Kaskus

Story

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Dalam Dekapan Kabut
Dalam Dekapan Kabut

Izinkan saya kembali bercerita tentang sebuah kejadian di masa lalu

dalam dekapan kabut, aku terhangatkan oleh kalimat cintamu, kalimat sederhana penuh makna yang terucap diantara hamparan bunga bunga edelweis yang menjadi simbol keabadian... 

Chapter :

DDK - Chapter 1

DDK - Chapter 2

DDK - Chapter 3

DDK - Chapter 4

DDK - Chapter 5

DDK - Chapter 6

DDK - Chapter 7

DDK - Chapter 8

DDK - Chapter 9








Diubah oleh meta.morfosis 03-09-2024 12:35
nderek.langkungAvatar border
i4munitedAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.8K
48
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#12
Chapter 8
Menembus Dimensi Lain








“ sebaiknya kamu jujur pang, apa sebenarnya yang telah terjadi dengan ibumu ? ”

Pertanyaan bapak itu terucap dalam bingkai rasa kecurigaannya yang mencurigai aku telah menyembunyikan sesuatu yang terkait dengan kondisi kesehatan ibu saat ini dan kini selepas dari pertanyaannya itu, bapak berjalan menghampiriku lalu memandangku yang saat ini tengah menengadahkan kepalaku untuk menatap langit.

“ sulit bagi apang untuk menceritakannya pak karena apang sudah berjanji — ”

“ pang, kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada ibumu dan kamu masih belum mau menceritakan apa yang kamu ketahui itu, percayalah pang... bapak enggak akan pernah melupakan masa masa ini ”

Keputusan bijakku kini diuji oleh perkataan bapak itu, kalimat yang sarat dengan ancaman itu kini telah membuatku mulai menimbang baik dan buruknya dampak yang akan aku dapatkan apabila aku masih menjaga kerahasiaan dari informasi yang terkait dengan kondisi kesehatan ibu di saat sesuatu yang buruk terjadi pada diri ibu, merujuk dari pertimbangan yang telah aku lakukan itu pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi menjaga kerahasiaan dari informasi yang terkait dengan kondisi kesehatan ibu saat ini.

“ baiklah pak, apang akan menceritakannya tapi tolong jangan menceritakan informasi ini kepada anti dan anto ” bapak menganggukan kepalanya, ekspresi wajahnya memperlihatkan ketegangannya di dalam menanti informasi yang akan terucap dari mulutku.

“ ibu menderita penyakit berat pak, penyakit yang sudah kronis, dokter yang memeriksa ibu bahkan sudah menyatakan— ”

“ ibumu menderita penyakit apa pang ? ” tanya bapak dengan suara yang bergetar, saat ini aku bisa merasakan aura kesedihan yang tengah bapak rasakan.

“ ibu menderita penyakit kanker hati pak dan penyakit itu sudah memasuki— ”

“ yaa tuhann... ”

Ingin rasanya saat ini aku menarik seluruh perkataanku agar aku tidak menyaksikan ekspresi kesedihan yang saat ini diperlihatkan oleh bapak, getaran halus yang terlihat di wajahnya menunjukan begitu berat usaha bapak untuk tidak mengeluarkan air matanya dihadapanku dan kini begitu aku mendapati situasi itu, aku kini memilih untuk terdiam dengan tatapan mata tidak lagi tertuju ke arah bapak.

“ bapak yakin kamu pasti sudah menyarankan ibumu itu untuk berobat ”

“ benar pak, apang sudah menyarankannya tapi ibu— ”

“ ibumu itu enggak mau menjadi beban bagi keluarganya, pasti di dalam pikiran ibumu itu tersimpan pemikiran lebih baik meninggal daripada harus menyusahkan keluarganya ”

“ astaga pak, pemikiran seperti itu enggak boleh kita biarkan, kita harus mengambil tindakan untuk mengobati penyakit ibu ” bapak menghela nafasnya, tatapan matanya yang terlihat kosong kini tertuju ke arah dedaunan yang tengah dipermainkan oleh angin.

“ kamu itu masih terlalu muda untuk bisa memahami jalan pikiran ibumu itu, sejujurnya bapak bisa memahaminya tapi itu bukan berarti bapak akan pasrah dengan keadaan ini, percayalah pang... tanpa merusak kehidupan keluarga kita ini, bapak akan mencari jalan keluar untuk mengobati penyakit ibumu itu ”

Satu hari sudah waktu berlalu dari hari dimana bapak mendapati rangkaian kejadian pahit yang akan menguji peran bapak sebagai kepala keluarga, sebuah keputusan strategis yang saat ini telah dibuat oleh bapak kini telah menempatkan anti dalam posisi yang sulit karena dirinya harus memilih satu diantara dua pilihan yang telah diajukan oleh bapak.

“ pak, apakah anti sudah menentukan pilihannya dari dua pilihan yang bapak ajukan itu ? ” tanyaku diantara hari yang saat ini mulai beranjak menuju petang, dalam posisi kami yang tengah berada di halaman rumah, bapak menyulutkan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam dalam.

“ belum pang, semoga saja anti bisa berpikir sehat di dalam mengambil keputusannya karena dengan begitu bapak akan terhindar dari pilihan menggugurkan kandungannya ”

“ astagfirullah... jangan sampai deh pak hal itu terjadi, kasihan anti ”

“ iya pang, bapak juga enggak menginginkan hal itu terjadi dan untuk menghindari hal itu terjadi, anti hanya perlu berkata jujur siapa lelaki yang telah menghamilinya agak bapak bisa memintanya untuk bertanggung jawab, apabila anti tetap enggak mau berkata jujur, anti wajib menikah dengan kawan bapak yang bapak yakini akan dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan berat yang saat ini tengah membelit keluarga kita ”

“ termasuk membiayai pengobatan ibu ? ”

“ iya pang, termasuk membiayai pengobatan ibu ”

Entah saat ini aku harus merasa bahagia ataukah aku harus merasa kecewa di dalam menanggapi informasi yang terucap dari mulut bapak, ketidakberdayaan bapak untuk mengatasi permasalahan yang timbul di keluarganya kini telah membuat bapak mengambil langkah apapun untuk mengatasi semua permasalahan itu, sepertinya saat ini bapak tengah mewujudkan perkataannya yang tidak ingin merusak kehidupan keluarganya di saat melakukan pengobatan untuk mengobati penyakit ibu.

“ kamu kenapa pang ? sepertinya kamu enggak setuju yaa adikmu itu menikah dengan kawan bapak ? ” tanya bapak karena mendapati ekspresi wajahku yang sama sekali tidak menunjukan rasa kebahagiaan di saat mendengar informasi yang seharusnya membuatku merasa lega karena bapak telah berhasil menemukan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan keluargaku dan kini begitu aku mendapati pertanyaannya itu, aku memberikan alasan bahwa saat ini aku tengah memikirkan tugas perkuliahanku yang sampai dengan saat ini belum aku selesaikan. 

“ jangan lalai pang, masa depanmu itu enggak boleh rusak hanya karena permasalahan yang membelit... ”

Seiring dengan terhentinya perkataan bapak, tatapan mata kami kini tertuju ke arah anto yang saat ini tengah berlari keluar dari dalam rumah dengan ekspresi wajah yang panik, dugaanku yang mengatakan adanya kejadian buruk yang menimpa ibu kini telah membuatku langsung memutuskan untuk berlari masuk ke dalam rumah, hingga akhirnya kini diantara posisiku yang telah berada di dalam kamar ibu, aku mendapati ibu dalam kondisi yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, warna kulitnya yang terlihat menguning mengindikasikan ibu tengah mangalami penurunan kesehatan yang mungkin akan mengancam keselamatan jiwanya.

“ cepat hidupkan motor kamu pang, kita harus segera membawa ibu ke rumah sakit ” pinta bapak begitu dirinya memasuki kamar dan mendapati kondisi ibu tengah mengalami penurunan kesehatan, mengiringi pergerakan bapak yang saat ini mulai mengangkat tubuh ibu dari tempat tidur, aku segera keluar dari dalam kamar untuk menghidupkan motor.

“ kalian tunggu saja di rumah, jangan melakukan yang aneh aneh... terutama kamu ti ”

Dalam posisi aku dan bapak yang saat ini telah menaiki sepeda motor, perkataan bapak itu kini hanya ditanggapi oleh anti dan anto dengan anggukan kepalanya dan kini selepas dari isyarat tangan bapak yang memintaku untuk menjalankan sepeda motor, aku langsung menjalankan sepeda motor dengan laju yang cepat dan apa yang aku lakukan itu kini telah berimbas dengan permintaan bapak agar agar aku memperlambat laju kecepatan dari sepeda motorku.

“ kita bawa ibu ke tempat praktek dokter katma dulu pang ”

“ loh... kenapa enggak langsung ke rumah sakit besar saja pak ? ”

“ resikonya itu terlalu besar pang, ibu harus sesegera mungkin mendapatkan penanganan ”

Mendapati jawaban bapak yang menurutku sangat masuk akal, aku segera mengarahkan sepeda motorku ke lokasi dimana dokter katma membuka prakteknya, hingga akhirnya kini sesampainya kami di tempat prakter dokter katma, dokter katma langsung meminta kami untuk membawa masuk ibu ke dalam ruangan prakteknya untuk dilakukan pemeriksaan dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya, kondisi kesehatan ibu telah memburuk dan harus secepatnya mendapatkan penanganan di rumah sakit besar.

“ pang, cepat cari angkutan umum karena kita enggak mungkin membawa ibu dengan menggunakan motor ”

“ enggak usah pak biar nanti supir saya yang mengantarkan bapak sekeluarga ke rumah sakit ”

Dengan mendapatkan bantuan sarana transportasi dari dokter katma, ibu dibawa ke rumah sakit besar yang lokasinya itu berada cukup jauh dari tempat praktek dokter katma, kebimbanganku akan biaya yang harus kami keluarkan di dalam proses pengobatan ibu kini telah membuatku hanya bisa terdiam di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya kini sesampainya kami di rumah sakit besar, ibu langsung mendapatkan penanganan medis di ruangan yang dikhususkan untuk pasien pasien darurat.

“ sepertinya kita harus bermalam di rumah sakit ini pang karena hasil pemeriksaan ibu baru bisa kita dapatkan nanti malam atau mungkin besok pagi ” ujar bapak begitu dirinya baru saja keluar dari ruangan dimana ibu diperiksa dan kini begitu aku mendapati perkataan bapak itu, aku langsung menyakan kepada bapak tentang kondisi ibu saat ini dan bapak memberikan jawaban bahwa kondisi ibu saat ini masih dalam keadaan yang belum membaik dan besar kemungkinannya ibu akan bermalam di dalam ruangan pemeriksaan.

“ kalau memang seperti itu pak, apa enggak sebaiknya bapak pulang saja biar apang yang menemani ibu malam ini ”

“ kamu yakin pang ? ”

“ yakin pak ” terlihat ekspresi rasa lega di wajah bapak.

“ jujur saja pang... bapak agak khawatir meninggalkan anti hanya bersama dengan anto karena besar kemungkinannya anti akan kembali menemui lelaki yang telah menghamilinya itu ” aku menganggukan kepala seraya menyerahkan kunci motor kepada bapak, hingga akhirnya kini selepas dari bapak yang telah meninggalkan rumah sakit, aku langsung menemani ibu di dalam ruangan pemeriksaan.

