- Beranda
- Stories from the Heart
Dalam Dekapan Kabut
...
TS
meta.morfosis
Dalam Dekapan Kabut

Izinkan saya kembali bercerita tentang sebuah kejadian di masa lalu
dalam dekapan kabut, aku terhangatkan oleh kalimat cintamu, kalimat sederhana penuh makna yang terucap diantara hamparan bunga bunga edelweis yang menjadi simbol keabadian...
Chapter :
Chapter :
DDK - Chapter 1
DDK - Chapter 2
DDK - Chapter 3
DDK - Chapter 4
DDK - Chapter 5
DDK - Chapter 6
DDK - Chapter 7
DDK - Chapter 8
DDK - Chapter 9
DDK - Chapter 10
DDK - Chapter 11
DDK - Chapter 12
DDK - Chapter 13
DDK - Chapter 14
DDK - Chapter 15
DDK - Chapter 16
Diubah oleh meta.morfosis 03-09-2024 12:35
indrag057 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.8K
48
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
meta.morfosis
#13
Chapter 9
Kabar Buruk Di Awal Pagi
Kabar Buruk Di Awal Pagi
Ini adalah momen di mana aku tersadar seseorang yang tengah menarik tanganku ini adalah seseorang yang aku kenal, dalam balutan kegelapan yang menyamarkan wajahnya, aku masih bisa mengenali suara yang terucap dari mulut seseorang yang telah aku anggap sebagai orang yang aneh, hingga akhirnya kini diantara keberadaan kami yang telah berada di luar ruangan, seseorang yang bisa aku pastikan adalah bapak penjaja nasi goreng kini mengarahkan telapak tangannya ke arahku lalu mengibaskannya seakan akan tengah mengeluarkan sesuatu dari diriku.
“ apa yang sebenarnya telah terjadi pak ? bagaimana bisa saya berada di dalam ruangan itu ? ” tanyaku dengan tatapan mata mengamati keadaan sekitar, dari apa yang aku lihat saat ini sepertinya aku baru pertama kali menginjakan kaki di lokasi ini.
“ kalau saya duga sepertinya akang itu telah menembus dimensi waktu, ruangan yang akang masuki itu adalah ruangan perawatan lama yang saat ini tengah dalam tahap perbaikan ”
“ hahh... ”
“ dari awal saya memang sudah mencurigai ada sesuatu yang enggak beres pada diri akang ”
“ sesuatu yang enggak beres bagaimana pak ? ”
“ sulit untuk menjelaskannya kang tapi saya yakin akang tengah diikuti oleh sesuatu atau lebih tepatnya lagi diikuti oleh sosok mahluk ghaib yang entah dengan tujuan apa mengikuti akang ”
Mendapati perkataan bapak penjaja nasi goreng yang menyinggung tentang sosok mahluk ghaib, tanpa berpikir panjang lagi aku langsung menceritakan kejadian kejadian menyeramkan yang telah aku alami kepada bapak penjaja nasi goreng dan di saat itulah tanpa aku duga bapak penjaja nasi goreng memberikan sesuatu kepadaku.
“ apa ini pak ? ”
“ itu pasak bambu pemberian guru saya ” jawab bapak penjaja nasi goreng seraya memberikan isyarat agar aku membuka kain kuning yang membungkus pasak bambu dan kini begitu aku mendapati isyarat itu aku langsung membukanya.
“ untuk apa pak pasak bambu ini ? ”
“ pasak bambu itu berguna sebagai pelindung diri kang bahkan bisa lebih dari itu, andaikan suatu saat nanti akang kembali mengalami gangguan ghaib, akang bisa menggunakan pasak bambu itu sebagai perantara agar akang bisa mendapatkan pertolongan ”
Mendapati saat ini aku memperlihatkan ekspresi kebingunganku di dalam menanggapi perkataannya itu, bapak penjaja nasi goreng mengembangkan senyumnya, dari mulutnya kini terucap perkataan yang menjelaskan tentang tata cara yang harus aku lakukan agar aku bisa mendapatkan pertolongan dengan perantara pasak bambu.
“ jadi pak saya itu hanya perlu menancapkan pasak bambu ini ke tanah lalu menepukan telapak tangan saya ke tanah sebanyak tiga kali ? ”
“ iya kang, jangan lupa juga untuk menyebutkan nama guru saya ” jawab penjaja nasi goreng mengingatkanku untuk menyebut nama gurunya yang bernama ki aom.
“ apakah itu artinya guru bapak yang akan menolong saya ? ”
“ bukan seperti itu kang cara kerjanya, nanti itu akan ada kekuatan ghaib yang dimiliki guru saya yang akan membantu akang ”
Andaikan saja aku tidak pernah mengalami kejadian yang bersentuhan dengan sesuatu yang ghaib, saat ini aku mungkin lebih memilih untuk meninggalkan bapak penjaja nasi goreng daripada harus mendengarkan perkataannya yang sarat dengan khayalan, namun mengingat aku telah beberapa kali mengalami kejadian yang bersentuhan dengan sesuatu yang ghaib, aku kini memilih untuk menerima pasak bambu pemberian bapak penjaja nasi goreng dengan harapan pasak bambu itu nantinya akan memberi manfaat di saat aku kembali mengalami kejadian menyeramkan yang tidak aku inginkan.
“ gunakan pasak bambu itu dengan bijak yaa kang karena kekuatan ghaib yang dimiliki oleh guru saya itu hanya akan mengikuti apa yang akang perintahkan ”
Mengakhiri pembicaraan kami ini, bapak penjaja nasi goreng mengajakku meninggalkan lokasi ruangan perawatan lama lalu mengantarkanku ke ruangan pemeriksaan dimana ibuku berada dan kini selepas dari kepergian bapak penjaja nasi goreng, aku kembali menemani ibu yang saat ini kondisi kesehatannya jauh dari kata membaik.
“ maaf dok, apakah enggak ada cara lain lagi yang bisa dilakukan untuk menolong ibu saya ini ? ” tanyaku dalam kesedihan yang mendalam, diantara waktu yang saat ini telah menunjukan pukul empat pagi, pertanyaanku itu terucap selepas dari seorang dokter jaga yang menginformasikan tentang kondisi kesehatan ibuku saat ini, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya, kondisi kesehatan ibuku dinyatakan sudah semakin memburuk dan dokter jaga memberikan saran agar ibuku dibawa pulang dengan maksud memberikan kesempatan kepada keluargaku untuk berada lebih dekat lagi dengan ibuku.
“ maaf kang, dengan kondisi kesehatan ibu akang saat ini yang bisa menolongnya hanyalah keajaiban tuhan, kita sudah berusaha semaksimal mungkin menolong ibu akang dengan penanganan medis ”
Ini adalah momen dimana aku merasa kasih sayang tuhan seperti menghilang dari kehidupanku, kejujuran dokter jaga di dalam menginformasikan kondisi kesehatan ibuku saat ini kini seperti menempatkanku di dalam sebuah mimpi buruk yang tidak memungkinkanku untuk terbangun lagi dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu, aku hanya bisa menyikapinya dengan terdiam, termenung dalam lamunanku yang membayangkan akan adanya keajaiban yang bisa menyembuhkan ibuku dari sakit berat yang dideritanya itu.
Menit demi menit yang terus berjalan kini telah mengantarkanku pada kepastian bahwa ibu akan dibawa pulang, kehadiran bapak yang aku harapkan dapat memberikan keajaiban berupa usaha bapak yang akan memaksa pihak rumah sakit untuk tetap melanjutkan pengobatan terhadap ibu kini telah berbuah dengan keputusannya yang sangat mengecewakanku, entah dengan latar belakang apa bapak menyetujui saran yang diberikan oleh pihak rumah sakit tapi yang pasti keputusannya itu kini telah menempatkan ibu dalam posisi hanya menjalani hari hingga kematian datang menjemputnya.
“ pang, kamu mungkin merasa kecewa dengan keputusan bapak hari ini tapi percayalah bapakmu ini bukanlah seorang suami yang akan berdiam diri ketika melihat istrinya menderita ”
Tepat pada pukul satu siang selepas dari bapak yang telah mengurus administrasi rumah sakit, bapak membawa ibu pulang ke rumah dengan menggunakan mobil angkutan umum yang telah kami sewa, dalam posisiku yang saat ini telah menggantikan bapak untuk membawa sepeda motor, untuk sesekali aku layangkan tatapan mataku ke tepi jalan untuk memperhatikan orang orang yang tengah sibuk dengan aktifitasnya masing masing dan pada akhirnya aku kini tersadar bahwa sesaat lagi sepeda motor yang aku kendarai ini akan melalui perkampungan yang menjadi tempat tinggal orang yang aku curigai sebagai pelaku yang menghamili anti dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu dengan tujuan ingin mencari orang yang aku curigai sebagai pelaku yang menghamili anti, aku sengaja memperlambat kecepatan sepeda motorku dan membiarkan mobil angkutan umum yang membawa ibu berlalu pergi meninggalkanku.
