Kaskus

Story

tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka
Bersinggungan Dengan Mereka

Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 17-10-2024 01:06
sevenfive57Avatar border
srikanditresnaAvatar border
fadlost26Avatar border
fadlost26 dan 67 lainnya memberi reputasi
64
60.3K
2.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#248
Part 61


Setelah sekian lama hiatus karena rasa malas yang mendera, akhirnya ada keinginan lagi untuk kembali melanjutkan cerita yang telah terbengkalai.
Sekedar informasi buat agan agan sekalian, dari part ini kisah perjalanan Jinan kemungkinan akan selesai, singkat cerita setelah Jinan, Kentis dan Aku berkerja sama sama selama beberapa bulan. Kami akhirnya harus berpisah lantaran ada hal yang membuatku untuk memutuskan keluar dari pekerjaan tersebut. Selang beberapa minggu Kentis dan Jinan juga akhirnya ikut keluar dan memilih untuk membuka usaha kontruksi kecil kecilan di rumah Kentis.

Hari itu adalah awal bulan, aku yang sudah bekerja di sebuah pabrik mebel sedang asik berada di teras rumah emak. Duduk di sebuah lincak atau balai yang terbuat dari kayu mahoni sambil merokok, hingga tiba tiba ada tetangga ku yang lewat depan rumah, sosok laki laki yang usia nya beda 1 tahun dengan ku. Kami masih satu trah keluarga cuma beda mbah, dia adalah Ardo kawan sekaligus saudara ku sejak kecil yang tinggal nya masih satu RT.

Ardo ini wajah dan perawakan nya mirip dengan Ridho Rhoma,semenjak aku lulus STM dan bekerja di Bekasi, Ardo saat itu masih meneruskan pendidikan nya sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta yang berada di daerah kami sendiri.
Kisah masa lalu kami cukup banyak dulu, mulai dari menyukai sosok cewek yang sama (Kartika). Kalau agan agan sekalian baca thread ane yang "Ujung Tanggul Kali Gelis" (TEKAPE)pasti paham.
Kisah kisah konyol dari iseng iseng merokok di atas pohon kersen, mokah saat bulan ramadhan, mengintai rumah kartika setiap malam, sampai ane yang harus boker di selokan gara gara kebelet di waktu yang kurang tepat pun pernah ku alami dengan nya.

Setelah menyelesaikan study nya dan sukses meraih gelar sarjana psikologi, Ardo akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan perbankan plat merah. Jenjang karier Ardo di sana berkembang cukup pesat hingga akhir nya Dia menjabat sebagai Mantri di salah satu kantor cabang daerah ane.

"Win...."
"Erwin...."
"Tolong panggil in Kentis kesini dong."

Ucap Ardo saat sampai di teras rumah emak, dia terlihat kurang sehat.
Wajahnya pucat, bibir nya juga berwarna senada dengan tatapan sayu seperti orang yang sedang demam.

"Ada apa Mas, kok tumben nyari in Kentis?"
Tanya ku balik kepada nya.

"Sini lho duduk dulu, kok kelihatan nya sedang ndak sehat awak mu mas?"
Tanya ku lebih lanjut, aku memang terbiasa memanggil nya mas karena usia kita memang beda setahun dan mbah ku mbah di memang lebih muda dari mbah nya Ardo.

"Iyo e Win, awak ku emang lagi kurang fit semenjak kemaren. Kecapek an mungkin."

Sahut nya sambil duduk di samping ku.
Aku juga menduga hal yang sama, faktor kelelahan adalah hal yang wajar mengingat bahwa Ardo bekerja di bidang perbankan dimana setiap akhir dan awal bulan biasanya ada acara tutup buku dan lembut sampai larut malam.

"Lha emang Papi kemana mas?"
Tanya ku kepada nya lagi.
Ardo adalah anak tunggal, semenjak bulek Mi (ibu nya meninggal dunia) ardo tinggal berdua dengan Papi nya (Om Jono)

"Papi sejak kemaren pergi ikut rombongan ziarah walisongo win, jadi ya aq sendirian ini di rumah."
Jawab Ardo yang terdengar tak bertenanga.

"Terus rencana nya mau kemana ini sama kentis Mas?"
Tanyaku lagi

"Aku mau pijet dulu ke rumah nya Om hadi win, itu lho tetangga nya kentis."
Kata nya kepadaku.