Melintasi waktu yang terus berjalan, kesetianku di dalam menemani ibu yang dalam seharian ini  terjebak di dalam dunia halusinasinya kini mulai terusik oleh rasa lapar dan juga rasa mengantuk yang aku rasakan, dikarenakan aku tidak terbiasa tertidur dalam keadaan perutku yang kosong, aku memutuskan keluar dari ruangan pemeriksaan untuk mencari makanan yang diperjualbelikan oleh para pedagang yang biasa menjajakan dagangannya di sekitar rumah sakit dan pada akhirnya kini dikarenakan rasa lapar yang aku rasakan ini tidak mungkin bisa aku atasi hanya dengan memakan makanan ringan, aku kini menjatuhkan pilihan makan malamku ke sebuah warung nasi goreng yang berada tidak jauh dari gerbang rumah sakit, beberapa pengunjung rumah sakit yang saat ini dalam keadaan lapar, terlihat tengah menikmati sajian nasi goreng di bawah naungan terpal berwarna biru. 

“ sendirian saja kang menjaga pasiennya ? ” tanya bapak penjaja nasi goreng sambil meletakan sepiring nasi goreng yang telah dibuatnya dihadapanku, di saat yang bersamaan dengan tersajinya nasi goreng pesananku itu, beberapa pembeli yang saat ini telah menghabiskan nasi gorengnya kini mulai beranjak pergi meninggalkan warung.

“ iya pak, baru besok pagi rencananya bapak saya akan datang ”

“ ohh begitu ” ujar bapak penjaja nasi goreng sambil menyulutkan sebatang rokok kreteknya, aroma khas dari rokok kretek yang biasa dipergunakan dalam ritual tertentu kini tercium di udara.

“ sudah lama pak menikmati rokok kretek seperti itu ?, rasanya itu seperti apa sih ? ”

“ sudah hampir sepuluh tahun saya menikmati rokok kretek ini, rasanya itu... ”
Diantara perkataannya yang saat ini terhenti, bapak penjaja nasi goreng memejamkan matanya, hisapannya yang begitu dalam pada batangan rokoknya kini menciptakan kepulan asap tebal yang terhembus melalui mulutnya.

“ terasa sangat menenangkan kang, jangan disamakan dengan apa yang kita rasakan ketika kematian datang menghampiri kita tanpa kita inginkan ”

Entah dengan maksud apa bapak penjaja nasi goreng mengucapkan perkataan seperti itu, hanya saja kini begitu aku mendapati perkataannya itu, aku segera mempercepat makanku untuk menghindari sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi, hingga akhirnya kini selepas dari nasi goreng yang telah berhasil aku habiskan, aku langsung menyelesaikan pembayaan dan di saat itulah dalam ekspresi wajahnya yang terlihat penuh penyesalan, bapak penjaja nasi goreng meminta maaf karena perkataannya itu telah terucap begitu saja tanpa bisa dikendalikannya.

“ enggak usah meminta maaf pak, saya terburu buru makannya itu karena saya merasa khawatir meninggalkan ibu terlalu lama jadi enggak ada hubungannya dengan perkataan bapak tadi itu ” ujarku sambil mengembangkan senyum dan kini selepas dari penjelasanku itu, aku bergegas pergi meninggalkan bapak penjaja nasi goreng.

“ benar benar aneh orang itu, kok bisa bisanya dia mengucapkan perkataan seperti itu ”

Hampir sepuluh menit lamanya aku nikmati kesendirianku ini dengan bertemankan sebatang rokok, menyadari saat ini aku sudah terlalu lama meninggalkan ibu, aku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam lingkungan rumah sakit, beberapa pedagang yang saat ini telah menghabiskan barang dagangannya terlihat tengah bersiap siap untuk menutup tempat berdagangnya.

“ enak juga para yaa pedagang itu, jangan jangan pendapatan mereka itu lebih besar dari pendapatanku ” gumamku sambil tertawa kecil, mengiringi langkah kakiku yang saat ini telah semakin jauh memasuki lingkungan rumah sakit, untuk sesekali aku layangkan tatapan mataku ke arah beberapa sudut rumah sakit yang tidak terjamah oleh penerangan, keheningan yang menyelimuti sudut sudut gelap itu kini telah menghadirkan nuansa tersendiri yang tidak aku temukan di sudut sudut rumah sakit yang terjamah oleh penerangan dan kini diantara keberadaanku yang tinggal menyisakan beberapa langkah lagi dari koridor  rumah sakit yang harus aku lalui, aku terpaksa menghentikan langkah kakiku ini akibat dari aku yang mendapati adanya suasana berbeda dari koridor rumah sakit yang akan aku lalui ini, saat ini aku merasakan koridor rumah sakit ini terasa begitu hening, penerangan yang menerangi koridor rumah sakit seakan tidak mampu untuk menghilangkan keheningan yang saat ini menyelimuti beberapa penunggu pasien yang tengah meredakan rasa lelahnya di kursi kursi santai yang disediakan dibeberapa titik pada koridor rumah sakit yang akan aku lalui ini.

“ ahh... ini pasti gara gara pengaruh dari tempat tempat gelap yang telah aku lihat tadi itu ” gumamku menepis imajinasi liar yang mencoba masuk ke dalam pikiranku dan kini seiring dengan siulan yang aku lakukan untuk mentralisir suasana hening yang aku rasakan ini, aku mulai berjalan menapaki koridor rumah sakit dengan langkah yang cepat dan pada akhirnya kini setibanya aku di depan pintu ruangan dari ruangan pemeriksaan, aku menghentikan langkah kakiku seraya melayangkan tatapan mataku ke arah koridor rumah sakit yang telah aku lalui.

“ ternyata memang benar perasaanku itu koridor rumah sakit ini memang terasa hening ”

Mengakhiri perkataanku itu aku segera masuk ke dalam ruangan pemeriksaan, dalam posisiku yang saat ini baru saja menutup pintu ruangan, rasa hening yang belum beranjak pergi dari diriku ini kini telah membuatku melayangkan tatapan mata ke arah ruangan di mana ibuku berada, dalam pengelihatanku ini aku melihat beberapa ranjang yang terdapat di dalam ruangan itu kini telah tertutupi oleh tirai putih yang memang difungsikan sebagai penyekat dari ranjang ranjang yang terdapat di ruangan itu. 

“ kok terlihat berbeda yaa, apa aku telah salah masuk ruangan ? ”

Untuk sejenak aku terpaku dengan tatapan mata mengamati keadaan sekitar, beberapa meja kerja yang dipergunakan oleh perawat dan juga dokter jaga yang bertugas di ruangan pemeriksaan ini kini tidak luput dari pengamatanku dan pada akhirnya kini aku meyakini ruangan yang aku masuki ini memanglah ruangan yang menjadi tempat ibuku bermalam, hal itu dapat dibuktikan dengan terlihatnya sebuah kalender kerja di meja kerja para perawat yang telah tercoret oleh spidol berwarna merah.

“ ini memang benar ruangannya tapi para perawat dan dokter jaga itu sekarang berada di— ”

Keheningan yang menyelimuti ruangan pemeriksaan kini telah membuatku bisa mendengar suara suara yang tidak mungkin bisa aku dengar di saat ruang pemeriksaan ini dalam keadaan ramai dan entah yang aku dengar saat ini adalah sesuatu yang nyata atau tidak, secara samar aku seperti mendengar suara ibu yang tengah berbincang bincang dengan seseorang dan suara itulah yang menjadi penyebab mengapa aku menghentikan pertanyaan di hatiku yang menanyakan tentang para perawat dan juga dokter jaga yang tidak terlihat keberadaanya di ruangan pemeriksaan ini dan kini dalam pikiranku yang masih mempertanyakan apakah suara yang telah aku dengar itu adalah sesuatu nyata atau tidak, dari tempatku berdiri saat ini aku bisa melihat adanya pergerakan di salah satu tirai putih yang menunjukan adanya aktifitas di dalamnya dan berdasarkan apa yang aku ingat, ranjang yang ditempati oleh ibuku berada di lokasi bergeraknya tirai putih itu, mendapati hal itu kini tanpa mempertimbangkan lagi apakah suara yang telah aku dengar itu adalah sesuatu yang nyata atau tidak, aku segera berjalan ke arah tirai putih, hanya saja kini diantara keberadaanku yang telah mendekati tirai putih, langkah kakiku ini terpaksa aku hentikan karena saat ini aku melihat tirai putih itu sudah tidak lagi bergoyang dan suara yang aku dengar itu kini sudah menyatu dalam keheningan.

“ bu... ibu... ” panggilku dengan nada suara yang pelan, tatapan mataku yang masih tertuju ke arah tirai putih kini berusaha mencari tanta tanda yang menunjukan keberadaan seseorang yang tengah menanggapi suara panggilanku itu, hanya saja kini belum sempat aku mendapati tanda tanda itu, sebuah kejadian aneh yang terjadi dihadapan mataku kini telah membuatku tidak lagi terfokus pada tirai putih, saat ini aku lebih terfokus pada sebuah benda kecil yang baru saja terjatuh dari arah tirai putih.

“ hahh... paku ?, bagaimana mungkin paku berkarat seperti itu bisa berada di dalam ruangan pemeriksaan ini ”

Adalah hal yang bodoh setelah aku mengalami beberapa kali kejadian menyeramkan, aku masih mengabaikan kata hatiku yang akan menghindarkanku dari kejadian menyeramkan yang tidak aku inginkan, kini bermodalkan beberapa kejadian menyeramkan yang telah aku alami, tanpa berpikir panjang lagi aku langsung mengikuti kata hatiku yang memintaku agar aku segera keluar dari ruangan pemeriksaan, hanya saja kini baru saja aku membalikan tubuhku dan hendak berlari ke arah pintu ruangan, pergerakanku ini kini tertahan oleh genggaman tangan seseorang yang memegangi pergelangan tanganku ini dari arah belakang, mendapati hal itu kini aku hanya bisa terdiam dalam doa, doa yang aku harapkan akan bisa mengeluarkanku dari kejadian menyeramkan yang tidak aku inginkan ini.

“ istigfar kang, istigfar ”

Entah yang terjadi saat ini apakah efek dari doa yang telah aku panjatkan ataukah aku tengah masuk semakin jauh ke dalam kejadian menyeramkan yang aku alami, mengiringi terdengarnya suara seseorang yang memintaku untuk beristigfar, secara perlahan apa yang tertangkap di dalam pengelihatanku ini kini mulai berubah, ruangan pemeriksaan yang sebelumnya terlihat bersih dan diterangi oleh lampu ruangan kini telah berubah menjadi sebuah ruangan besar yang kotor dengan penerangan yang hanya bersumber dari cahaya lampu yang masuk melalui jendela ruangan, keberadaan tirai putih yang menutupi ranjang ranjang yang berada di dalam ruangan di mana ibuku berada kini sudah tidak terlihat lagi, yang aku lihat saat ini hanyalah deretan ranjang tidak terawat yang berdiri diantara banyaknya potongan kayu yang menandakan ruangan ini tengah dalam perbaikan dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu, aku mencoba untuk menyikapi dengan tenang dan membiarkan seseorang yang memegang pergelangan tanganku ini menarikku ke arah yang dia kehendaki.

“ tetap beristigfar kang, kita akan keluar dari ruangan ini ”



Diubah oleh meta.morfosis 23-04-2025 15:40
riodgarp
nderek.langkung
nderek.langkung dan riodgarp memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.