- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#75
38
Quote:
Seorang perempuan muda penuh energi sedang menatap layar komputernya, seorang diri sedang mengerjakan konten yang sudah dibuatnya dari hari lalu. Minuman kopi kekinian menemaninya, matanya bercahaya akibat sinar layar yang begitu terang di kala keadaan ruangan agak minim pencahayaan. Di saat pembuat konten misteri masih berjuang untuk melakukan penelusuran, perempuan muda ini sudah naik level dengan melakukan wawancara dengan narasumber terkait pengalaman misteri yang dialami. Tapi terkadang jiwa petualangnya suka muncul secara tiba-tiba hingga membuatnya harus keluar cangkang sekali lagi.
“Hm, beres!” badannya direbahkan di kursi empuknya, matanya melihat ke sebuah jam digital besar yang sengaja ditempel di dinding ruangan ini. “gila, hampir 3 jam bikin beginian aja?” waktu menunjukan sedikit lagi mencapai tengah malam. “coba cek ombak dulu ah, drama tempo hari masih ada yang bahas engga yah?” jemarinya kembali sibuk mengetikan kotak pencarian. Drama Dheril dan Pandu sebenarnya sudah resmi berakhir beberapa hari yang lalu.
Bahkan mayoritas pecinta konten misteri sudah memaafkan Dheril setelah video minta maafnya tersebar, lalu melabeni pembuat konten itu sebagai saluran yang murni tentang hiburan semata. “beres gitu aja, di komunitas juga sama. Tapi aku penasaran sih sama Pandu itu, apa aku ajak kolab aja? Gimana menurut kamu Norman?” kepalanya bergerak ke samping, tidak ada orang lain di dalam ruangan selain dirinya, jika dilihat melalui mata manusia normal kebanyakan.
“Apa? Kamu manggil?” sosok Norman muncul menembus dari pintu depan. Lalu perempuan muda ini kembali menanyakan hal yang sama padanya. “boleh menurut aku, penasaran juga sama sosok hantu wanita yang ikut sama mereka,” menjawab seperti ini malah membuat perempuan didepannya mengecilkan matanya. “eh kamu jangan cemburu dong, aku sama hantu wanita itu kan satu golongan,” ucap Norman sambil tertawa kecil.
“Iya, terserah kamu aja, aku mau tidur!” wajahnya mengkerut, lalu meminta Norman untuk tidak membahasnya lagi.
Sejak drama itu muncul, Pandu mulai risih dengan orang-orang yang berpapasan di area kampusnya, namanya menjadi dikenal khalayak luas. Padahal menurutnya dirinya bukanlah seorang selebriti, harusnya orang-orang tidak usah terlalu memperdulikan kehadirannya. Berbeda dengan Ardit, karena ia juga ikut muncul dalam video permintaan maaf Dheril. Namanya ikut naik juga, bahkan tidak segan-segan untuk menepi sejenak dari kegiatannya hanya untuk meladeni orang-orang yang sekedar ingin mengobrol atau berfoto.
Karena hal itu jugalah yang membuat Pandu semakin malas untuk pergi ke kampus. Jika ada kelas, sudah ditentukan jika jamnya sudah mepet, baru Pandu berangkat. Untuk menghindari tatapan-tatapan dari orang-orang di area kampus. Selain itu, Pandu dan Ardit memutuskan untuk istirahat sebentar dari kegiatan mereka membuat konten misteri. Alasan utamanya adalah menunggu orang-orang lupa dengan drama yang terjadi, walaupun hal tersebut sangat sulit. Tapi setidaknya fokus mereka yang menonton sudah berubah nantinya, tidak selalu mengaitkan konten Pandu dengan drama.
Di area sepi tepat di komplek pertokoan, Gasimah sedang menikmati siangnya dengan berjalan-jalan saja tanpa tujuan. Tiba-tiba ada hawa dingin mendekat, sosok Norman datang menyapanya.
“Hai,” sapa Norman. “kamu hantu wanita yang ikut sama Pandu itu kan?” tanyanya sopan.
“Huh? Kamu siapa? Kok bisa tahu soal Pandu?” Gasimah menjaga jaraknya, takut-takut sosok didepannya ini mengancam jiwanya.
“Aku Norman, mungkin beberapa hari ke depan kita bakal ketemu lagi. Itu aja buat sekarang, sampai jumpa,” sosok Norman menghilang dengan angin yang bertiup, senyumnya begitu tulus.
“Norman? Kayaknya bukan dari sini deh, setau aku nama mereka jelek-jelek apalagi bentukannya, Bogel contohnya,” ucap Gasimah bertanya-tanya dengan sosok hantu laki-laki yang tiba-tiba muncul itu. “hm?” Gasimah menoleh ke arah belakang, pikirnya ada yang mengintip barusan.
Pintu kosan Pandu berbunyi, ada seseorang yang mengetuk dari luar. Dengan langkah beratnya Pandu membukakan pintu. Ternyata orang yang mengetuk adalah Ardit, lalu dipersilahkan masuk. Terjadi obrolan ringan tentang kelanjutan pembuatan konten, meskipun sedang rehat sebentar tetapi Ardit bersikukuh untuk tetap merencanakan tempat penelusuran selanjutnya. Ada beberapa pilihan yang sudah dikumpulkan olehnya, termasuk sebuah rumah unik yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu yang berada di puncak pegunungan, dan juga sebuah rumah kecil yang selalu mengeluarkan bau aneh yang membuat mata terasa perih.
“Ini rumah bawang itu?” tanya Pandu.
“Iya, rumah bawang. Anehnya itu tempat dulunya memang dipakai buat ngumpulin hasil panen bawang petani dari desa. Tiap malam suka ada bau aneh, kata warga sekitar bukan bau bawang tapi bikin mata perih,” jelas Ardit.
“Gimana kalau tungguin Norman aja?” Gasimah tiba-tiba datang, seperti biasa menembus dari atap. “dia itu hantu juga, katanya beberapa hari nanti bakal nemuin aku lagi,” Pandu dan Ardit tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Gasimah. “kalian kok cuman diem aja sih?”
“Kalau datang itu kasih aba-aba, salam kek minimal,” ucap Ardit. “lagian coba pelan-pelan jelasinnya. Norman itu siapa, ada apa dengan kalian berdua, kok bisa bilang bakal ketemu lagi, begitu.”
“Jadi aku lagi di suatu tempat barusan, lagi jalan-jalan tau-tau ada sosok hantu cowok cakep datang, bilangnya nanti beberapa hari kita ketemu. Feeling aku sih Norman punya partner manusia juga, ya sama kayak kalian lah. Soalnya kalau hantu lokal engga akan berani sih tiba-tiba muncul gitu di depan aku,” ucap Gasimah.
“Maksud kamu, bukan cuman kita yang begini?” tanya Ardit. “bener juga sih kalau dipikir-pikir, pasti ada juga diluaran sana yang pakai metode sama, gimana menurut lo Panwir?” matanya melirik ke arah Pandu.
“Ya kita tunggu aja, kalau beneran engga akan lama orang itu akan hubungin kita,” jawab Pandu.
“Hm, beres!” badannya direbahkan di kursi empuknya, matanya melihat ke sebuah jam digital besar yang sengaja ditempel di dinding ruangan ini. “gila, hampir 3 jam bikin beginian aja?” waktu menunjukan sedikit lagi mencapai tengah malam. “coba cek ombak dulu ah, drama tempo hari masih ada yang bahas engga yah?” jemarinya kembali sibuk mengetikan kotak pencarian. Drama Dheril dan Pandu sebenarnya sudah resmi berakhir beberapa hari yang lalu.
Bahkan mayoritas pecinta konten misteri sudah memaafkan Dheril setelah video minta maafnya tersebar, lalu melabeni pembuat konten itu sebagai saluran yang murni tentang hiburan semata. “beres gitu aja, di komunitas juga sama. Tapi aku penasaran sih sama Pandu itu, apa aku ajak kolab aja? Gimana menurut kamu Norman?” kepalanya bergerak ke samping, tidak ada orang lain di dalam ruangan selain dirinya, jika dilihat melalui mata manusia normal kebanyakan.
“Apa? Kamu manggil?” sosok Norman muncul menembus dari pintu depan. Lalu perempuan muda ini kembali menanyakan hal yang sama padanya. “boleh menurut aku, penasaran juga sama sosok hantu wanita yang ikut sama mereka,” menjawab seperti ini malah membuat perempuan didepannya mengecilkan matanya. “eh kamu jangan cemburu dong, aku sama hantu wanita itu kan satu golongan,” ucap Norman sambil tertawa kecil.
“Iya, terserah kamu aja, aku mau tidur!” wajahnya mengkerut, lalu meminta Norman untuk tidak membahasnya lagi.
Sejak drama itu muncul, Pandu mulai risih dengan orang-orang yang berpapasan di area kampusnya, namanya menjadi dikenal khalayak luas. Padahal menurutnya dirinya bukanlah seorang selebriti, harusnya orang-orang tidak usah terlalu memperdulikan kehadirannya. Berbeda dengan Ardit, karena ia juga ikut muncul dalam video permintaan maaf Dheril. Namanya ikut naik juga, bahkan tidak segan-segan untuk menepi sejenak dari kegiatannya hanya untuk meladeni orang-orang yang sekedar ingin mengobrol atau berfoto.
Karena hal itu jugalah yang membuat Pandu semakin malas untuk pergi ke kampus. Jika ada kelas, sudah ditentukan jika jamnya sudah mepet, baru Pandu berangkat. Untuk menghindari tatapan-tatapan dari orang-orang di area kampus. Selain itu, Pandu dan Ardit memutuskan untuk istirahat sebentar dari kegiatan mereka membuat konten misteri. Alasan utamanya adalah menunggu orang-orang lupa dengan drama yang terjadi, walaupun hal tersebut sangat sulit. Tapi setidaknya fokus mereka yang menonton sudah berubah nantinya, tidak selalu mengaitkan konten Pandu dengan drama.
Di area sepi tepat di komplek pertokoan, Gasimah sedang menikmati siangnya dengan berjalan-jalan saja tanpa tujuan. Tiba-tiba ada hawa dingin mendekat, sosok Norman datang menyapanya.
“Hai,” sapa Norman. “kamu hantu wanita yang ikut sama Pandu itu kan?” tanyanya sopan.
“Huh? Kamu siapa? Kok bisa tahu soal Pandu?” Gasimah menjaga jaraknya, takut-takut sosok didepannya ini mengancam jiwanya.
“Aku Norman, mungkin beberapa hari ke depan kita bakal ketemu lagi. Itu aja buat sekarang, sampai jumpa,” sosok Norman menghilang dengan angin yang bertiup, senyumnya begitu tulus.
“Norman? Kayaknya bukan dari sini deh, setau aku nama mereka jelek-jelek apalagi bentukannya, Bogel contohnya,” ucap Gasimah bertanya-tanya dengan sosok hantu laki-laki yang tiba-tiba muncul itu. “hm?” Gasimah menoleh ke arah belakang, pikirnya ada yang mengintip barusan.
Pintu kosan Pandu berbunyi, ada seseorang yang mengetuk dari luar. Dengan langkah beratnya Pandu membukakan pintu. Ternyata orang yang mengetuk adalah Ardit, lalu dipersilahkan masuk. Terjadi obrolan ringan tentang kelanjutan pembuatan konten, meskipun sedang rehat sebentar tetapi Ardit bersikukuh untuk tetap merencanakan tempat penelusuran selanjutnya. Ada beberapa pilihan yang sudah dikumpulkan olehnya, termasuk sebuah rumah unik yang seluruh bangunannya terbuat dari kayu yang berada di puncak pegunungan, dan juga sebuah rumah kecil yang selalu mengeluarkan bau aneh yang membuat mata terasa perih.
“Ini rumah bawang itu?” tanya Pandu.
“Iya, rumah bawang. Anehnya itu tempat dulunya memang dipakai buat ngumpulin hasil panen bawang petani dari desa. Tiap malam suka ada bau aneh, kata warga sekitar bukan bau bawang tapi bikin mata perih,” jelas Ardit.
“Gimana kalau tungguin Norman aja?” Gasimah tiba-tiba datang, seperti biasa menembus dari atap. “dia itu hantu juga, katanya beberapa hari nanti bakal nemuin aku lagi,” Pandu dan Ardit tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Gasimah. “kalian kok cuman diem aja sih?”
“Kalau datang itu kasih aba-aba, salam kek minimal,” ucap Ardit. “lagian coba pelan-pelan jelasinnya. Norman itu siapa, ada apa dengan kalian berdua, kok bisa bilang bakal ketemu lagi, begitu.”
“Jadi aku lagi di suatu tempat barusan, lagi jalan-jalan tau-tau ada sosok hantu cowok cakep datang, bilangnya nanti beberapa hari kita ketemu. Feeling aku sih Norman punya partner manusia juga, ya sama kayak kalian lah. Soalnya kalau hantu lokal engga akan berani sih tiba-tiba muncul gitu di depan aku,” ucap Gasimah.
“Maksud kamu, bukan cuman kita yang begini?” tanya Ardit. “bener juga sih kalau dipikir-pikir, pasti ada juga diluaran sana yang pakai metode sama, gimana menurut lo Panwir?” matanya melirik ke arah Pandu.
“Ya kita tunggu aja, kalau beneran engga akan lama orang itu akan hubungin kita,” jawab Pandu.
kulipriok dan namakuve memberi reputasi
2
Kutip
Balas
Tutup