- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#51
25
Quote:
Sikap Pandu begitu canggung dan kikuk, kehadiran seseorang yang dulu pernah menghiasi hatinya itu membuat perasaannya tidak karuan. Pandu sempat mempelototi Ardit, namun sahabatnya itu hanya bisa menghela nafas sebagai pertanda bahwa semua ini bukanlah kemauannya. Dilihatnya lagi ternyata ada sosok Lulu yang juga ikut, tubuhnya yang mungil sempat hilang dipandangan. Keadaan kamarnya sungguh berantakan, banyak bungkus cemilan berserakan tidak beraturan. Maka dimintanya beberapa menit agar tamu yang datang lebih nyaman.
“Silahkan,” matanya tidak sanggup menatap lama-lama Kanindini, rasa itu belumlah hilang.
“Hm,” Kanindini melihat sekelilingnya, meskipun sudah dibereskan tetap saja terasa berantakan.
“Permisi,” Lulu menyusul.
“Gue sama sekali enggak ngajak mereka ke sini, ini semua ide Kanindini,” ucap Ardit, lalu ikut masuk ke dalam kosan Pandu.
Mereka berempat duduk di atas alas karpet yang sedikit berdebu, membuat lingkaran. Tidak ada yang memulai pembicaraan karena serba mendadak, sementara itu Pandu masih memalingkan pandangannya. Ketika Lulu ingin memecah keheningan, Kanindini memotongnya. Bertanya langsung kepada Pandu apa yang menyebabkan dirinya menjadi murung. Tentu saja Pandu tidak bisa menjawabnya dengan lancar, ia bahkan menanyakan balik kepada Kanindini.
“Aku murung? Kata siapa?” tanya Pandu.
“Nih,” Kanindini dengan santainya menunjuk ke arah Ardit. Suasana menjadi lebih canggung, “aku baru tahu loh kalau kamu bisa ketakutan liat makhluk halus. Emang makhluk ini paling menyeramkan se muka bumi?”
Ardit hanya bisa memendam kepalanya, dengan Kanindini berkata seperti itu, sudah pasti Pandu akan semakin malu. Sementara Lulu pun belum mengetahui apa pun, ia lebih banyak diam memperhatikan saja.
“Itu,” Pandu menundukan kepalanya, memori di kamar jenazah itu terlintas kembali dipikirannya. “sosok bertanduk dan bermata merah itu, yang ngebuat aku jadi trauma gini. Tiap keinget sosoknya, entah kenapa perasaan takut itu tiba-tiba muncul. Niat mau keren malah akunya yang malu, pasti Bosman bersaudara juga pada ketawa dibelakang,” cerita Pandu merendahkan dirinya.
“Bosman yang itu? Kok kamu enggak cerita sih?!” ucap Lulu bernada tinggi pada Ardit.
“Ya kenapa aku harus cerita?” Kanindini tertawa melihat interaksi antara Ardit dan Lulu. “skip dulu, gini Panwir. Bosman bersaudara malah khawatir, mereka juga bilang jangan dulu disebar rekaman uji nyalinya, nunggu keadaan lo membaik. Karena mereka juga paham, tekanan energi negatif di ruangan itu gede banget,” Ardit mencoba menenangkan.
“Oh, jadi cuman soal itu?” ucap Kanindini. “gini aja solusinya,” semua memperhatikan. “gimana kalau sosok bertanduk dan bermata merah itu muncul, kamu bayangin muka aku aja. Pasti enggak akan takut lagi deh,” Ardit dan Lulu saling bertatapan, ekspresi keduanya sungguh aneh tidak menyangka apa yang didengarnya tersebut benar-benar disampaikan oleh Kanindini.
“Hahaha!” Pandu malah tertawa, “nanti aku coba, makasih yah!”
Melihat kedekatan keduanya yang masih hangat, membuat Ardit bertanya-tanya. Bagaimana bisa mereka harus mengakhiri hubungan jika hubungannya terasa seperti tidak ada masalah seperti ini. Bahkan Pandu merasa nyaman menceritakan kelemahannya itu dihadapan Kanindini. Bayangkan jika sosok itu adalah Lulu, mungkin Pandu tidak akan banyak bercerita. Ketika suasana mencair, dan hawa kegalauan sudah menghilang. Kanindini tiba-tiba beranjak dari tempatnya, menarik tangan Lulu untuk mengikutinya keluar.
“Udah dulu yah, aku ada jadwal lagi. Ya kan Lu?” Lulu tidak merespon dengan benar. “ih jangan pura-pura deh, ayo pulang!” akhirnya Kanindini menarik tangan Lulu dengan paksa.
“Eh nanti ceritai---,” pintu kosan Pandu tertutup, kedua perempuan itu telah pergi.
Kini tersisa Ardit dan Pandu saja, meskipun perasaan Pandu sudah jauh lebih tenang, tetapi tidak ada jaminan bahwa ia siap untuk memulai kembali membuat konten. Sudah beberapa hari berlalu, konten Bosman sudah mengudara, sebelum waktunya makin jauh dan tidak relevan lagi, konten mereka pun harus segera terbit. Namun Ardit tidak bisa memaksakan Pandu, ia harus mendengar sendiri bahwa sahabatnya itu setuju untuk ditayangkan.
“Udah makan belum?” tanya Pandu.
“Udah, eh soal---,” baru sepatah kata diucapkan, ada suara ketukan dari pintu Pandu. “iya sebentar,” Ardit bangun dari tempatnya untuk membuka pintu. “iya---,” ia tak mampu bersuara ketika melihat sosok yang mengetuk pintu.
“Siapa?” Pandu berjalan menuju pintu, ternyata itu adalah sosok Gasimah yang baru muncul. “Gasimah?”
“Aku boleh masuk?” tanya Gasimah.
“Iya, lagian siapa yang bisa lihat kamu. Ayo masuk,” Ardit sudah bisa menerima sosok Gasimah, asalkan tidak muncul secara tiba-tiba.
Belum apa-apa, Gasimah sudah menundukan kepalanya. Lalu mengucapkan permintaan maaf yang diulang-ulang, jika manusia lain bisa mendengar maka mereka pun akan keheranan tentang apa yang terjadi. Karena suara Gasimah begitu keras, bahkan bisa terdengar suara isak tangis darinya. Gasimah menceritakan secara detil isi perjanjiannya dengan Mr. Blek. Pada awal perjanjian, Gasimah meminta untuk tidak menakuti-nakuti Bosman bersaudara lalu menimpahkan semua kengerian pada giliran Pandu. Saat itu dirinya muncul sebagai bayangan putih sehingga Mr. Blek tidak terlalu memperhatikan, tetapi perjanjian mampu diikat karena Gasimah membawakan sebuah hadiah.
Lalu saat detik-detik uji nyali dimulai, Gasimah datang kembali dengan sosok dirinya sekarang. Meminta agar isi perjanjiannya diganti, yaitu Mr. Blek diperbolehkan menakuti Bosman dengan intensitas ringan dan pada saat sesi uji nyali Pandu, hantu kelas atas diminta untuk berpenampilan seram. Gasimah menyarankan bentuknya yang paling seram, tetapi akhirnya malah menjadi seperti itu. Hantu wanita ini pun merasa bersalah, dan baru berani muncul sekarang di saat kondisi hati Pandu sudah lebih baik. Mendengar semua itu perasaan Pandu jauh lebih lega, menurutnya Gasimah tidaklah salah, hanya dirinya saja yang terlalu lemah.
“Oh iya, tadi kan pas perjanjian awal dikasih hadiah tuh siapa, Mr. Blek. Nah yang kedua ini kamu kasih apa?” tanya Ardit penasaran.
“…………..,” jawab Gasimah sambil tersenyum.
“EH?!” Ardit dan Pandu saling melirik tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Gasimah.
“Oke,” Pandu menyeka keringatnya. “karena semuanya ada di sini, gue pengen kita bertiga mulai lagi dari awal sebagai tim.”
“Iya…,” Ardit menyadari ada yang salah dari perkataan Pandu. “hah? Maksud kita bertiga?” tanya Ardit memastikan.
“Gue, lo, sama Gasimah,” Pandu tersenyum pada Gasimah. “selamat bergabung!” ucapnya.
Ardit tidak menyangka bahwa kehadiran Kanindini memberikan efek instan yang sehebat ini.
“Silahkan,” matanya tidak sanggup menatap lama-lama Kanindini, rasa itu belumlah hilang.
“Hm,” Kanindini melihat sekelilingnya, meskipun sudah dibereskan tetap saja terasa berantakan.
“Permisi,” Lulu menyusul.
“Gue sama sekali enggak ngajak mereka ke sini, ini semua ide Kanindini,” ucap Ardit, lalu ikut masuk ke dalam kosan Pandu.
Mereka berempat duduk di atas alas karpet yang sedikit berdebu, membuat lingkaran. Tidak ada yang memulai pembicaraan karena serba mendadak, sementara itu Pandu masih memalingkan pandangannya. Ketika Lulu ingin memecah keheningan, Kanindini memotongnya. Bertanya langsung kepada Pandu apa yang menyebabkan dirinya menjadi murung. Tentu saja Pandu tidak bisa menjawabnya dengan lancar, ia bahkan menanyakan balik kepada Kanindini.
“Aku murung? Kata siapa?” tanya Pandu.
“Nih,” Kanindini dengan santainya menunjuk ke arah Ardit. Suasana menjadi lebih canggung, “aku baru tahu loh kalau kamu bisa ketakutan liat makhluk halus. Emang makhluk ini paling menyeramkan se muka bumi?”
Ardit hanya bisa memendam kepalanya, dengan Kanindini berkata seperti itu, sudah pasti Pandu akan semakin malu. Sementara Lulu pun belum mengetahui apa pun, ia lebih banyak diam memperhatikan saja.
“Itu,” Pandu menundukan kepalanya, memori di kamar jenazah itu terlintas kembali dipikirannya. “sosok bertanduk dan bermata merah itu, yang ngebuat aku jadi trauma gini. Tiap keinget sosoknya, entah kenapa perasaan takut itu tiba-tiba muncul. Niat mau keren malah akunya yang malu, pasti Bosman bersaudara juga pada ketawa dibelakang,” cerita Pandu merendahkan dirinya.
“Bosman yang itu? Kok kamu enggak cerita sih?!” ucap Lulu bernada tinggi pada Ardit.
“Ya kenapa aku harus cerita?” Kanindini tertawa melihat interaksi antara Ardit dan Lulu. “skip dulu, gini Panwir. Bosman bersaudara malah khawatir, mereka juga bilang jangan dulu disebar rekaman uji nyalinya, nunggu keadaan lo membaik. Karena mereka juga paham, tekanan energi negatif di ruangan itu gede banget,” Ardit mencoba menenangkan.
“Oh, jadi cuman soal itu?” ucap Kanindini. “gini aja solusinya,” semua memperhatikan. “gimana kalau sosok bertanduk dan bermata merah itu muncul, kamu bayangin muka aku aja. Pasti enggak akan takut lagi deh,” Ardit dan Lulu saling bertatapan, ekspresi keduanya sungguh aneh tidak menyangka apa yang didengarnya tersebut benar-benar disampaikan oleh Kanindini.
“Hahaha!” Pandu malah tertawa, “nanti aku coba, makasih yah!”
Melihat kedekatan keduanya yang masih hangat, membuat Ardit bertanya-tanya. Bagaimana bisa mereka harus mengakhiri hubungan jika hubungannya terasa seperti tidak ada masalah seperti ini. Bahkan Pandu merasa nyaman menceritakan kelemahannya itu dihadapan Kanindini. Bayangkan jika sosok itu adalah Lulu, mungkin Pandu tidak akan banyak bercerita. Ketika suasana mencair, dan hawa kegalauan sudah menghilang. Kanindini tiba-tiba beranjak dari tempatnya, menarik tangan Lulu untuk mengikutinya keluar.
“Udah dulu yah, aku ada jadwal lagi. Ya kan Lu?” Lulu tidak merespon dengan benar. “ih jangan pura-pura deh, ayo pulang!” akhirnya Kanindini menarik tangan Lulu dengan paksa.
“Eh nanti ceritai---,” pintu kosan Pandu tertutup, kedua perempuan itu telah pergi.
Kini tersisa Ardit dan Pandu saja, meskipun perasaan Pandu sudah jauh lebih tenang, tetapi tidak ada jaminan bahwa ia siap untuk memulai kembali membuat konten. Sudah beberapa hari berlalu, konten Bosman sudah mengudara, sebelum waktunya makin jauh dan tidak relevan lagi, konten mereka pun harus segera terbit. Namun Ardit tidak bisa memaksakan Pandu, ia harus mendengar sendiri bahwa sahabatnya itu setuju untuk ditayangkan.
“Udah makan belum?” tanya Pandu.
“Udah, eh soal---,” baru sepatah kata diucapkan, ada suara ketukan dari pintu Pandu. “iya sebentar,” Ardit bangun dari tempatnya untuk membuka pintu. “iya---,” ia tak mampu bersuara ketika melihat sosok yang mengetuk pintu.
“Siapa?” Pandu berjalan menuju pintu, ternyata itu adalah sosok Gasimah yang baru muncul. “Gasimah?”
“Aku boleh masuk?” tanya Gasimah.
“Iya, lagian siapa yang bisa lihat kamu. Ayo masuk,” Ardit sudah bisa menerima sosok Gasimah, asalkan tidak muncul secara tiba-tiba.
Belum apa-apa, Gasimah sudah menundukan kepalanya. Lalu mengucapkan permintaan maaf yang diulang-ulang, jika manusia lain bisa mendengar maka mereka pun akan keheranan tentang apa yang terjadi. Karena suara Gasimah begitu keras, bahkan bisa terdengar suara isak tangis darinya. Gasimah menceritakan secara detil isi perjanjiannya dengan Mr. Blek. Pada awal perjanjian, Gasimah meminta untuk tidak menakuti-nakuti Bosman bersaudara lalu menimpahkan semua kengerian pada giliran Pandu. Saat itu dirinya muncul sebagai bayangan putih sehingga Mr. Blek tidak terlalu memperhatikan, tetapi perjanjian mampu diikat karena Gasimah membawakan sebuah hadiah.
Lalu saat detik-detik uji nyali dimulai, Gasimah datang kembali dengan sosok dirinya sekarang. Meminta agar isi perjanjiannya diganti, yaitu Mr. Blek diperbolehkan menakuti Bosman dengan intensitas ringan dan pada saat sesi uji nyali Pandu, hantu kelas atas diminta untuk berpenampilan seram. Gasimah menyarankan bentuknya yang paling seram, tetapi akhirnya malah menjadi seperti itu. Hantu wanita ini pun merasa bersalah, dan baru berani muncul sekarang di saat kondisi hati Pandu sudah lebih baik. Mendengar semua itu perasaan Pandu jauh lebih lega, menurutnya Gasimah tidaklah salah, hanya dirinya saja yang terlalu lemah.
“Oh iya, tadi kan pas perjanjian awal dikasih hadiah tuh siapa, Mr. Blek. Nah yang kedua ini kamu kasih apa?” tanya Ardit penasaran.
“…………..,” jawab Gasimah sambil tersenyum.
“EH?!” Ardit dan Pandu saling melirik tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Gasimah.
“Oke,” Pandu menyeka keringatnya. “karena semuanya ada di sini, gue pengen kita bertiga mulai lagi dari awal sebagai tim.”
“Iya…,” Ardit menyadari ada yang salah dari perkataan Pandu. “hah? Maksud kita bertiga?” tanya Ardit memastikan.
“Gue, lo, sama Gasimah,” Pandu tersenyum pada Gasimah. “selamat bergabung!” ucapnya.
Ardit tidak menyangka bahwa kehadiran Kanindini memberikan efek instan yang sehebat ini.
kulipriok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas