- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#76
39
Quote:
Hari-hari penuh kekosongan tanpa pembuatan konten baru berakhir setelah sebuah pesan resmi masuk. Berbeda dengan ajakan kolaborasi sebelumnya yang selalu berkaitan dengan tempat-tempat angker penuh misteri. Kali ini sebuah ajakan santai untuk berbincang-bincang ringan tentang pengalaman misteri yang dialami oleh Pandu. Datang dari anggota Lima Elit lainnya, yaitu peringkat kedua Dissa Cantika. Setelah pesan diterima, Ardit langsung mendatangi kosan Pandu untuk membicarakannya.
“Hm, Podcast yah?” ucap Pandu sambil duduk bersila memegang dagunya. “gue sama sekali enggak pernah ada pengalaman mistis,” pikirannya penuh.
“Ngarang ajalah, lagian yang nonton mana tau sih kalau lo lagi bohong,” ucap Ardit memberikan saran kepada sahabatnya itu.
“Gue enggak jago ngarang, kalau jago gue udah jadi penulis,” sahut Pandu. “dikirain ajakan kolab penelusuran, taunya bincang-bincang begini gue enggak PD,” ungkapnya.
“Eh jangan ditolak dong!” Gasimah muncul dari layar televisi. “bukannya lebih santai dibanding penelusuran tengah malem.”
Ada yang berbeda dengan sikap Gasimah, entah mengapa Ardit menyadarinya kalau rekan tak kasat matanya itu seperti memaksa ajakan bincang-bincang ini terjadi. Biasanya Gasimah selalu mengiyakan pendapat Pandu, tidak pernah berlawanan.
“Kamu mau ketemu yah sama Norman?” tanya Ardit.
“Norman? Kata siapa?” gelagatnya menjadi sangat aneh, bahkan memainkan rambut panjangnya yang hitam berkilau itu. “aku cuman kasih saran aja biar kalian ada konten baru, kan udah berapa lama kalian berdua enggak penelusuran? Yang rumah bawang itu aja sampai sekarang belum di survey lagi,” terlalu banyak alasan malah semakin menguatkan pandangan Ardit bahwa memang Gasimah ingin bertemu dengan Norman.
“Ya kalau aku sih gimana Pandu, ambil enggak?” tatapannya diarahkan ke Pandu. Sahabatnya itu kemudian mengiyakan, senyum lebar Gasimah pun muncul dari wajah mungilnya itu. Sosoknya pun tiba-tiba menghilang. “tuh liat saking senengnya langsung ilang lagi,” Ardit menggelengkan kepalanya.
Gasimah meluncur mengikuti dua sosok yang tadi sempat menguping pembicaraannya dengan Pandu dan Ardit. Gerakan dua sosok ini begitu cepat, tetapi kekuatan Gasimah berada di level lain, sehingga keduanya pun berhasil ditangkap. Dua sosok hantu level bawah, memiliki tubuh pendek dan bentuk tidak karuan, seperti orang yang gagal melakukan operasi plastik dibagian wajah.
“Jadi kalian yang selama ini ikutin aku?!” tanya Gasimah dengan marah.
“Anu…,” ucap salah satu sosok, tidak berani untuk mengatakan lanjutannya.
“Kami berdua disuruh sama Mr. Blek,” kebenaran terungkap setelah sosok satunya mengatakan demikian. “beliau meminta kami buat selalu mantau dari kejauhan, takut-takut ada hantu lain mendekat,” ternyata alasannya karena Mr. Blek tidak mau ada sosok lain yang dekat dengan Gasimah selain dirinya seorang.
“Oh gitu, dikirain apa. Ya udah kalian pulang sana, kasih tau kalau enggak ada sosok lain yang lagi deketin aku,” pinta Gasimah dengan nada yang lebih santai dibanding sebelumnya. “enggak apa-apa kalau kalian ditugasin buat mantau, tapi aku pengennya dari jarak 1 kilo. Kalau enggak…,” wajahnya berubah menjadi seram, matanya menghitam semua dan mengeluarkan darah segar. Kedua sosok itu pun pergi setelah menyetujui persyaratan dari Gasimah. “ada-ada---,” pandangannya beralih cepat ke suatu sudut. Tetapi tidak ada siapa-siapa. “ada lagi gitu yang mantau-mantau kayak dua sosok jelek barusan?” tidak mau ambil pusing Gasimah kembali terbang menuju kosan Pandu.
Ajakan undangan dari Dissa Cantikan pun diambil oleh Pandu. Tempat dan waktunya diberitahu dalam pesan lanjutan yang diterima olehnya. Rencananya Dissa akan melakukan bincang-bincang itu di sebuah tempat terbuka seperti tempat kopi dengan suasana santai. Dirinya jenuh karena selama ini acaranya dilakukan di sebuah ruangan tertutup yang dingin, sesekali ingin merasakan hawa asli dari alam. Mereka hanya berbalas melalui pesan elektrik, tidak ada komunikasi lewat sambungan telepon analog maupun video.
Di kantor Dissa yang kecil dan hanya memiliki dua lantai itu, kehebohan terjadi setelah persetujuan terkunci dengan Pandu. Sosok Pandu yang begitu viral apalagi setelah adanya drama dengan Dheril akan memberikan keuntungan dari segi jumlah penonton. Yang lagi-lagi akan berpengaruh pada banyaknya pundi-pundi yang masuk dari iklan yang tersebar di video.
“Akhirnya ya Mba ada bintang tamu sesama pembuat konten horro,” ucap salah satu karyawan Dissa. “tapi kenapa enggak di sini aja sutingnya?” lanjutnya bertanya.
“Aku pengen nyoba konsep lain, biar keliatan beda aja gitu. Tapi tetep pengennya sih nyoba konsep ini pertama sama Rafadika, tapi dia orang aneh ngindar terus….,”raut wajahnya langsung berubah menjadi kecewa. “tapi enggak apa-apa sama Pandu juga, dramanya masih anget lah, nanti aku mau sindir-sindir sedikit biar seru,” ucap Dissa sambil ketawa.
Satu hari sebelum pemberangkatan, Dissa sibuk mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Satu koper hanya untuk pakaiannya, satu lagi untuk semua alat-alat yang akan dipakainya nanti. Sosok Norman cukup bingung melihat rekanan manusianya itu. Ia sudah pernah berkunjung ke kota Pandu saat mendatangi Gasimah, jaraknya tidak jauh, tetapi satu koper sudah dipenuhi oleh berbagai jenis pakaian. Apalagi beberapa setelan pakaian berserakan tidak karuan.
“Apa perlu bawa baju sebanyak itu?” tanya Norman.
Dissa berhenti sesaat dari kegiatannya, “Perlu dong, masa aku cuman bawa dua setel aja. Aku ada rahasia yang enggak aku kasih tau ke karyawan,” ucap Dissa sambil tertawa kecil. “tolong jangan ganggu, sebentar lagi beres. Mendingan kamu keluar dulu liat langit malam sambil bayangin CEM-CEMAN KAMU ITU SI HANTU CANTIK.”
“Ngapain, besok juga ketemu kok,” Norman tertawa meledek Dissa kemudian menghilang.
“Hm, Podcast yah?” ucap Pandu sambil duduk bersila memegang dagunya. “gue sama sekali enggak pernah ada pengalaman mistis,” pikirannya penuh.
“Ngarang ajalah, lagian yang nonton mana tau sih kalau lo lagi bohong,” ucap Ardit memberikan saran kepada sahabatnya itu.
“Gue enggak jago ngarang, kalau jago gue udah jadi penulis,” sahut Pandu. “dikirain ajakan kolab penelusuran, taunya bincang-bincang begini gue enggak PD,” ungkapnya.
“Eh jangan ditolak dong!” Gasimah muncul dari layar televisi. “bukannya lebih santai dibanding penelusuran tengah malem.”
Ada yang berbeda dengan sikap Gasimah, entah mengapa Ardit menyadarinya kalau rekan tak kasat matanya itu seperti memaksa ajakan bincang-bincang ini terjadi. Biasanya Gasimah selalu mengiyakan pendapat Pandu, tidak pernah berlawanan.
“Kamu mau ketemu yah sama Norman?” tanya Ardit.
“Norman? Kata siapa?” gelagatnya menjadi sangat aneh, bahkan memainkan rambut panjangnya yang hitam berkilau itu. “aku cuman kasih saran aja biar kalian ada konten baru, kan udah berapa lama kalian berdua enggak penelusuran? Yang rumah bawang itu aja sampai sekarang belum di survey lagi,” terlalu banyak alasan malah semakin menguatkan pandangan Ardit bahwa memang Gasimah ingin bertemu dengan Norman.
“Ya kalau aku sih gimana Pandu, ambil enggak?” tatapannya diarahkan ke Pandu. Sahabatnya itu kemudian mengiyakan, senyum lebar Gasimah pun muncul dari wajah mungilnya itu. Sosoknya pun tiba-tiba menghilang. “tuh liat saking senengnya langsung ilang lagi,” Ardit menggelengkan kepalanya.
Gasimah meluncur mengikuti dua sosok yang tadi sempat menguping pembicaraannya dengan Pandu dan Ardit. Gerakan dua sosok ini begitu cepat, tetapi kekuatan Gasimah berada di level lain, sehingga keduanya pun berhasil ditangkap. Dua sosok hantu level bawah, memiliki tubuh pendek dan bentuk tidak karuan, seperti orang yang gagal melakukan operasi plastik dibagian wajah.
“Jadi kalian yang selama ini ikutin aku?!” tanya Gasimah dengan marah.
“Anu…,” ucap salah satu sosok, tidak berani untuk mengatakan lanjutannya.
“Kami berdua disuruh sama Mr. Blek,” kebenaran terungkap setelah sosok satunya mengatakan demikian. “beliau meminta kami buat selalu mantau dari kejauhan, takut-takut ada hantu lain mendekat,” ternyata alasannya karena Mr. Blek tidak mau ada sosok lain yang dekat dengan Gasimah selain dirinya seorang.
“Oh gitu, dikirain apa. Ya udah kalian pulang sana, kasih tau kalau enggak ada sosok lain yang lagi deketin aku,” pinta Gasimah dengan nada yang lebih santai dibanding sebelumnya. “enggak apa-apa kalau kalian ditugasin buat mantau, tapi aku pengennya dari jarak 1 kilo. Kalau enggak…,” wajahnya berubah menjadi seram, matanya menghitam semua dan mengeluarkan darah segar. Kedua sosok itu pun pergi setelah menyetujui persyaratan dari Gasimah. “ada-ada---,” pandangannya beralih cepat ke suatu sudut. Tetapi tidak ada siapa-siapa. “ada lagi gitu yang mantau-mantau kayak dua sosok jelek barusan?” tidak mau ambil pusing Gasimah kembali terbang menuju kosan Pandu.
Ajakan undangan dari Dissa Cantikan pun diambil oleh Pandu. Tempat dan waktunya diberitahu dalam pesan lanjutan yang diterima olehnya. Rencananya Dissa akan melakukan bincang-bincang itu di sebuah tempat terbuka seperti tempat kopi dengan suasana santai. Dirinya jenuh karena selama ini acaranya dilakukan di sebuah ruangan tertutup yang dingin, sesekali ingin merasakan hawa asli dari alam. Mereka hanya berbalas melalui pesan elektrik, tidak ada komunikasi lewat sambungan telepon analog maupun video.
Di kantor Dissa yang kecil dan hanya memiliki dua lantai itu, kehebohan terjadi setelah persetujuan terkunci dengan Pandu. Sosok Pandu yang begitu viral apalagi setelah adanya drama dengan Dheril akan memberikan keuntungan dari segi jumlah penonton. Yang lagi-lagi akan berpengaruh pada banyaknya pundi-pundi yang masuk dari iklan yang tersebar di video.
“Akhirnya ya Mba ada bintang tamu sesama pembuat konten horro,” ucap salah satu karyawan Dissa. “tapi kenapa enggak di sini aja sutingnya?” lanjutnya bertanya.
“Aku pengen nyoba konsep lain, biar keliatan beda aja gitu. Tapi tetep pengennya sih nyoba konsep ini pertama sama Rafadika, tapi dia orang aneh ngindar terus….,”raut wajahnya langsung berubah menjadi kecewa. “tapi enggak apa-apa sama Pandu juga, dramanya masih anget lah, nanti aku mau sindir-sindir sedikit biar seru,” ucap Dissa sambil ketawa.
Satu hari sebelum pemberangkatan, Dissa sibuk mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Satu koper hanya untuk pakaiannya, satu lagi untuk semua alat-alat yang akan dipakainya nanti. Sosok Norman cukup bingung melihat rekanan manusianya itu. Ia sudah pernah berkunjung ke kota Pandu saat mendatangi Gasimah, jaraknya tidak jauh, tetapi satu koper sudah dipenuhi oleh berbagai jenis pakaian. Apalagi beberapa setelan pakaian berserakan tidak karuan.
“Apa perlu bawa baju sebanyak itu?” tanya Norman.
Dissa berhenti sesaat dari kegiatannya, “Perlu dong, masa aku cuman bawa dua setel aja. Aku ada rahasia yang enggak aku kasih tau ke karyawan,” ucap Dissa sambil tertawa kecil. “tolong jangan ganggu, sebentar lagi beres. Mendingan kamu keluar dulu liat langit malam sambil bayangin CEM-CEMAN KAMU ITU SI HANTU CANTIK.”
“Ngapain, besok juga ketemu kok,” Norman tertawa meledek Dissa kemudian menghilang.
kulipriok dan namakuve memberi reputasi
2
Kutip
Balas