“ apakah mungkin saat ini sanusi tengah berada di pos jaga yang berada dekat dengan kebun milik pak haji kosim ? ”
Lima menit sudah waktu berlalu dari dugaanku itu, dalam posisiku yang saat ini telah memasuki perkampungan yang menjadi tempat tinggal sanusi, aku langsung menghentikan sepeda motorku ini di sebuah warung kecil yang menjual bensin eceran, rasa keingintahuanku untuk mengetahui sepak terjang sanusi di perkampungan ini kini telah membuatku banyak mengajukan pertanyaan yang terkait dengan sanusi kepada bapak pemilik warung dan hal itu kini telah menghadirkan rasa kecurigaan bapak pemilik warung yang menduga sanusi telah berbuat keonaran lagi di luar perkampungannya.
“ enggak pak, sanusi itu enggak berbuat onar kok, saya hanya ingin bertemu saja dengan sanusi karena sudah lama enggak bertemu ”
“ memangnya akang temannya sanusi ? ”
“ saya hanya kenal saja pak, bukan teman akrab ”
“ ohh begitu... ” gumam bapak penjaga warung sambil mengangguk anggukan kepalanya.
“ kalau saran saya sih jangan terlalu akrab kang karena nanti bisa menular kelakuan buruknya itu ” aku tersenyum, terlihat saat ini bapak penjaga warung telah selesai mengisi bensin ke dalam tangki motorku.
“ kalau akang mau bertemu dengan sanusi sebaiknya akang ke pasar saja, biasanya sanusi berada di sana dengan kawan kawannya ”
Merujuk dari informasi yang telah aku dapatkan, aku langsung menuju ke pasar tempat berkumpulnya sanusi dengan kawan kawannya dan seperti apa yang telah dikatakan oleh bapak penjaga warung, terlihat saat ini sanusi tengah berkumpul dengan beberapa kawannya yang hampir sebagian besarnya mengenalku, melihat dari tingkah laku yang mereka perlihatkan saat ini besar kemungkinannya mereka tengah sedikit terpangaruh oleh efek minuman keras yang mereka minum.
“ ehh pang, ada keperluan apa nih, kok tumben kamu mampir ke pasar ini ? ” tanya salah seorang pemuda kampung selepas dari aku yang telah melontarkan sapaan kepada mereka, dan kini begitu aku mendapati pertanyaannya itu, aku langsung mengutarakan tujuan utamaku datang ke pasar ini.
“ ohh ternyata kamu itu mempunyai keperluan denganku pang ” ujar sanusi seraya beranjak bangun dari kursi yang menjadi tempatnya duduknya dan apa yang sanusi lakukan itu kini telah menarik perhatian dari beberapa kawannya yang saat ini langsung melayangkan tatapan matanya ke arahku.
“ bisa kita berbicara empat mata saja san ? ” sanusi mengkerutkan dahinya dan selepas dari anggukan kepalanya yang mengisyaratkan bahwa dirinya memenuhi ajakanku itu, aku segera mengajak sanusi menjauhi kawan kawannya.
“ ada apa pang ? ”
“ san, sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dengan adikku ? ”
“ hubungan ? ”
“ iya san, hubungan... kamu itu enggak terlalu bodoh kan untuk mengartikan perkataanku itu ” ujarku dengan nada suara yang meninggi dan apa yang aku katakan itu kini telah berbalas dengan ekspresi sanusi yang menunjukan rasa kemarahannya.
“ brengsek kamu pang, kamu itu jangan enggak sopan kalau bertanya ”
“ jawab saja pertanyaanku itu san, enggak usah menceramahiku tentang sopan dan enggak sopan ”
Mendapati saat ini sanusi memasang ekspresi wajah yang terkesan menantang untuk menanggapi perkataanku itu, dengan seketika emosiku melonjak dan tanpa tersadar aku langsung mendorong tubuh sanusi dengan hentakan yang keras dan apa yang lakukan itu kini telah memancing berdatangannya kawan kawan sanusi yang mencoba untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi.
