa rahasia ini yang dimaksud Dissa, “Oh jadi ini yang dirahasiain sama karyawan kamu?”
Dissa tersenyum lebar, “Kalau aku bilang mau penelusuran, tar banyak yang ikut. Mereka itu pada penakut tapi penasaran juga sama tempat-tempat angker,” ucapnya. “lagian aku mau sekalian healing sih, kan besok-besoknya bisa berendem air panas,” tawanya bangkit.
Dissa mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya, ada beberapa gambar beserta penjelasan mengenai tempat-tempat sekitar yang menurutnya seru ketika melakukan penelusuran. Tetapi ada satu gambar yang ditekankan olehnya, agak memaksa Pandu dan Ardit untuk memilih tempat itu. Meskipun ia berdalih semuanya akan dibicarakan terlebih dahulu jika ada pilihan lainnya. Beberapa tempat yang diberikan oleh Dissa ada yang sudah masuk ke dalam radar Ardit seperti Rumah Bawang.
Setelah melihat-lihat, Pandu sudah memutuskan untuk menyerahkan semua pilihan pada Dissa, “Aku setuju sama pilihan kamu, hitung-hitung kami bintang tamunya, jadi ikutin tuan rumah aja,” Ardit pun setuju karena takutnya pilihan lain akan menyakiti perasaan Dissa yang sangat menggebu-gebu memilih satu tempat itu.
“Beneran yah, makasi loh, kan kalau gini aku engga usah ngabarin kuncennya buat ngebatalin,” mendengar perkataan itu membuat perasaan Pandu dan Ardit menjadi tidak enak.
kulipriok dan namakuve memberi reputasi
2
Kutip
Balas