Chapter 204
Quote:
Kebakaran hebat terjadi di sebuah kota kecil di bagian dunia lain, api berkobar sangat dahsyat. Tabung-tabung kecil berisi cairan berceceran di mana-mana, seseorang perempuan berambut panjang berwarna merah melihat kebakaran dari dekat sambil memegang sesuatu yang disembunyikan ke dalam sebuah tas kertas berukuran kecil.
“Semudah ini, mereka lemah!” ucapnya berbisik agar tidak terdengar olah orang-orang berkerumun.
Sementara itu di markas besar Golden Clan kastil emas dalam hutan tersembunyi. Lagi-lagi George melihat Beat milik ketua White Clan terbakar. Situasinya mulai tidak terkendali sekarang. Hanya tersisa dirinya, ketua Silver Clan dan juga Black Clan. Yang kapan pun bisa diserang tanpa pemberitahuan. Dalam kastilnya seorang diri, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat besar.
“KELUAR KAU!” ucap seseorang dengan lantang.
George menghampirinya dengan santai, sebuah lubang besar bekas hantaman tadi terpampang jelas.
“Siapa---,” tanpa aba-aba seseorang berbadan besar dihadapannya itu menyerang menggunakan otot lengannya.
Terjadi lagi suara dentuman yang sangat keras hingga anginnya saja mampu meruntuhkan daun di pepohonan di sekitar kastil emas. George mampu menahan serangan itu menggunakan telapak tangannya sambil mencengkram lengan orang itu yang menyerangnya secara tiba-tiba.
“Eh….,” matanya membesar. “sudah kuduga kau seorang Golden tidak akan semudah itu terkena seranganku!”
“Ku tanya sekali lagi, siapa kau?” tanya George dengan santai.
“Aku? Seorang Diamond Clan!” George kebingungan karena baru mendengar tentang clan baru itu. Badannya yang besar dan gempal itu melompat jauh kebelakangan. “akan kuperlihatkan!” tubuhnya berubah, membiaskan cahaya matahari yang mengenainya.
Sudah lama sekali terakhir George terlibat dalam pertarungan. Semuanya terjadi pada saat merekrut penerus di kubunya sendiri, yang bisa diatasi dengan mudah. Kali ini muncul didepannya monster besar berbadan kristal yang menyala. Bahkan memantulkan kembali sinar matahari yang terik.
“Diamond Clan?” tanya George dalam benaknya sendiri.
“Akan kuselesaikan dengan cepat,” sosok monster ini bahkan belum memberitahu namanya, seketika gerakannya membelah tanah.
Meskipun sudah jarang bertarung, reflek George masih sangat bagus di usia manusianya yang sudah tidak mudah lagi. Jika terkena serangan barusan sudah dipastikan tubuh akan hancur berkeping-keping bagi manusia biasa. Bagaimana bisa dengan tubuh monster yang besar itu dapat bergerak leluasa.
“Bagaimana dengan ini?” kedua telapak tangannya dirapatkan, membentuk sebuah palu besar. Lalu dengan ayunan keras tangan itu dihantarkan ke tanah.
“Hei, kau berniat menghancurkan istanaku?” tanah kembali terbelah, kali ini getarannya sangat besar bahkan memaksa George mengeluarkan sayapnya.
“Kena kau!” tiba-tiba saat George di udara, monster kristal ini datang dan memberikan sebuah bogem mentah. Tubuh George terpental hingga membuat kerusakan lebih pada kastil emasnya itu.
Di tempat berbeda, sebuah penjara khusus para monster di mana Troy sedang berada. Mendadak tubuhnya menjadi panas, meronta-ronta ingin segera dibebaskan. Sementara itu kedua temannya yang menunggu pun kebingungan dengan apa yang terjadi pada Troy.
“Jika kalian berdua di sini, siapa yang menjaga ketua clan!” teriak Troy.
“Memangnya kenapa?” tanya Jennifer kebingungan.
“Kalian berdua tidak merasakannya?” perkataan Troy ini membuat Jennifer dan Jacop saling berpandangan. “cih dasar tidak berguna!”
Kembali lagi ke area pertarungan, George belum juga muncul dari dalam kastil emasnya itu, sementara sosok monster kristal sudah jenuh menunggu dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Ketika baru satu langkah diinjakkan, sebuah sinar panas melesat membuat garis. Langkahnya otomatis terhenti dan melihat dari arah serangan muncul.
“Heh? Siapa kau?” tanya monster kristal. Seseorang muncul dari dalamnya hutan, dari telunjuknya keluar asap. Sudah dipastikan bahwa orang ini adalah pelaku utama penyerangan dengan mengeluarkan sinar panas.
“Hm,” kedua matanya membelot melihat kondisi kastil emas yang sudah berantakan.
“Hei! Jangan mengabaikanku!” kepalanya terpentuk sebuah balok emas besar, badannya terpental menjauh dari kastil emas.
“Kau datang rupanya, bukankah kutugaskan untuk terus mengawasinya?” tanya George yang perlahan muncul dari dalam kastil emas, sebuah tanduk kecil sudah muncul dikeningnya.
“Maafkan aku, tapi aku tidak bisa mengabaikan firasatku,” jawabnya dingin.
“Ya aku lebih suka ketiga anak muda bodoh itu, setidaknya mereka lebih ceria dibandingkan kau, Bright,” ucap George.
“Anda mungkin lupa kalau aku seangkatan dengan mereka yang Anda sebut bodoh itu,” balas Bright.
Troy memberitahu kedua temannya itu, kemungkinan sedang terjadi pertempuran di area kastil emas. Troy sangat yakin karena beat dalam tubuhnya bereaksi tidak karuan. Yang membuatnya aneh, sikap tenang dari Jen dan juga Jacop. Memang dari segi kekuatan George tidak bisa diremehkan karena memiliki presentase sel dari Red Sun yang lebih besar dibandingkan yang lain. Tapi Jen dan Jacop memberikan alasan lain.
“Kau mungkin lupa, ada Bright di sana,” ucap Jacop.
“Bright? Si sialan itu!” Troy memukul tembok, ingatan tentang Bright kembali muncul.