- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:
"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 31-05-2024 02:57
kakeksegalatahu dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.9K
Kutip
89
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.7KThread•43.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#45
21
Quote:
Semua kru Bosman bersaudara dengan sigap memasang semua perlengkapan, termasuk kamera berteknologi inframerah agar dapat menangkap gambar dikegelapan. Sedangkan Kuncen DJ tidak terlihat di sekitar area uji nyali, beberapa saat lalu dirinya meminta izin untuk pergi sebentar, ada yang harus diurusnya. Sementara itu Pandu menunggu giliran karena yang memulai duluan adalah dua Bosman bersaudara, Rangga dan Aldi.
“Itu Kuncen bukannya jaga-jaga malah kabur terus,” ucap Ardit.
“Panik kali Bosman enggak dapet apa-apa, makanya mau buat sajen yang ampuh dulu,” ledek Pandu tepat di depan manajer Bosman Bersaudara. Wanita itu hanya tersenyum saja ketika mendengarnya.
Di area lain yang tidak terpantau oleh siapa pun, Kuncen DJ sedang menemui Bogel untuk menanyakan perihal negosiasi dengan Mr. Blek. Hantu pendek itu tampak grogi, mulutnya susah untuk digerakan. Apalagi ketika ke tangkap basah berlari secepat kilat keluar dari kamar jenazah. Kuncen DJ memintanya untuk tenang dan menarik nafas panjang agar tubuhnya rileks.
“Oke, jadi ceritain gimana tadi di dalam?” pinta Kuncen DJ.
“Semuanya berjalan normal, Mr. Blek setuju, tapi….,” Bogel ragu untuk melanjutkannya.
“Tapi?” Kuncen DJ menunggu lanjutannya.
Dengan gelagat takut, Bogel memberi tahu bahwa hantu bule kembali datang dari arah yang tidak diduga-duga, lalu mengusirnya pergi ketika negoisasi belum tercapai kata sepakat. Kuncen DJ menepuk kepalanya, untuk mengurangi rasa stressnya, satu batang rokok dibakarnya. Kepulan asap putih sengaja disemburkan pada Bogel yang tidak berdaya dengan keberadaan hantu bule.
“Gel, mau gue kembaliin ke tempat sampah lagi?” tanya Kuncen DJ dengan tatapan tajamnya.
“Jangan….di sana bau, tolong maafin Bogel,” hantu pendek itu mengemis agar tidak dikembalikan ke tempat pembuangan sampah tempat asalnya dulu.
Menyadari bahwa Bogel sudah melakukan tugasnya, hanya dikacaukan oleh hantu bule, “Iya…gue juga minta maaf, yuk balik lagi mantau mereka. Semoga tuh hantu bule enggak ngerecokin usaha kita,” Bogel dapat tersenyum lebar, ia naik ke pundak Kuncen DJ. Keduanya kembali berjalan menuju area uji nyali. “itu dua orang mukanya polos, enggak mungkin mereka yang bawa itu hantu bule. Apalagi yang bawa kamera keliatan penakutnya,” asap mengepul kembali ke angkasa.
Beberapa menit setelah Bogel berlari ketakutan saat Gasimah tiba-tiba datang. Hantu wanita itu bernegosiasi ulang, pada awalnya ia meminta agar Bosman bersaudara dibiarkan mengering saja pada saat mereka melakukan uji nyali. Tetapi kini diganti, Mr. Blek dipersilahkan untuk menakuti mereka sesuai perjanjian dengan Kuncen DJ, asalkan tidak membuat suasana menjadi lebih gelap dan mencekam. Sedangkan untuk bagian Pandu, Mr. Blek dibolehkan untuk menampakan dirinya, tetapi tidak dengan bentuk aslinya.
“Tidak masalah cantik, perjanjian awalnya sudah kubatalkan,” ucap Mr. Blek. “tapi sebagai gantinya aku ingin sesuatu darimu, apa kamu bersedia?” tanya Mr. Blek.
“Iya, apa saja…,” tiba-tiba Mr. Blek berubah kembali ke wujud aslinya, ia tertawa puas sambil meraung hebat hingga membuat seluruh bangunan rumah sakit ini bergetar. Kru dari tim Bosman bersaudara merasakannya ketika sedang memasang berbagai peralatan.
Semuanya sudah siap, sang Kuncen juga sudah kembali ke dalam rombongan. Sebelum dimulai ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar, mata Kuncen DJ menatap ke arah Pandu saat menjelaskannya, tidak ingin kejadian tempo hari terulang lagi. Satu sesinya akan berlangsung selama satu jam saja, Bosman termasuk beruntung karena waktu sudah lewat pukul dua belas, hawa dingin semakin terasa dan mencekam.
“Siap?” tanya Rangga kepada Aldi.
“Ya,” keduanya masuk ke dalam ruangan, pintu ditutup rapat, kamera pun menyala dan uji nyali pertama dilakukan.
Pandu, Ardit, serta manajer tim Bosman menunggu di tempat lain, tidak jauh dari tempat uji nyali. Ada sebuah layar monitor untuk memantau langsung kejadian di dalam. Persiapannya begitu matang, Ardit sampai menelan ludahnya melihat para professional dibidangnya ketika beraksi. Ia juga sudah bisa melakukannya, hanya menggunakan ponselnya tapi hasilnya jauh dibandingkan tim Bosman. Sementara itu Kuncen DJ menjaga tepat di depan pintu masuk kamar jenazah, agar lebih memudahkannya jika terjadi sesuatu.
“Tapi tadi udah dikasih taukan sesajennya apa aja?” tanya Kuncen DJ kepada Bogel yang menjelma menjadi setinggi korek api gas.
“Sudah…,” tertawa canggung. Tapi sebenarnya perihal sesajennya sudah dijelaskan, hanya saja kesepakatan belum terucap.
Menit-menit awal semua berjalan normal, beberapa suara hantaman begitu nyata terdengar. Rangga begitu eksplosif menjelaskan kepada para penonton, sedangkan Aldi hanya mengamati dari sumber suara saja. Tim dan manajernya pun menyambut dengan baik, setelah tadinya tidak ada apapun yang bisa menjadi bahan, kini semuanya seakan menghampiri dengan sendirinya. Pandu pun tersenyum, karena hal-hal yang terjadi itu menurutnya terhitung biasa. Mereka bisa melihat kengerian yang sebenarnya ketika ia masuk ke dalam.
“Eh! Itu apa?!” reflek jemari Ardit menunjuk layar monitor, ketika ia menyadari ada sesuatu sosok muncul.
“Eh iya,” ujar manajer ketika ikut melihat suatu penampakan.
Tiba-tiba tubuh Aldi bergetar, bulu kuduknya berdiri tidak karuan. Seisi ruangan dipenuhi oleh energi negatif yang begitu tinggi. Sumbernya ada di atas kepalanya, ketika ia menadah ke atas. Ada sebuah kepala berwarna hitam pekat, tersenyum padanya, memamerkan gigi tajam berwarna merah. Yang paling menyeramkan adalah mata berwarna merah terang tanpa bola mata. Aldi ingin memberikan tanda kepada Rangga, tetapi saudaranya itu malah sedang asik mengitari ruangan.
“Rang…,” mulutnya susah terbuka karena tekanan dari energi negatif Mr. Blek sulit dilawannya. “RANGGA!” akhirnya ia bisa memanggil saudaranya itu.
“Iya, kenapa?” Aldi menunjuk ke atas, Rangga tidak bisa berbicara ketika melihat penampakan yang sangat nyata. “ke….keren….,” hanya kata itu yang terucap sebelum dirinya mematung.
“Itu Kuncen bukannya jaga-jaga malah kabur terus,” ucap Ardit.
“Panik kali Bosman enggak dapet apa-apa, makanya mau buat sajen yang ampuh dulu,” ledek Pandu tepat di depan manajer Bosman Bersaudara. Wanita itu hanya tersenyum saja ketika mendengarnya.
Di area lain yang tidak terpantau oleh siapa pun, Kuncen DJ sedang menemui Bogel untuk menanyakan perihal negosiasi dengan Mr. Blek. Hantu pendek itu tampak grogi, mulutnya susah untuk digerakan. Apalagi ketika ke tangkap basah berlari secepat kilat keluar dari kamar jenazah. Kuncen DJ memintanya untuk tenang dan menarik nafas panjang agar tubuhnya rileks.
“Oke, jadi ceritain gimana tadi di dalam?” pinta Kuncen DJ.
“Semuanya berjalan normal, Mr. Blek setuju, tapi….,” Bogel ragu untuk melanjutkannya.
“Tapi?” Kuncen DJ menunggu lanjutannya.
Dengan gelagat takut, Bogel memberi tahu bahwa hantu bule kembali datang dari arah yang tidak diduga-duga, lalu mengusirnya pergi ketika negoisasi belum tercapai kata sepakat. Kuncen DJ menepuk kepalanya, untuk mengurangi rasa stressnya, satu batang rokok dibakarnya. Kepulan asap putih sengaja disemburkan pada Bogel yang tidak berdaya dengan keberadaan hantu bule.
“Gel, mau gue kembaliin ke tempat sampah lagi?” tanya Kuncen DJ dengan tatapan tajamnya.
“Jangan….di sana bau, tolong maafin Bogel,” hantu pendek itu mengemis agar tidak dikembalikan ke tempat pembuangan sampah tempat asalnya dulu.
Menyadari bahwa Bogel sudah melakukan tugasnya, hanya dikacaukan oleh hantu bule, “Iya…gue juga minta maaf, yuk balik lagi mantau mereka. Semoga tuh hantu bule enggak ngerecokin usaha kita,” Bogel dapat tersenyum lebar, ia naik ke pundak Kuncen DJ. Keduanya kembali berjalan menuju area uji nyali. “itu dua orang mukanya polos, enggak mungkin mereka yang bawa itu hantu bule. Apalagi yang bawa kamera keliatan penakutnya,” asap mengepul kembali ke angkasa.
Beberapa menit setelah Bogel berlari ketakutan saat Gasimah tiba-tiba datang. Hantu wanita itu bernegosiasi ulang, pada awalnya ia meminta agar Bosman bersaudara dibiarkan mengering saja pada saat mereka melakukan uji nyali. Tetapi kini diganti, Mr. Blek dipersilahkan untuk menakuti mereka sesuai perjanjian dengan Kuncen DJ, asalkan tidak membuat suasana menjadi lebih gelap dan mencekam. Sedangkan untuk bagian Pandu, Mr. Blek dibolehkan untuk menampakan dirinya, tetapi tidak dengan bentuk aslinya.
“Tidak masalah cantik, perjanjian awalnya sudah kubatalkan,” ucap Mr. Blek. “tapi sebagai gantinya aku ingin sesuatu darimu, apa kamu bersedia?” tanya Mr. Blek.
“Iya, apa saja…,” tiba-tiba Mr. Blek berubah kembali ke wujud aslinya, ia tertawa puas sambil meraung hebat hingga membuat seluruh bangunan rumah sakit ini bergetar. Kru dari tim Bosman bersaudara merasakannya ketika sedang memasang berbagai peralatan.
Semuanya sudah siap, sang Kuncen juga sudah kembali ke dalam rombongan. Sebelum dimulai ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar, mata Kuncen DJ menatap ke arah Pandu saat menjelaskannya, tidak ingin kejadian tempo hari terulang lagi. Satu sesinya akan berlangsung selama satu jam saja, Bosman termasuk beruntung karena waktu sudah lewat pukul dua belas, hawa dingin semakin terasa dan mencekam.
“Siap?” tanya Rangga kepada Aldi.
“Ya,” keduanya masuk ke dalam ruangan, pintu ditutup rapat, kamera pun menyala dan uji nyali pertama dilakukan.
Pandu, Ardit, serta manajer tim Bosman menunggu di tempat lain, tidak jauh dari tempat uji nyali. Ada sebuah layar monitor untuk memantau langsung kejadian di dalam. Persiapannya begitu matang, Ardit sampai menelan ludahnya melihat para professional dibidangnya ketika beraksi. Ia juga sudah bisa melakukannya, hanya menggunakan ponselnya tapi hasilnya jauh dibandingkan tim Bosman. Sementara itu Kuncen DJ menjaga tepat di depan pintu masuk kamar jenazah, agar lebih memudahkannya jika terjadi sesuatu.
“Tapi tadi udah dikasih taukan sesajennya apa aja?” tanya Kuncen DJ kepada Bogel yang menjelma menjadi setinggi korek api gas.
“Sudah…,” tertawa canggung. Tapi sebenarnya perihal sesajennya sudah dijelaskan, hanya saja kesepakatan belum terucap.
Menit-menit awal semua berjalan normal, beberapa suara hantaman begitu nyata terdengar. Rangga begitu eksplosif menjelaskan kepada para penonton, sedangkan Aldi hanya mengamati dari sumber suara saja. Tim dan manajernya pun menyambut dengan baik, setelah tadinya tidak ada apapun yang bisa menjadi bahan, kini semuanya seakan menghampiri dengan sendirinya. Pandu pun tersenyum, karena hal-hal yang terjadi itu menurutnya terhitung biasa. Mereka bisa melihat kengerian yang sebenarnya ketika ia masuk ke dalam.
“Eh! Itu apa?!” reflek jemari Ardit menunjuk layar monitor, ketika ia menyadari ada sesuatu sosok muncul.
“Eh iya,” ujar manajer ketika ikut melihat suatu penampakan.
Tiba-tiba tubuh Aldi bergetar, bulu kuduknya berdiri tidak karuan. Seisi ruangan dipenuhi oleh energi negatif yang begitu tinggi. Sumbernya ada di atas kepalanya, ketika ia menadah ke atas. Ada sebuah kepala berwarna hitam pekat, tersenyum padanya, memamerkan gigi tajam berwarna merah. Yang paling menyeramkan adalah mata berwarna merah terang tanpa bola mata. Aldi ingin memberikan tanda kepada Rangga, tetapi saudaranya itu malah sedang asik mengitari ruangan.
“Rang…,” mulutnya susah terbuka karena tekanan dari energi negatif Mr. Blek sulit dilawannya. “RANGGA!” akhirnya ia bisa memanggil saudaranya itu.
“Iya, kenapa?” Aldi menunjuk ke atas, Rangga tidak bisa berbicara ketika melihat penampakan yang sangat nyata. “ke….keren….,” hanya kata itu yang terucap sebelum dirinya mematung.
namakuve dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas
Tutup