“ hubungan aku dengan adikmu itu hanya sekedar mencari keuntungan pang, kamu mau apa ! ” sanusi mendelikan kedua bola matanya, jari jemari tangannya yang terkepal menandakan saat ini sanusi sudah siap untuk berkelahi denganku, mendapati hal itu tanpa berbasa basi lagi aku langsung menerjang tubuh sanusi hingga membuatnya terjatuh, beberapa pukulan yang aku layangkan ke wajah sanusi kini telah berbalas dengan beberapa pukulan sanusi yang mendarat di wajahku.
“ cepat pisahkan mereka ” pinta salah seorang kawan sanusi seraya mencengram kerah pakaian kawan sanusi lainnya yang hendak membantu sanusi memukuliku.
“ kamu itu sudah gila yaa !, apakah kamu mau kejadian perkelahian ini menjadi awal dari permusuhan antara kampung kita dengan kampungnya apang ”
Dalam posisinya yang saat ini telah didorong mundur, kawan sanusi yang hendak membantu sanusi memukuliku kini hanya bisa terdiam dengan memasang ekspresi wajah yang menunjukan rasa ketidaksukaannya karena telah dilarang untuk memukuliku dan kini selepas aku yang telah dilerai dari perkelahianku dengan sanusi, aku hanya bisa menatap sanusi dari kejauhan, terlihat saat ini sanusi telah beranjak pergi meninggalkan pasar bersama dengan salah satu kawannya.
“ kamu itu kenapa sih pang ?, ada permasalahan apa kamu dengan sanusi ? ” tanya salah seorang kawan sanusi yang melerai perkelahianku dengan sanusi, dari ekspresi wajah yang diperlihatkannya sepertinya kawan sanusi ini tidak mengetahui adanya hubungan sanusi dengan anti dan kini begitu aku mendapati pertanyaan itu aku lebih memilih untuk meninggalkan pasar daripada harus menjawabnya.
“ kamu yakin pang pelakunya itu sanusi ? ”
Dalam posisiku yang saat ini telah berada di rumah, rasa keingintahuan bapak untuk mengetahui penyebab dari lebam di wajahku kini telah berbuah dengan terucapnya informasi dari mulutku yang menceritakan tentang pertemuan sanusi dengan anti, dugaanku yang mengatakan sanusi adalah pelaku yang menghamili anti kini telah ditanggapi oleh bapak dengan kemarahannya, hal itu dapat terlihat dari nada suaranya meninggi ketika mengucapkan pertanyaannya itu.
“ apang yakin pak karena berdasarkan apa yang apang ketahui sanusi itu telah banyak melakukan keonaran di luar sana dan bisa jadi sudah banyak wanita yang menjadi korban sanusi seperti anti itu ”
“ benar benar kurang ajar orang itu... berani beraninya dia meludahi kehormatan keluarga kita, andaikan memang benar dia itu adalah pelakunya, bapak enggak akan sudi menikahkan anti dengan dia ”
“ apakah itu artinya kita akan membiarkannya begitu saja pak ? ” bapak terdiam, dalam posisinya yang saat ini tengah duduk di kursi, bapak beranjak bangun lalu menatap ke halaman rumah melalui bingkai jendela rumah.
“ pak mungkin apang enggak akan berdiam diri melihat orang yang telah meludahi— ”
“ kamu jangan gegabah pang, jangan melakukan hal hal yang nantinya akan merusak masa depan kamu ”
“ tapi pak, apang— ”
“ sudahlah pang... kita jangan membahas hal itu dulu, lebih baik sekarang ini kamu membantu bapak untuk membujuk anti agar dirinya itu mau menikah dengan teman bapak ”
Untuk sejenak aku terdiam, membayangkan tanggapan yang akan diberikan anti ketika dirinya itu mengetahui rencana bapak yang ingin menjodohkannya dengan temannya, aku menduga anti akan menolak perjodohan itu.
“ pak, apakah bapak sudah memberitahukan rencana perjodohan itu kepada anti ? ”
“ sudah pang dan anti menolaknya, semenjak bapak memberitahukannya rencana perjodohan itu, anti mengurung diri di dalam kamarnya ”
Aku kembali terdiam, dugaanku yang mengatakan anti akan menolak perjodohan itu kini telah terbukti kebenarannya dan itu artinya tugasku untuk membujuk anti agar anti mau menerima perjodohan itu kini terasa semakin berat karena anti telah menolak perjodohan itu.
“ pang, besok itu bapak sudah mulai kembali bekerja, mudah mudahan saja bapak bisa mematangkan rencana perjodohan itu ”
“ aamiin pak, apang doakan semuanya berjalan dengan lancar ”
“ ohh iya pang, bagaimana dengan pekerjaanmu, apakah kamu itu enggak ditegur karena sudah terlalu sering meminta izin enggak bekerja ? ”
“ sudah pasti ditegur pak tapi mau bagaimana lagi... bagi apang keluarga itu adalah segalanya ”
Mengakhiri jawabanku itu aku memutuskan untuk mengakhiri perbincangan ini, dalam pengelihatanku ini terlihat pintu kamar anti tertutup begitu rapat, menyembunyikan seseorang yang saat ini tengah terjebak dalam rasa penyesalannya atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
“ apa yang sebenarnya telah terjadi pak ? bagaimana bisa saya berada di dalam ruangan itu ? ” tanyaku dengan tatapan mata mengamati keadaan sekitar, dari apa yang aku lihat saat ini sepertinya aku baru pertama kali menginjakan kaki di lokasi ini.
“ kalau saya duga sepertinya akang itu telah menembus dimensi waktu, ruangan yang akang masuki itu adalah ruangan perawatan lama yang saat ini tengah dalam tahap perbaikan ”
“ hahh... ”
“ dari awal saya memang sudah mencurigai ada sesuatu yang enggak beres pada diri akang ”
“ sesuatu yang enggak beres bagaimana pak ? ”
“ sulit untuk menjelaskannya kang tapi saya yakin akang tengah diikuti oleh sesuatu atau lebih tepatnya lagi diikuti oleh sosok mahluk ghaib yang entah dengan tujuan apa mengikuti akang ”
Mendapati perkataan bapak penjaja nasi goreng yang menyinggung tentang sosok mahluk ghaib, tanpa berpikir panjang lagi aku langsung menceritakan kejadian kejadian menyeramkan yang telah aku alami kepada bapak penjaja nasi goreng dan di saat itulah tanpa aku duga bapak penjaja nasi goreng memberikan sesuatu kepadaku.
“ apa ini pak ? ”
“ itu pasak bambu pemberian guru saya ” jawab bapak penjaja nasi goreng seraya memberikan isyarat agar aku membuka kain kuning yang membungkus pasak bambu dan kini begitu aku mendapati isyarat itu aku langsung membukanya.
“ untuk apa pak pasak bambu ini ? ”
“ pasak bambu itu berguna sebagai pelindung diri kang bahkan bisa lebih dari itu, andaikan suatu saat nanti akang kembali mengalami gangguan ghaib, akang bisa menggunakan pasak bambu itu sebagai perantara agar akang bisa mendapatkan pertolongan ”
Mendapati saat ini aku memperlihatkan ekspresi kebingunganku di dalam menanggapi perkataannya itu, bapak penjaja nasi goreng mengembangkan senyumnya, dari mulutnya kini terucap perkataan yang menjelaskan tentang tata cara yang harus aku lakukan agar aku bisa mendapatkan pertolongan dengan perantara pasak bambu.
“ jadi pak saya itu hanya perlu menancapkan pasak bambu ini ke tanah lalu menepukan telapak tangan saya ke tanah sebanyak tiga kali ? ”
“ iya kang, jangan lupa juga untuk menyebutkan nama guru saya ” jawab penjaja nasi goreng mengingatkanku untuk menyebut nama gurunya yang bernama ki aom.
“ apakah itu artinya guru bapak yang akan menolong saya ? ”
“ bukan seperti itu kang cara kerjanya, nanti itu akan ada kekuatan ghaib yang dimiliki guru saya yang akan membantu akang ”
Andaikan saja aku tidak pernah mengalami kejadian yang bersentuhan dengan sesuatu yang ghaib, saat ini aku mungkin lebih memilih untuk meninggalkan bapak penjaja nasi goreng daripada harus mendengarkan perkataannya yang sarat dengan khayalan, namun mengingat aku telah beberapa kali mengalami kejadian yang bersentuhan dengan sesuatu yang ghaib, aku kini memilih untuk menerima pasak bambu pemberian bapak penjaja nasi goreng dengan harapan pasak bambu itu nantinya akan memberi manfaat di saat aku kembali mengalami kejadian menyeramkan yang tidak aku inginkan.
