- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#42
20
Quote:
Pandu dan Ardit sudah melakukan penelusuran sendiri, sudah banyak rekaman yang dibuatnya, dengan bantuan Gasimah hasilnya sudah memuaskan. Saat kembali berkumpul, terlihat Bosman bersaudara sedang bersantai, kru mereka pun tampak duduk-duduk di lantai. Ada Kuncen DJ juga di sana memperhatikan mereka, layaknya seperti orang penting menjadi pusat perhatian. Dari dekat baru kelihatan wajah Rangga begitu murung, berbeda dengan Aldi masih dengan tatapan dinginnya.
“Kenapa?” tanya Pandu dengan hangat. “kok murung gitu, udah beres kelilingnya?” lanjutnya.
“Ah….,” Rangga tidak ada kekuatan untuk menjawabnya. “entah, udah keliling juga sepi nih. Biasanya sih enggak pernah gini kan?” melirik ke arah sang manajer perempuan. Dibalas dengan anggukan tanda bahwa sebelumnya tidak pernah terjadi suatu masalah seperti ini. Semua mengalir begitu saja, selalu ada momen menarik yang masuk ke dalam lensa kamera. “kalian gimana?”
“Tadi---,” ketika Ardit ingin menjawab, Pandu langsung menyosornya. Mengatakan bahwa keadaan mereka juga sama. “eh lo kok bohong sama mereka?” bisik Ardit.
“Enggak apa-apa, tar kalau mereka minta cuplikannya repot kita,” sambil tersenyum paksa ke arah Rangga.
Aldi tidak berkomentar banyak, lagipula menurutnya Pandu memiliki aura aneh yang menyelimutinya.
“Abis ini mereka mau langsung ke tahap uji nyali, biar persingkat waktu ikut aja yah?” pinta Kuncen DJ, Pandu dan Ardit tidak ada sanggahan, keduanya setuju.
Rombongan besar itu berjalan menuju area kamar jenazah, yang menurut Kuncen DJ merupakan tempat paling angker di area rumah sakit bekas ini. Dulu-dulu banyak orang yang tidak kuat dengan aura dan energi negatif yang menutup tempat itu. Bahkan ada yang pingsan sebelum menyentuh waktu 10 menit pertama, ada yang kesurupan lalu meminta hal-hal aneh agar makhluk tersebut bisa keluar. Intinya belum ada yang berhasil melewati malam uji nyali di kamar jenazah.
“Paling ada sih dua orang, kayaknya mereka lebih senior deh daripada kalian,” ucap Kuncen DJ.
“Konten horror penelusuran nomor satu, Rafadika sama Dissa Cantika si nomor dua….,” ucap Bosman. “kita udah kolaborasi sama keduanya, paling enak sama Rafadika. Dia positif banget, seangker apapun kalau ada dia tiba-tiba damai aja,” Aldi menyetujui perkataan Rangga.
“Cuman dua teratas di ‘Lima Elit’ yang lolos, kita gimana?” tanya Ardit kepada Pandu.
“Tenang, gue enggak akan pingsan kayak waktu itu…,” Pandu begitu percaya diri, karena tahu akan dibantu oleh Gasimah.
Kuncen DJ menunjuk sebuah ruangan tepat di hadapan mereka. Sebuah ruangan kecil yang bahkan tidak mendapatkan sinar malam dari sang rembulan. Dari kejauhan saja auranya sudah tidak mengenakan, terutama untuk Ardit yang memiliki tingkat keberanian di bawah rata-rata. Sementara sinar di mata Rangga tidak begitu nampak, kekecewaan yang masih dirasakannya belum sepenuhnya hilang. Tidak banyak ekspetasi dalam benaknya, yang penting bisa melakukannya dengan benar dan berharap mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu kemunculan makhluk seram.
Sementara itu Gasimah mengintip dari belakang, hanya kepalanya saja yang nampak sedangkan badannya tertanam di tembok. Aldi menyadarinya, kepalanya dengan sigap menengok kebelakang. Gasimah sedikit terkejut, tetapi kepalanya lebih cepat menghilang dari pandangan. Langkah Aldi pun terhenti untuk memastikan sekali lagi. Rangga menegurnya untuk kembali berjalan agar persiapannya lebih cepat dilakukan.
“Kayaknya…,” Ardit kembali berbisik pada Pandu.
“Iya, dia nyadar ada Gasimah…,” jawab Pandu.
Hantu Gasimah terbang lewat lantai dua, badannya menembus semua halangan didepannya. Lalu saat tepat berada di atas kamar jenazah, ia menyelam ke bawah. Bogel yang sedang bernegosiasi dengan Mr. Blek terkejut karena Gasimah datang tepat didepannya. Hantu pendek itu mundur secara perlahan, rombongan sudah tiba di depan. Kuncen DJ seakan-akan melakukan sebuah ritual terlebih dahulu, padahal hanya menunggu hasil negosiasi Bogel.
“Hm, penghuni baru yah?” ucap Mr. Blek dengan badan yang begitu tinggi, seluruh tubuhnya hitam pekat hanya mata merah dan gigi merahnya yang terlihat. Komposisi tubuhnya juga tidak ideal, perut yang menyentuh lantai, kedua tangan yang menjuntai, belum lagi kedua kaki yang bengkok.
“Bukan, saya Gasimah,” kepala berputar kebelakang, meninggalkan leher yang patah. Lalu menatap Bogel dengan tatapan jahat. “bisa tinggalkan kami berdua?”
“I….iya….,” Bogel yang ketakutan lari hingga menembus pintu. Kini hanya ada Gasimah dan Mr. Blek.
“Soal yang tadi, saya ingin merubah perjanjiannya apa boleh?” pinta Gasimah.
Mr. Blek yang tadinya berwujud jelek, kini berubah menjadi sosok yang lebih nyaman dipandang. Seakan-seakan menggunakan sebuah jas, padahal tidak begitu nampak. Tingginya juga sudah sejajar dengan Gasimah, “Tentu saja, apa yang tidak aku iyakan buat kamu…., hantu cantik,” Mr. Blek berlutut lalu mencium tangan Gasimah.
Di luar, Kuncen DJ yang sedang berakting terkejut melihat Bogel yang lari menembus pintu. Sekilas wajah hantu pendek itu menunjukan ekspresi ketakutan. Selain sang kuncen, Aldi juga melihat sosok hantu Bogel. Tetapi karena larinya sangat cepat, Aldi tidak mampu bereaksi dengan benar, hanya melongo saja tanpa mengucapkan satu patah pun. Mendadak Kuncen DJ menyelesaikan ritual bohongannya itu, lalu membuka pintu untuk meminta izin kepada penunggunya agar dapat meminjam tempat ini untuk melakukan uji nyali.
“Baik, semua sudah siap. Kalau mau persiapan kamera dan lain-lain, silahkan,” dengan percaya dirinya Kuncen DJ mengucapkan itu padahal belum menerima laporan dari Bogel.
“Kenapa?” tanya Pandu dengan hangat. “kok murung gitu, udah beres kelilingnya?” lanjutnya.
“Ah….,” Rangga tidak ada kekuatan untuk menjawabnya. “entah, udah keliling juga sepi nih. Biasanya sih enggak pernah gini kan?” melirik ke arah sang manajer perempuan. Dibalas dengan anggukan tanda bahwa sebelumnya tidak pernah terjadi suatu masalah seperti ini. Semua mengalir begitu saja, selalu ada momen menarik yang masuk ke dalam lensa kamera. “kalian gimana?”
“Tadi---,” ketika Ardit ingin menjawab, Pandu langsung menyosornya. Mengatakan bahwa keadaan mereka juga sama. “eh lo kok bohong sama mereka?” bisik Ardit.
“Enggak apa-apa, tar kalau mereka minta cuplikannya repot kita,” sambil tersenyum paksa ke arah Rangga.
Aldi tidak berkomentar banyak, lagipula menurutnya Pandu memiliki aura aneh yang menyelimutinya.
“Abis ini mereka mau langsung ke tahap uji nyali, biar persingkat waktu ikut aja yah?” pinta Kuncen DJ, Pandu dan Ardit tidak ada sanggahan, keduanya setuju.
Rombongan besar itu berjalan menuju area kamar jenazah, yang menurut Kuncen DJ merupakan tempat paling angker di area rumah sakit bekas ini. Dulu-dulu banyak orang yang tidak kuat dengan aura dan energi negatif yang menutup tempat itu. Bahkan ada yang pingsan sebelum menyentuh waktu 10 menit pertama, ada yang kesurupan lalu meminta hal-hal aneh agar makhluk tersebut bisa keluar. Intinya belum ada yang berhasil melewati malam uji nyali di kamar jenazah.
“Paling ada sih dua orang, kayaknya mereka lebih senior deh daripada kalian,” ucap Kuncen DJ.
“Konten horror penelusuran nomor satu, Rafadika sama Dissa Cantika si nomor dua….,” ucap Bosman. “kita udah kolaborasi sama keduanya, paling enak sama Rafadika. Dia positif banget, seangker apapun kalau ada dia tiba-tiba damai aja,” Aldi menyetujui perkataan Rangga.
“Cuman dua teratas di ‘Lima Elit’ yang lolos, kita gimana?” tanya Ardit kepada Pandu.
“Tenang, gue enggak akan pingsan kayak waktu itu…,” Pandu begitu percaya diri, karena tahu akan dibantu oleh Gasimah.
Kuncen DJ menunjuk sebuah ruangan tepat di hadapan mereka. Sebuah ruangan kecil yang bahkan tidak mendapatkan sinar malam dari sang rembulan. Dari kejauhan saja auranya sudah tidak mengenakan, terutama untuk Ardit yang memiliki tingkat keberanian di bawah rata-rata. Sementara sinar di mata Rangga tidak begitu nampak, kekecewaan yang masih dirasakannya belum sepenuhnya hilang. Tidak banyak ekspetasi dalam benaknya, yang penting bisa melakukannya dengan benar dan berharap mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu kemunculan makhluk seram.
Sementara itu Gasimah mengintip dari belakang, hanya kepalanya saja yang nampak sedangkan badannya tertanam di tembok. Aldi menyadarinya, kepalanya dengan sigap menengok kebelakang. Gasimah sedikit terkejut, tetapi kepalanya lebih cepat menghilang dari pandangan. Langkah Aldi pun terhenti untuk memastikan sekali lagi. Rangga menegurnya untuk kembali berjalan agar persiapannya lebih cepat dilakukan.
“Kayaknya…,” Ardit kembali berbisik pada Pandu.
“Iya, dia nyadar ada Gasimah…,” jawab Pandu.
Hantu Gasimah terbang lewat lantai dua, badannya menembus semua halangan didepannya. Lalu saat tepat berada di atas kamar jenazah, ia menyelam ke bawah. Bogel yang sedang bernegosiasi dengan Mr. Blek terkejut karena Gasimah datang tepat didepannya. Hantu pendek itu mundur secara perlahan, rombongan sudah tiba di depan. Kuncen DJ seakan-akan melakukan sebuah ritual terlebih dahulu, padahal hanya menunggu hasil negosiasi Bogel.
“Hm, penghuni baru yah?” ucap Mr. Blek dengan badan yang begitu tinggi, seluruh tubuhnya hitam pekat hanya mata merah dan gigi merahnya yang terlihat. Komposisi tubuhnya juga tidak ideal, perut yang menyentuh lantai, kedua tangan yang menjuntai, belum lagi kedua kaki yang bengkok.
“Bukan, saya Gasimah,” kepala berputar kebelakang, meninggalkan leher yang patah. Lalu menatap Bogel dengan tatapan jahat. “bisa tinggalkan kami berdua?”
“I….iya….,” Bogel yang ketakutan lari hingga menembus pintu. Kini hanya ada Gasimah dan Mr. Blek.
“Soal yang tadi, saya ingin merubah perjanjiannya apa boleh?” pinta Gasimah.
Mr. Blek yang tadinya berwujud jelek, kini berubah menjadi sosok yang lebih nyaman dipandang. Seakan-seakan menggunakan sebuah jas, padahal tidak begitu nampak. Tingginya juga sudah sejajar dengan Gasimah, “Tentu saja, apa yang tidak aku iyakan buat kamu…., hantu cantik,” Mr. Blek berlutut lalu mencium tangan Gasimah.
Di luar, Kuncen DJ yang sedang berakting terkejut melihat Bogel yang lari menembus pintu. Sekilas wajah hantu pendek itu menunjukan ekspresi ketakutan. Selain sang kuncen, Aldi juga melihat sosok hantu Bogel. Tetapi karena larinya sangat cepat, Aldi tidak mampu bereaksi dengan benar, hanya melongo saja tanpa mengucapkan satu patah pun. Mendadak Kuncen DJ menyelesaikan ritual bohongannya itu, lalu membuka pintu untuk meminta izin kepada penunggunya agar dapat meminjam tempat ini untuk melakukan uji nyali.
“Baik, semua sudah siap. Kalau mau persiapan kamera dan lain-lain, silahkan,” dengan percaya dirinya Kuncen DJ mengucapkan itu padahal belum menerima laporan dari Bogel.
coolcoffe dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas