- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#29
15
Quote:
Masih ada beberapa waktu sebelum perkuliahan benar-benar dimulai, Ardit dan juga Pandu memutuskan untuk melepas dahaga mereka di area kantin. Kebetulan situasi tidak terlalu ramai karena jam belum terlalu siang. Ardit berangkat menuju salah satu lapak untuk membeli minuman, tidak lupa menawari temannya itu yang terlihat sedang kebingungan karena meledaknya video yang mereka buat. Dalam renungannya itu tiba-tiba badannya tersentak ketika ada suara perempuan yang mengagetkannya.
“Eh kenapa? Kok sampe loncat begitu?” tanya Lulu yang sebenarnya mengagetkannya.
“Buset, gue kirain siapa,” perasannya lega karena itu hanya seorang Lulu. “enggak ada kelas?” tanya Pandu.
“Baru aja beres,” Lulu duduk diseberangnya, mereka saling berhadapan. “video baru banyak banget tuh yang liat, kayaknya viral sih,” Lulu sebagai pendukung mereka dari hari pertama tampaknya sudah mengetahuinya videonya. “itu lo asli enggak sih pas pingsannya?”
“Itu asli, sebenarnya ini kerjaan si Ardit. Dia posting tanpa seizin gue,” jawab Pandu.
Sementara itu Ardit sudah selesai membeli minuman, jantungnya serasa mau lepas ketika melihat ada seorang perempuan yang duduk dihadapan Pandu. Ingatannya tentang Gasimah kembali muncul, karena pada waktu itu juga makhluk itu hadir ketika langit sedang terang-terangnya. Langkahnya membeku ketika ingin mendekati ke arah meja, Pandu juga terlihat diam saja tanpa mengetahui kehadirannya.
“Apa gue kasih tahu aja lewat ponselnya?” Ardit dengan sigap mengeluarkan ponselnya, ketika ingin mengetikkan pesan, sosok yang duduk dihadapan Pandu menoleh. Kekecewaannya muncul, “wow, si Lumba-lumba ternyata,” ekspresinya datar dan melangkahkan kedua kakinya menuju tempat Pandu berada.
Lulu masih berbincang-bincang dengan Pandu ketika Ardit datang membawakan minuman. Ia duduk disebelah Pandu sekarang. Lulu memberitahu bahwa video mereka yang viral itu akan membawa mereka ke level yang lebih jauh lagi jika berhasil memanfaatkan momentum ini. Apalagi jika nantinya bakal ada pembuat konten baik yang pengikutnya kecil atau besar akan mengajak bekerja sama. Dari mereka ada yang niatnya murni ingin bekerja sama agar mendapatkan konten heboh seperti yang dilakukan oleh Ardit dan Pandu, ada juga yang memanfaatkannya agar menaikan reputasi.
“Ah yang bener?” tanya Ardit seakan tidak percaya.
“Beneran, coba aja deh beberapa hari ini pasti ada yang ngontak kalian, sebelum diambil liat-liat dulu aja sih. Kalau orang besar ambil aja, saling memanfaatkan,” ketawanya keluar, namun suaranya yang menyebalkan membuat telinga Ardit dan Pandu menjadi panas.
“Tapi gue enggak akan terlalu jauh sih ke arah sana, maksudnya masa cuman gegara satu video yang meledak aja bisa narik pembuat konten besar buat kerja sama. Rasanya masih jauh banget,” ucap Pandu mencoba berpikir secara realistis.
Obrolan tadi di kantin kampus sampai terbawa saat perkuliahan dimulai. Pandu yang tidak bisa fokus terus memikirkan kemungkinan yang akan membawanya untuk bekerja sama dengan pembuat konten lainnya. Tidak ada masalah dengan adanya tawaran yang kemungkinan akan datang, tetapi semua terjadi begitu cepat. Bahkan Pandu belum bisa mencerna tentang sosok Gasimah, ataupun kejadian sebenarnya pada saat di ruang eksekusi goa bekas penjajah. Lalu Pandu terpikir akan sosok Kuncen DJ, mungkin ia akan menghubunginya setelah selesai perkuliahan. Semenjak sadar dari tidur panjang, dirinya belum pernah memberitahu Kuncen DJ.