“ gunakan pasak bambu itu dengan bijak yaa kang karena kekuatan ghaib yang dimiliki oleh guru saya itu hanya akan mengikuti apa yang akang perintahkan ”
Mengakhiri pembicaraan kami ini, bapak penjaja nasi goreng mengajakku meninggalkan lokasi ruangan perawatan lama lalu mengantarkanku ke ruangan pemeriksaan dimana ibuku berada dan kini selepas dari kepergian bapak penjaja nasi goreng, aku kembali menemani ibu yang saat ini kondisi kesehatannya jauh dari kata membaik.
“ maaf dok, apakah enggak ada cara lain lagi yang bisa dilakukan untuk menolong ibu saya ini ? ” tanyaku dalam kesedihan yang mendalam, diantara waktu yang saat ini telah menunjukan pukul empat pagi, pertanyaanku itu terucap selepas dari seorang dokter jaga yang menginformasikan tentang kondisi kesehatan ibuku saat ini, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya, kondisi kesehatan ibuku dinyatakan sudah semakin memburuk dan dokter jaga memberikan saran agar ibuku dibawa pulang dengan maksud memberikan kesempatan kepada keluargaku untuk berada lebih dekat lagi dengan ibuku.
“ maaf kang, dengan kondisi kesehatan ibu akang saat ini yang bisa menolongnya hanyalah keajaiban tuhan, kita sudah berusaha semaksimal mungkin menolong ibu akang dengan penanganan medis ”
Ini adalah momen dimana aku merasa kasih sayang tuhan seperti menghilang dari kehidupanku, kejujuran dokter jaga di dalam menginformasikan kondisi kesehatan ibuku saat ini kini seperti menempatkanku di dalam sebuah mimpi buruk yang tidak memungkinkanku untuk terbangun lagi dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu, aku hanya bisa menyikapinya dengan terdiam, termenung dalam lamunanku yang membayangkan akan adanya keajaiban yang bisa menyembuhkan ibuku dari sakit berat yang dideritanya itu.
Menit demi menit yang terus berjalan kini telah mengantarkanku pada kepastian bahwa ibu akan dibawa pulang, kehadiran bapak yang aku harapkan dapat memberikan keajaiban berupa usaha bapak yang akan memaksa pihak rumah sakit untuk tetap melanjutkan pengobatan terhadap ibu kini telah berbuah dengan keputusannya yang sangat mengecewakanku, entah dengan latar belakang apa bapak menyetujui saran yang diberikan oleh pihak rumah sakit tapi yang pasti keputusannya itu kini telah menempatkan ibu dalam posisi hanya menjalani hari hingga kematian datang menjemputnya.
“ pang, kamu mungkin merasa kecewa dengan keputusan bapak hari ini tapi percayalah bapakmu ini bukanlah seorang suami yang akan berdiam diri ketika melihat istrinya menderita ”
Tepat pada pukul satu siang selepas dari bapak yang telah mengurus administrasi rumah sakit, bapak membawa ibu pulang ke rumah dengan menggunakan mobil angkutan umum yang telah kami sewa, dalam posisiku yang saat ini telah menggantikan bapak untuk membawa sepeda motor, untuk sesekali aku layangkan tatapan mataku ke tepi jalan untuk memperhatikan orang orang yang tengah sibuk dengan aktifitasnya masing masing dan pada akhirnya aku kini tersadar bahwa sesaat lagi sepeda motor yang aku kendarai ini akan melalui perkampungan yang menjadi tempat tinggal orang yang aku curigai sebagai pelaku yang menghamili anti dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu dengan tujuan ingin mencari orang yang aku curigai sebagai pelaku yang menghamili anti, aku sengaja memperlambat kecepatan sepeda motorku dan membiarkan mobil angkutan umum yang membawa ibu berlalu pergi meninggalkanku.
“ apakah mungkin saat ini sanusi tengah berada di pos jaga yang berada dekat dengan kebun milik pak haji kosim ? ”
Lima menit sudah waktu berlalu dari dugaanku itu, dalam posisiku yang saat ini telah memasuki perkampungan yang menjadi tempat tinggal sanusi, aku langsung menghentikan sepeda motorku ini di sebuah warung kecil yang menjual bensin eceran, rasa keingintahuanku untuk mengetahui sepak terjang sanusi di perkampungan ini kini telah membuatku banyak mengajukan pertanyaan yang terkait dengan sanusi kepada bapak pemilik warung dan hal itu kini telah menghadirkan rasa kecurigaan bapak pemilik warung yang menduga sanusi telah berbuat keonaran lagi di luar perkampungannya.
“ enggak pak, sanusi itu enggak berbuat onar kok, saya hanya ingin bertemu saja dengan sanusi karena sudah lama enggak bertemu ”
“ memangnya akang temannya sanusi ? ”
“ saya hanya kenal saja pak, bukan teman akrab ”
“ ohh begitu... ” gumam bapak penjaga warung sambil mengangguk anggukan kepalanya.
“ kalau saran saya sih jangan terlalu akrab kang karena nanti bisa menular kelakuan buruknya itu ” aku tersenyum, terlihat saat ini bapak penjaga warung telah selesai mengisi bensin ke dalam tangki motorku.
“ kalau akang mau bertemu dengan sanusi sebaiknya akang ke pasar saja, biasanya sanusi berada di sana dengan kawan kawannya ”
Merujuk dari informasi yang telah aku dapatkan, aku langsung menuju ke pasar tempat berkumpulnya sanusi dengan kawan kawannya dan seperti apa yang telah dikatakan oleh bapak penjaga warung, terlihat saat ini sanusi tengah berkumpul dengan beberapa kawannya yang hampir sebagian besarnya mengenalku, melihat dari tingkah laku yang mereka perlihatkan saat ini besar kemungkinannya mereka tengah sedikit terpangaruh oleh efek minuman keras yang mereka minum.
“ ehh pang, ada keperluan apa nih, kok tumben kamu mampir ke pasar ini ? ” tanya salah seorang pemuda kampung selepas dari aku yang telah melontarkan sapaan kepada mereka, dan kini begitu aku mendapati pertanyaannya itu, aku langsung mengutarakan tujuan utamaku datang ke pasar ini.
“ ohh ternyata kamu itu mempunyai keperluan denganku pang ” ujar sanusi seraya beranjak bangun dari kursi yang menjadi tempatnya duduknya dan apa yang sanusi lakukan itu kini telah menarik perhatian dari beberapa kawannya yang saat ini langsung melayangkan tatapan matanya ke arahku.
“ bisa kita berbicara empat mata saja san ? ” sanusi mengkerutkan dahinya dan selepas dari anggukan kepalanya yang mengisyaratkan bahwa dirinya memenuhi ajakanku itu, aku segera mengajak sanusi menjauhi kawan kawannya.
“ ada apa pang ? ”
“ san, sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dengan adikku ? ”
“ hubungan ? ”
“ iya san, hubungan... kamu itu enggak terlalu bodoh kan untuk mengartikan perkataanku itu ” ujarku dengan nada suara yang meninggi dan apa yang aku katakan itu kini telah berbalas dengan ekspresi sanusi yang menunjukan rasa kemarahannya.
“ brengsek kamu pang, kamu itu jangan enggak sopan kalau bertanya ”
“ jawab saja pertanyaanku itu san, enggak usah menceramahiku tentang sopan dan enggak sopan ”
Mendapati saat ini sanusi memasang ekspresi wajah yang terkesan menantang untuk menanggapi perkataanku itu, dengan seketika emosiku melonjak dan tanpa tersadar aku langsung mendorong tubuh sanusi dengan hentakan yang keras dan apa yang lakukan itu kini telah memancing berdatangannya kawan kawan sanusi yang mencoba untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi.
“ hubungan aku dengan adikmu itu hanya sekedar mencari keuntungan pang, kamu mau apa ! ” sanusi mendelikan kedua bola matanya, jari jemari tangannya yang terkepal menandakan saat ini sanusi sudah siap untuk berkelahi denganku, mendapati hal itu tanpa berbasa basi lagi aku langsung menerjang tubuh sanusi hingga membuatnya terjatuh, beberapa pukulan yang aku layangkan ke wajah sanusi kini telah berbalas dengan beberapa pukulan sanusi yang mendarat di wajahku.
“ cepat pisahkan mereka ” pinta salah seorang kawan sanusi seraya mencengram kerah pakaian kawan sanusi lainnya yang hendak membantu sanusi memukuliku.
“ kamu itu sudah gila yaa !, apakah kamu mau kejadian perkelahian ini menjadi awal dari permusuhan antara kampung kita dengan kampungnya apang ”
Dalam posisinya yang saat ini telah didorong mundur, kawan sanusi yang hendak membantu sanusi memukuliku kini hanya bisa terdiam dengan memasang ekspresi wajah yang menunjukan rasa ketidaksukaannya karena telah dilarang untuk memukuliku dan kini selepas aku yang telah dilerai dari perkelahianku dengan sanusi, aku hanya bisa menatap sanusi dari kejauhan, terlihat saat ini sanusi telah beranjak pergi meninggalkan pasar bersama dengan salah satu kawannya.
“ kamu itu kenapa sih pang ?, ada permasalahan apa kamu dengan sanusi ? ” tanya salah seorang kawan sanusi yang melerai perkelahianku dengan sanusi, dari ekspresi wajah yang diperlihatkannya sepertinya kawan sanusi ini tidak mengetahui adanya hubungan sanusi dengan anti dan kini begitu aku mendapati pertanyaan itu aku lebih memilih untuk meninggalkan pasar daripada harus menjawabnya.
“ kamu yakin pang pelakunya itu sanusi ? ”
Dalam posisiku yang saat ini telah berada di rumah, rasa keingintahuan bapak untuk mengetahui penyebab dari lebam di wajahku kini telah berbuah dengan terucapnya informasi dari mulutku yang menceritakan tentang pertemuan sanusi dengan anti, dugaanku yang mengatakan sanusi adalah pelaku yang menghamili anti kini telah ditanggapi oleh bapak dengan kemarahannya, hal itu dapat terlihat dari nada suaranya meninggi ketika mengucapkan pertanyaannya itu.
“ apang yakin pak karena berdasarkan apa yang apang ketahui sanusi itu telah banyak melakukan keonaran di luar sana dan bisa jadi sudah banyak wanita yang menjadi korban sanusi seperti anti itu ”
“ benar benar kurang ajar orang itu... berani beraninya dia meludahi kehormatan keluarga kita, andaikan memang benar dia itu adalah pelakunya, bapak enggak akan sudi menikahkan anti dengan dia ”
“ apakah itu artinya kita akan membiarkannya begitu saja pak ? ” bapak terdiam, dalam posisinya yang saat ini tengah duduk di kursi, bapak beranjak bangun lalu menatap ke halaman rumah melalui bingkai jendela rumah.
“ pak mungkin apang enggak akan berdiam diri melihat orang yang telah meludahi— ”
“ kamu jangan gegabah pang, jangan melakukan hal hal yang nantinya akan merusak masa depan kamu ”
“ tapi pak, apang— ”
“ sudahlah pang... kita jangan membahas hal itu dulu, lebih baik sekarang ini kamu membantu bapak untuk membujuk anti agar dirinya itu mau menikah dengan teman bapak ”
Untuk sejenak aku terdiam, membayangkan tanggapan yang akan diberikan anti ketika dirinya itu mengetahui rencana bapak yang ingin menjodohkannya dengan temannya, aku menduga anti akan menolak perjodohan itu.
“ pak, apakah bapak sudah memberitahukan rencana perjodohan itu kepada anti ? ”
“ sudah pang dan anti menolaknya, semenjak bapak memberitahukannya rencana perjodohan itu, anti mengurung diri di dalam kamarnya ”
Aku kembali terdiam, dugaanku yang mengatakan anti akan menolak perjodohan itu kini telah terbukti kebenarannya dan itu artinya tugasku untuk membujuk anti agar anti mau menerima perjodohan itu kini terasa semakin berat karena anti telah menolak perjodohan itu.
“ pang, besok itu bapak sudah mulai kembali bekerja, mudah mudahan saja bapak bisa mematangkan rencana perjodohan itu ”
“ aamiin pak, apang doakan semuanya berjalan dengan lancar ”
“ ohh iya pang, bagaimana dengan pekerjaanmu, apakah kamu itu enggak ditegur karena sudah terlalu sering meminta izin enggak bekerja ? ”
“ sudah pasti ditegur pak tapi mau bagaimana lagi... bagi apang keluarga itu adalah segalanya ”
Mengakhiri jawabanku itu aku memutuskan untuk mengakhiri perbincangan ini, dalam pengelihatanku ini terlihat pintu kamar anti tertutup begitu rapat, menyembunyikan seseorang yang saat ini tengah terjebak dalam rasa penyesalannya atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
Diubah oleh meta.morfosis 23-04-2025 15:45
i4munited dan nderek.langkung memberi reputasi
2