Aku pun langsung menghubungi kentis untuk segera datang, sekitar seperjamuan teh lama nya kami menunggu akhir nya dia datang juga. Disambut dengan umpatan umpatan yang selalu keluar dari mulut lancip nya yang kesal lantaran panggilan telpon ku ternyata mengganggu acara renungan kloset nya (boker).

Setelah menjelaskan seperlu nya kepada Kentis, kami pun segera mengantarkan Ardo ke tepat Om Hadi.
Dengan cekatan Beliau menangani Ardo yang tampak pasrah hanya mengenakan celana kolor bertelanjang dada, Om hadi juga mengerok punggung dan kedua lengan Ardo dengan minyak kelapa.
Tampak garis garis merah di eprmukaan kulit nya.
Setelah selesai dan memberikan ala kadarnya lepada Om Hadi, kami pun berpamitan dan mengantar Ardo pulang.

Setelah dua hari berlalu, rupanya Ardo masih belum kunjung sembuh.
Menurut penuturan nya melalui pesan singkat, sakit yang ia alami ini cukup aneh.
Setiap habis subuh sampai sore, Ardo merasa sehat dan normal.
Namun ketika akan memasuki magrib sampai menjelang subuh, tubuh nya selalu menggigil laiknya orang demam.

Mendengar hal itu, aku dan kentis pun langsung bergegas ke rumah nya.
Kebetulan kedantangan kami berbarengan dengan pulang nya Om jono (papinya Ardo) dari ziarah walisongo.

Om Jono, Kentis dan Aku menunggu di depan pintu.
"Cklekkkk...."
Suara gagang pintu di buka dari dalam.

Begitu pintu terbuka......

"Hehhh, ngapain kamu di situ. Turun!!!"
Tiba tiba saja Om Jono berkata demikian dengan lantang sambil melotot dan menunjuk ke arah pundak Ardo yang sedang membukakan pintu.

Sontak saja kami semua terkejut mendapati hal tersebut, termasuk ardo.

"Pii, ada apa memang nya?"
Tanya ardi dengan wajah agak parno.

"Sebentar dek, papi tak masuk dulu menaruh bawaan."
Ucap beliau sambil berlalu masuk ke dalam.

"Win, Tis...."

"Sini masuk."

Ajak ardo kepada kami.

Semenjak aku dan kentis masuk dan duduk di ruang tamu rumah Ardo. Aku memang merasakan ada hawa yang cukup singup di dalam nya, ardo juga auranya tak seperti biasanya.

Tak berapa lama Om Joni pun ikut bergabung bersama kami di ruang tamu.

"Sudah berapa lama Dek merasa tsk enak badan?"
Tanya Om Jono kepada Ardo sambil menatap tajam ke arah pindak kirinya.

"Sudah tiga hari an ini, Pi...."

"Tapi aneh nya kok setiap habis subuh sampai sore badan ku sehat sehat aja."
Sahut ardo kepada papi nya.

"Hmmmmm...."
Om Jon terdiam sambil fokus menatap pundak Ardo.
"Sssfffffffftttttt ....."
Terdengar suara desingan nafas Om jon di iringi gerak tangan seolah menghempas sesuatu.

"Memangnya pas kemaren adek lembur di lantai dua sampai jam 9 malam ada kejadian apa?"

Tanya On jon kepada Ardo.
Sontak Ardo lantas menerawang jauh mengingat ingat kejadian apa saat sedang lembur di kantor nya.
Aki fan kentis hanya terdiam mengamati obrolan ayah dan anak ini.

"Ow......"

"Itu tah masalah e pi?"
Kata Ardo di tambah anggukan Papi nya.

"Jadi gini pi, pas Adek lembur di kantor tuh kan tempat nya di lantai dua. Lha pas sekitar ba'da isya tiba tiba ada telpon kantor masuk."

"Halo selamat malam, dengan ardo di sini ada yang bisa saya bantu?" (Greeting)

"Nah aneh nya ya pi, ketika telpon tak angkat dan ucap greeting, yang terdengan di ujung telpon tuh seperti suara anak anak kecil cekikikan sedang main main."

Terang ardo.

"Terus selanjutnya adek gimana?"
Tanya om jon

"Ya Adek kembali kerja seperti biasa, tapi tiba tiba papan kubikal di belakang seperti ada yang menendang."
"Duaaarr, duarrr, duarrrr...."

"Kenceng banget Pi, adek sih masih nyantai."

"Mbah, permisi saya cuma mau kerja mencari nafkah. Ndak ada niat untuk mengganggu. Tolong jangan ganggu saya...."
Ucap Ardo di ruangan nya pelan.
Tapi.....
"Duakkkkkkk" tendangan itu terdengar lagi dan membuat ardo terkejut.
Karena benar benar emosi dan jengkel lantaran ia sudah ulul salam tapi masih di ganggu, sontak saja ardo berdiri dari kursi nya kemudian menendang nendang papan kubikal sambil mengumpat yan jelas.

Hal itu di dengar oleh security yang masih berjaga di bawah, sang security pun naik ke atas dan menayakan eprihal kejadian yang baru saja terjadi.

"Pak Ardo, ada apa to kok aku dengar di bawah ada suara dakkk duuukk dakkk dukkk?'
Tanya si satpam ynqg bernama pak Yon.

"Anu pak...."
Ardo tampak bingung bagaimana cara menjelaskan nya, hingga tiba tiba telpon di atas meja berbunyi lagi.

Ardo dan pak yon saling menatap, lalu ardo mengangguk pertanda supaya pak yon mengangkat nya.

"Halo...." (Greeting)
Sambil melihat keheranan ke arah Ardo.

"Cklekkkk...."
"Suara anak anak Pak."
Ucap pak yon setelah menutup gagang telpon ke tempat nya.
Tanpa basa basi Ardo langsung mengemasi berkas berkas kerja nya.

"Tunggu sebentar pak."
Pinta nya kepada pak yon.

Setelah itu mereka berdua meninggalkan ruangan.
"Duakkkkkkkk...."
Terdengar suara tendangan lagi di dalam.

Mereka berdua tergesa gesa menuruni anak tangga.

"Aduhhhh ..."
Teriak Ardo.

"Kenapa Pak?"
Tanya pak yon di belakang nya.

"Ndak tau pak, seperti ada yang menggetok tulang kering kaki ku pake sesuatu."

Sahut ardo sambil jalan terpincang.
Saat di depan kantor, mereka duduk sejenak di teras dekat mesin ATM.

"Kaki mu ndak apa apa pak?"
Tanya pak yon lagi kepada Ardo.

Ardo lantas menjulurkan kaki nya, ia menaikan celana bahan berwarna hitam.
Tampak sepatu pantofel dan kaos kaki di sana. Tapi ada hal yang aneh, mereka berdua melihat dengan mata kepala masing masing kalau di gares atau tulang kering kaki Ardo terdapat luka memar.
Dia memastikan kalau saat turun tadi memang tidak menendang sesuatu, tapi ada seperti sensasi hantaman.

"Waduhhhh, kok jadi ngeri gini ya Pak...."

"Mana baru jam setengah sembilan malam pula."
Ucap pak yon yang terkesan ketakutan.

"Pak yon berani kan sendirian malam ini?"
Tanya Ardo sambil tersenyum kepada beliau.

"Yaaahhhh, berani ndak berani ya harus berani lah pak, sudah resiko."

"Toh di jalan cengkeh ini nggak sepi sepi amat kok, masih ada kendaraan lalu lalang."
Ucap nya.

"Yo wes pak, aq tak balik dulu. Pundak ku juga rasane berat iki."
Kata ardo sambil naik motor matic nya untuk pulang.

Sesampainya di rumah, ardo merasa ada beban berat di pundak nya. Dan gelaja gejala demam itu mulai terasa, tubuh nya panas dingin dan capek tak karuan.

"Jadi seperti itu ceritanya dek."
Ucap Om Jono setelah mendengar penjelasan dari anak nya, Ardo.

"Adek salah kalau marah marah balas menendang dan memaki maki mereka."
Ucap on jon kepada ardo.

"Mereka???"

"Maksud papi?"

"Yaaah, mereka. Anak anak itu."

"Anak anak yang sejak kemaren menggelayut minta gendong di pundak adek."

"Haaaahhhh....."

Kami semua terkejut.

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 08-06-2024 22:22
erman123
pulaukapok
suryaassyauq603
suryaassyauq603 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.