Akhirnya waktu yang menjenuhkan usai, sesuai dengan rencananya. Pandu melipir ke sudut kampus yang sepi dan menghubungi Kuncen DJ. Namun betapa terkejutnya saat Pandu malah dialihkan kepada seseorang yang mengaku sebagai ‘admin’, dan diminta untuk melakukan penjadwalan untuk melakukan pertemuan karena sang kuncen sedang dalam masa yang sibuk-sibuknya.
“Lah? Bukannya ini nomor pribadi yah? Apa segede ini efek dari satu video aja?” Pandu tidak habis pikir dengan semua yang terjadi ini.
Langkah kecilnya ditemani oleh sejuknya udara sore membawanya kembali ke tempat tinggalnya sementara. Saat diperjalanan banyak pasang mata yang memperhatikannya, hal ini sempat Pandu kebingungan apakah ada seseorang yang menjahilinya ketika berada di kampus atau tidak. Atau resleting celananya terbuka, tapi semuanya tidak terjadi. Ternyata sosok Gasimah ikut berjalan dibelakang tanpa sepengetahuan dari Pandu. Ia bisa membuat orang-orang disekitarnya dapat melihat sosoknya.
“Maaf yah, udah peraturan di sini kan enggak boleh bawa perempuan,” ucap penjaga kosan menghadang Pandu.
“Hah? Saya sendiri---,” otaknya tersambar ilham, ia langsung menyadari sosok Gasimah berjalan dibelakangnya. Kepalanya dengan cepat memutar kebelakang, tetapi sosok yang disangka tidak ada. “enggak ada mas, coba liat deh pelan-pelan,” pintanya.
“Eh iya dong, tadi ada---,” Pandu memberitahu penjaga kosan agar jangan sering bergadang agar tidak berimajinasi yang aneh-aneh.
Pandu berjalan ke atas, saat di depan pintu kosannya perasaannya sudah tidak enak. Pintu dibuka pelan-pelan, benar saja sosok Gasimah sudah duduk di atas kasur sambil tersenyum. Dengan pakaian gaun putih panjang dan rambut hitam mengkilat. Pandu mencoba bersikap biasa saja, karena sosok ini sebenarnya tidak mengganggu malah membantunya saat di ruang eksekusi. Lalu tiba-tiba ada angin dari mana, Pandu ingin menanyakan tentang kejadian sebenarnya di ruang eksekusi.
“Sore Gasimah, aku boleh---,” belum selesai kata berucap, Gasimah sudah membalas.
“Maaf aku enggak bisa cerita, soalnya sosok itu pasti nanti tahu….,” ucapnya sambil memperlihatkan raut wajah sedih.
“Oh begitu,” karena sudah mengetahui bahwa Gasimah bisa membaca isi hati, Pandu tidak mengucapkan apa-apa lagi.
“Seru yah tadi di kampus, tapi aku enggak suka kamu deket-deket sama cewek cebol itu!” kali ini dengan cara merajuk.
“Hah? Lulu? Dia temen aja kok, lagian siapa sih yang suka sama Lulu? Suaranya aja bikin sakit kepala,” mengucapkannya sambil tertawa.
Di lain tempat, dua bersaudara sedang menonton video uji nyali ruang eksekusi goa bekas penjajah. Satu bergaya normal sedangkan satunya bergaya eksentrik. Yang satu mengamati dengan serius, sedangkan satu laginya mengomentari hampir setiap detik video yang berjalan maju itu. Tiba saat di momen Pandu pingsan, satu orang yang bergaya eksentrik memberhentikan videonya.
“Coba bagian ini diterawang, ada apa yah?” pintanya kepada saudaranya yang bergaya normal.
“Merah, besar, marah,” hanya tiga kata yang terucap.
“Boleh….boleh, kita berangkat besok!” layar laptop ditutup, orang itu berjalan keluar dari ruangannya.
“Eh kenapa? Kok sampe loncat begitu?” tanya Lulu yang sebenarnya mengagetkannya.
“Buset, gue kirain siapa,” perasannya lega karena itu hanya seorang Lulu. “enggak ada kelas?” tanya Pandu.
“Baru aja beres,” Lulu duduk diseberangnya, mereka saling berhadapan. “video baru banyak banget tuh yang liat, kayaknya viral sih,” Lulu sebagai pendukung mereka dari hari pertama tampaknya sudah mengetahuinya videonya. “itu lo asli enggak sih pas pingsannya?”
“Itu asli, sebenarnya ini kerjaan si Ardit. Dia posting tanpa seizin gue,” jawab Pandu.
Sementara itu Ardit sudah selesai membeli minuman, jantungnya serasa mau lepas ketika melihat ada seorang perempuan yang duduk dihadapan Pandu. Ingatannya tentang Gasimah kembali muncul, karena pada waktu itu juga makhluk itu hadir ketika langit sedang terang-terangnya. Langkahnya membeku ketika ingin mendekati ke arah meja, Pandu juga terlihat diam saja tanpa mengetahui kehadirannya.
“Apa gue kasih tahu aja lewat ponselnya?” Ardit dengan sigap mengeluarkan ponselnya, ketika ingin mengetikkan pesan, sosok yang duduk dihadapan Pandu menoleh. Kekecewaannya muncul, “wow, si Lumba-lumba ternyata,” ekspresinya datar dan melangkahkan kedua kakinya menuju tempat Pandu berada.
Lulu masih berbincang-bincang dengan Pandu ketika Ardit datang membawakan minuman. Ia duduk disebelah Pandu sekarang. Lulu memberitahu bahwa video mereka yang viral itu akan membawa mereka ke level yang lebih jauh lagi jika berhasil memanfaatkan momentum ini. Apalagi jika nantinya bakal ada pembuat konten baik yang pengikutnya kecil atau besar akan mengajak bekerja sama. Dari mereka ada yang niatnya murni ingin bekerja sama agar mendapatkan konten heboh seperti yang dilakukan oleh Ardit dan Pandu, ada juga yang memanfaatkannya agar menaikan reputasi.
“Ah yang bener?” tanya Ardit seakan tidak percaya.
“Beneran, coba aja deh beberapa hari ini pasti ada yang ngontak kalian, sebelum diambil liat-liat dulu aja sih. Kalau orang besar ambil aja, saling memanfaatkan,” ketawanya keluar, namun suaranya yang menyebalkan membuat telinga Ardit dan Pandu menjadi panas.
“Tapi gue enggak akan terlalu jauh sih ke arah sana, maksudnya masa cuman gegara satu video yang meledak aja bisa narik pembuat konten besar buat kerja sama. Rasanya masih jauh banget,” ucap Pandu mencoba berpikir secara realistis.
Obrolan tadi di kantin kampus sampai terbawa saat perkuliahan dimulai. Pandu yang tidak bisa fokus terus memikirkan kemungkinan yang akan membawanya untuk bekerja sama dengan pembuat konten lainnya. Tidak ada masalah dengan adanya tawaran yang kemungkinan akan datang, tetapi semua terjadi begitu cepat. Bahkan Pandu belum bisa mencerna tentang sosok Gasimah, ataupun kejadian sebenarnya pada saat di ruang eksekusi goa bekas penjajah. Lalu Pandu terpikir akan sosok Kuncen DJ, mungkin ia akan menghubunginya setelah selesai perkuliahan. Semenjak sadar dari tidur panjang, dirinya belum pernah memberitahu Kuncen DJ.
Akhirnya waktu yang menjenuhkan usai, sesuai dengan rencananya. Pandu melipir ke sudut kampus yang sepi dan menghubungi Kuncen DJ. Namun betapa terkejutnya saat Pandu malah dialihkan kepada seseorang yang mengaku sebagai ‘admin’, dan diminta untuk melakukan penjadwalan untuk melakukan pertemuan karena sang kuncen sedang dalam masa yang sibuk-sibuknya.
“Lah? Bukannya ini nomor pribadi yah? Apa segede ini efek dari satu video aja?” Pandu tidak habis pikir dengan semua yang terjadi ini.
Langkah kecilnya ditemani oleh sejuknya udara sore membawanya kembali ke tempat tinggalnya sementara. Saat diperjalanan banyak pasang mata yang memperhatikannya, hal ini sempat Pandu kebingungan apakah ada seseorang yang menjahilinya ketika berada di kampus atau tidak. Atau resleting celananya terbuka, tapi semuanya tidak terjadi. Ternyata sosok Gasimah ikut berjalan dibelakang tanpa sepengetahuan dari Pandu. Ia bisa membuat orang-orang disekitarnya dapat melihat sosoknya.
“Maaf yah, udah peraturan di sini kan enggak boleh bawa perempuan,” ucap penjaga kosan menghadang Pandu.
“Hah? Saya sendiri---,” otaknya tersambar ilham, ia langsung menyadari sosok Gasimah berjalan dibelakangnya. Kepalanya dengan cepat memutar kebelakang, tetapi sosok yang disangka tidak ada. “enggak ada mas, coba liat deh pelan-pelan,” pintanya.
“Eh iya dong, tadi ada---,” Pandu memberitahu penjaga kosan agar jangan sering bergadang agar tidak berimajinasi yang aneh-aneh.
Pandu berjalan ke atas, saat di depan pintu kosannya perasaannya sudah tidak enak. Pintu dibuka pelan-pelan, benar saja sosok Gasimah sudah duduk di atas kasur sambil tersenyum. Dengan pakaian gaun putih panjang dan rambut hitam mengkilat. Pandu mencoba bersikap biasa saja, karena sosok ini sebenarnya tidak mengganggu malah membantunya saat di ruang eksekusi. Lalu tiba-tiba ada angin dari mana, Pandu ingin menanyakan tentang kejadian sebenarnya di ruang eksekusi.
“Sore Gasimah, aku boleh---,” belum selesai kata berucap, Gasimah sudah membalas.
“Maaf aku enggak bisa cerita, soalnya sosok itu pasti nanti tahu….,” ucapnya sambil memperlihatkan raut wajah sedih.
“Oh begitu,” karena sudah mengetahui bahwa Gasimah bisa membaca isi hati, Pandu tidak mengucapkan apa-apa lagi.
“Seru yah tadi di kampus, tapi aku enggak suka kamu deket-deket sama cewek cebol itu!” kali ini dengan cara merajuk.
“Hah? Lulu? Dia temen aja kok, lagian siapa sih yang suka sama Lulu? Suaranya aja bikin sakit kepala,” mengucapkannya sambil tertawa.
Di lain tempat, dua bersaudara sedang menonton video uji nyali ruang eksekusi goa bekas penjajah. Satu bergaya normal sedangkan satunya bergaya eksentrik. Yang satu mengamati dengan serius, sedangkan satu laginya mengomentari hampir setiap detik video yang berjalan maju itu. Tiba saat di momen Pandu pingsan, satu orang yang bergaya eksentrik memberhentikan videonya.
“Coba bagian ini diterawang, ada apa yah?” pintanya kepada saudaranya yang bergaya normal.
“Merah, besar, marah,” hanya tiga kata yang terucap.
“Boleh….boleh, kita berangkat besok!” layar laptop ditutup, orang itu berjalan keluar dari ruangannya.
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas