- Beranda
- Stories from the Heart
Satu Kelas Dengan Dia
...
TS
aguzblackrx
Satu Kelas Dengan Dia
Horror, Romance


Quote:
PROLOG
Bagas tak sengaja menjadi indigo karena insiden tenggelam di kolam empang yang berair kotor saat masih berumur 3 tahun yang membuat jiwanya terbawa ke alam gaib dan mendapat kemapuan bisa melihat makhuk tak kasat mata meski tidak sekaligus dan berangsur angsur lama hingga dia bertemu dengan sosok di sekolah nya yang membuat dirinya menyadari memiliki kemampuan dan mendapatkan sebuah tanggung jawab besar dalam hidupnya
Quote:
Spoiler for Jangan di Buka:
Quote:
Diubah oleh aguzblackrx 21-09-2024 09:52
dwi.haryana.982 dan 28 lainnya memberi reputasi
27
29.5K
1.6K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aguzblackrx
#80
Part 16
#Jantung
"Kakang ... "
Terdengar sayup sayup lembut Suara perempuan menyahut nama ku, baru saja mata ku terpejam sekian menit malah terbuka namun saat aku tersadar kini posisiku bukan ada di kamar ku.
Sebuah taman yang dihiasi bunga berwarna warni dan bermekaran sungguh indah dan elok dipandang mata. Kupu kupu berterbangan kesana kemari saling berkejaran satu sama lain dan sebagian ada yang hinggap diantara bunga yang ada di taman.
Pandangan ku teralihkan mana kala ada sosok perempuan yang tidak asing dari kejauhan. Mahkota, kemben dan selendangnya mengingatkan ku pada sosok perempuan yang menyelamatkan ku tadi siang.
Sosok itu berlutut di atas tanah berumput hijau ditopang oleh lutut dan tumitnya, kaki jenjangnya putih dengan selendang biru menjuntai jatuh ke tanah. Pandangan nya mengarah kepada bunga yang sedang ia pegang di tangkai nya. Lalu dicium oleh hidungnya yang mancung pada Sebuah bunga tulip bewarna merah muda.
Kehadiran ku disadari olehnya , wajahnya menoleh ke arah ku dengan senyuman penuh arti , bisa gembira , senang bahkan bahagia .
"Kakang kemarilah .... " Sahutnya dengan lambaian tangan nya dihiasi selendang biru nya yang terselip dijari manis dan tengah .
Sahutannya membuat ku menoleh ke kanan dan kiri , namun tidak ada orangpun laki laki lain kecuali diri ku sendiri
" .... Aku ? " Tanya ku memastikan
"Kemarilah kakang bagas " ucapannya lalu berdiri dengan anggunnya.
Jari tangan lentiknya menggenggam setangkai bunga tulip berwarna merah muda yang diletakan sejajar dengan dada nya yang terlihat menyembulnya gunukan bukit kembar.
Tanpa ragu akupun melangkah demi langkah menghampirinya, begitu pula dengan dirinya melangkah maju perlahan menuju ke arahku hingga pada suatu titik kami bertemu. rasa yang kagum akan sebuah keanggunan mebius mataku dari sosok gadis berselendang biru itu. padahal hamparan bunga begitu indah ku lewati begitu saja.
Wajah dengan senyum itu seolah menyambut kedatangan ku dengan penuh rasa cinta kasih.
Magis dan membius begitulah yang aku rasakan sebuah pelukan hangat membenamkan ku pada sebuah kedamaian yang baru pertama kali aku rasakan. Sebuah dekapan dan pelukan seolah dari yang terkasih.
Tangan lembut menyentuh wajah ku "Kakang , akhirnya kita bisa bertemu lagi " ucapnya membuka pembicaraan dengan senyum mereka .
"Kakang , maksud mu .... aku? Bukan kah kau bilang .... " Tanya ku yang terpotong oleh ucapanya
"Iya kakang.selama 12 tahun aku menunggu mu saat saat indah seperti ini, " ucapnya yang membuat ku heran
"Kenapa dengan ku, dan siapakah kau sebenarnya , tidak pernah aku temukan jawaban atas pertanyaan ku setelah beberapa kali menyelamatkan ku" kata ku mempertanyakan segala apa yang mengganjal dari dalam batin ku selama ini.
"Aku adalah hidup mu kakang, dan kau adalah hidup ku" ucapnya bagiku cukup berbelit belit.
"Nama ku Dewi Sukma kelana " sambungnya
"Jadi itu nama mu? Lantas dari mana asal mu? " Tanya ku memastikan
"Asal Kami dari kerajaan Utara, hanyalah pengawal istana kerjaan rendahan , namun suatu ketika kami diutus oleh junjungan kami untuk tapa Brata selama 100 tahun di Gunung Manapa agar ilmu kami meningkat" ucapnya lalu mengajak ku duduk di atas kursi dari kayu yang terbelah.
"Ketahuilah jika kami berhasil meningkatkan ilmu kami sesuai yang dititah raja, maka kami berhak menjadi panglima kerajaan yang baru namun hanya dengan 12 tahun itu membuat kekuatan kami meningkat Beratus ratus kali lipat berkat mu kakang. " Sambungnya yang membuat mengerutkan dahi.
"Memang apa yang telah aku lakukan pada mu? " Tanya ku heran dengan kalimat yang dia ucapkan
" Kakang, Dirimu memiliki aura khusus , awalnya sebuah kesalahan kami yang hanya menolong mu, hanya saja saat merasuki raga mu kami menemukan aura dan kekuatan yang hebat. Sehingga dalam waktu kurun 12 tahun kemampuan kami meningkat Beratus ratus kali lipat" ucapnya
"Hanya saja, jika saja dulu aku keluar dari raga mu maka tentu saja raga mu tidak akan kuat lama karena sebagian aura mu sempat diambil oleh jin laknat yang telah merusak sebagian organ dalam mu yaitu jantung. Sehingga aku harus menunggu penyembuhan sempurna organ dalam mu hingga kau Dewasa nanti. " Ucapnya menjelaskan
"Oh jadi , selama ini kau ada di dalam tubuh ku dan menyerap aura ku? Sekaligus menunggu penyembuhan ku?" Tanya ku merentet bagaikan roket
"Aku hanya terserap oleh auramu , jadi tidak menyerapnya . jantung mu adalah jantung ku yang kau gunakan sekarang , jantung milik mu masih belum sempurna untuk digunakan kembali " ucapnya seraya menyentuh dada kiri ku.
Tatapan ku mengedar ke tangan lalu berakhir ke wajah cantiknya.
" Hanya karena itu? . Tapi Kenapa kau baru akhir akhir ini menjumpai ku padahal kau bisa kapan saja datang." Tanya ku yang sempat menyentuh bahu nya
"Rajah dari ustadz muda itu hanya mampu bertahan hingga kau memasuki akhil baligh sehingga mata batin mu terbuka perlahan hingga saat ini" jawab Dewi Sukma Kelana
"Jadi begitu yah, tapi dari mana aku memiliki aura yang khusus ini Dewi?"tanya ku sambil mengarahkan mata ku ke langit biru
" Sepertinya, kakang adalah salah atau keturunan Patih Pajajaran Ki Ageng Panji , dia sebagai Patih terbaik Siliwangi yang dipilih karena hampir setara kekuatannya dengan prabu Siliwangi dan merupakan sahabat karib sang prabu." Ucapnya yang membuat ku tercengang
"Jadi aura dan darah nya mengalir di dalam. Tubuh ku begitu?"
"Betul kakang , itu sesuai penjelasan dari raja kami dari Utara . Ciri nya dari sebuah tanda hitam samar ada di pelipis wajah mu " ucapnya sambil mengusap pelipis pipi wajah ku sebelah kiri yang memang sudah aku ketahui sejak kecil.
"Ah ... Masa iya sih? "
"Tentu kakang. Itu anugrah yang kau miliki , banyak potensi kekuatan yang bisa kau kembangkan dengan cara berlatih " kata dewi Sukma lalu berdiri dari duduknya.
"Aku tidak membutuhkannya, lagi pula apa enaknya memiliki ilmu tapi tidak berguna , lebih baik aku jadi orang biasa saja" sahut ku pada Dewi yang masih tersenyum ke arah ku
"Sebuah titipan memilki tanggung jawab besar kakang, suatu saat nanti kau akan memerlukannya " ucap Dewi Sukma yang sempat dibenarkan oleh ku dengan beberapa peristiwa yang terjadi
"Tapi, aku tak mau ada beban seperti ini,semenjak aku bisa melihat makhluk gaib aku sangat ketakutan melihat mereka" kata ku mengeluh dari seorang pengecut seperti ku
"Takdir dari yang maha kuasa tidak bisa dihindarkan kakang " ucap Dewi Sukma merangkul pinggang ku lalu kepalanya menyandarkan dibahu kiri ku
Perilakunya membuat diriku merasa tidak nyaman. Terlalu dini bagi ku mendapatkan sebuah perhatian lebih bahkan cinta yang hanya didapatkan oleh orang dewasa.
Aku tertegun dan pasrah saja dari pelukannya .
"Mau kah kakang tetap bersama ku selamanya ? " Tanya Dewi Sukma yang membuat ku tercengang
"Tidak.... tidak mungkin , dunia kita berbeda , " pelukan dan dekapanya ku lepas seketika lalu bangkit mundur menjauhi Dewi Sukma kelana.
Reaksi Dewi Sukma menatap ku dengan penuh keheranan, matanya menatap sendu dan tidak percaya dengan reaksi ku.
"Tapi kakang, bagaimana hidup mu nanti tanpa jantung ku?" Tanya Dewi Sukma
"Ini ... " Tangan ku meraba dada kiri ku sambil menatap wajah dan Dewi Sukma yang sudah berkaca kaca.
"Jika kakang tidak menerimaku, biarkan aku tetap disamping mu kakang, ku mohon " ucapnya sambil terisak tangis
Lagi lagi aku tidak tega melihat seorang gadis harus menangis di hadapan ku. Akhirnya hati ku luluh tak berdaya terpaksa menerima Dewi Sukma Kelana meski hanya dekat denganku saja.
Dada ku menghela napas dalam kemudian mengeluarkannya perlahan lalu berucap
"Baiklah , kau boleh berada di dekat ku tapi hanya sebatas di rumah saja , jika aku sedang sekolah maka kau tidak boleh ikut. "
Wajah Dewi Sukma kelana pun berubah dari yang tadi menangis menjadi tersenyum. Lalu diusapnya air mata di wajahnya
"Terima kasih kakang. Bagi ku itu sudah cukup tapi ... " Ucapnya terhenti
"Tapi kenapa? " Tanya ku penasaran
"Tapi hati ku tetap mencintai mu, boleh kah? " Tanya nya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain
"... Itu hak mu , Dewi Sukma Kelana" ucap ku yang membuat dirinya menoleh ke arahku dengan senyuman khas nya
" Sungguh? , aku sangat bahagia kakang" ucapnya tersenyum bahagia lalu mendekati ku dan berbisik "Sebut saja aku Anna , lebih akrab kakang " sambung nya
"Anna? Panggilan yang lucu " sahut ku sambil tersenyum ke arahnya .
"Sekarang kita berteman yah kakang?" Ucap Anna
"Tentu , Anna ... " Sahut ku menimpali dengan tawa kecil
Raut kebahagian seolah tidak terbendung lagi dari dalam dirinya , tingkahnya seolah seperti anak kecil yang mendapat hadiah dari orangtuanya. Namun tiba tiba sebuah ciuman mendarat di pipi kanan dan kiri ku lalu memeluk ku dengan cara melompat lompat dan memutar.
Tak ingin merusak suasana hatinya aku hanya bisa mengikuti irama dari lompatan dan teriakannya .
Seperti sebuah virus akupun terbawa bahagia mana kala dia bahagia. Aku sadar jantungnya adalah jantung ku juga. Setiap rasa yang dia rasakan akan sama aku rasakan. Pantas saja saat aku bersama Hesty, maka Ana akan merasakan rasa cemburu yang merupakan kebalikan respon dari ku.
Akupun harus berhati hati ketika bersama Hesty jangan sampai terbawa oleh sisi emosional manusiawi yaitu perasaan cinta.
"Anna, dengarkan aku" ucap ku menghentikan gerakan lompatan ana.
"Kenapa kakang?" Tanya Anna yang masih menggenggam kedua tangan ku
"Jantung ku, kapan bisa sembuh dan kembali pada ku?" tanya ku bersungguh sungguh dengan menatap penuh harap pada Anna.
"Setelah kau Dewasa kakang " jawabnya singkat namun masih ambigu bagi ku
"Dewasa itu kapan? 18 tahun, 20, 25 atau... ? " Tanya ku pada Ana
Akan tetapi ana hanya menggeleng gelengkan kepalanya seolah tidak tahu pasti.
"Itu kata Junjunan ku kakang, yang pasti akan ada tanda tanda nya , aku belum diberi perintah untuk mengatakannya" jawabnya lalu kepala Anna tertunduk .
"Maafkan aku kakang " sambung ana
Lagi lagi aku menghela napas panjang, mencoba menerima apa yang sudah ditakdirkan yang maha kuasa.
"Tak apa Anna, kau sudah berjasa dalam hidup ku. Kau adalah hidup ku sekarang. Tak perlu risau dengan apa yang sudah ditakdirkan pada ku" ucapanku pada Anna lalu wajah dan sorot matanya kembali ke arah ku.
"Baik lah kakang, ... " Sahutnya dengan senyuman namun sebentar
"Anna ayo kita jalan jalan, lupakan saja sejenak ... " Seru ku pada Anna
Respon ana kembali dalam mode senyum bahagia nya. Anna menarik tangan ku dan mengajakku ke sebuah tempat di pingtian kolam ikan yang indah. Dipinggiran nya terapat berbagi macam pohon berdaun rindang.
Ikan ikan yang berwarna warni seperti ikan mas koi meliuk liuk di dalam air. Mereka seolah mengikuti arah ke datang kami.
Dalam kebersamaan ini , Anna banyak bercerita tentang masa kecil ku. Ketika aku menangis saat dipukul ibu karena ikut mencuri ikan di Empang pak ustd yang kala itu aku masih berumur 5 tahun yang tidak tahu apa apa.
Lalu pengalaman ketika disunat yang dirasakannya sangat aneh baginya sebagai seorang wanita. Serta permainan loncat tinggi (permainan perempuan) yang dikuasai ku padahal aku adalah laki laki yang ternyata kelihaian ku karena diarahkan oleh Anna. Serta kebiasaan ku dandan 1 jam didepan cermin adalah ulah Anna sendiri. Gelak tawa Anna dengan suara renyahnya perlahan membuat ku merasa sesuatu yang hampir aku rasakan bersama Hesty. Tapi mengapa ?
"Bagas, kau juga pernah ngerasa gak selalu dianggap mirip kyk perempuan?" Tanya Anna
"Hah...? " Mata ku terbelalak mendengar pertanyaan Anna yang mengingatkan ku pada ejekan teman satu SD ku yang selalu mengejek ku seperti gaya perempuan.
"Maaf kakang, Mungkin itu karena ku yang menikmati hidup bersama mu secara diam diam" ucapnya setengah menahan tawa
"Apah??? Rasakan ini Anna " ucap ku mengancam namun dalam mode becanda
Tangan ku menggelitik pinggang dan mencubit lengan Anna lalu dia berlari mengindari gelitikan ku sambil tertawa. Tawa nya yang renyah dan lucu membuat ku bernapsu meneruskan gelitikan ku.
Kami pun saling berkejaran di taman itu karena aku sempat tidak terima akan ulah Anna. Meski bercanda akan tetapi banyak teman sekelas SD ku dulu yang menganggap gelagat ku seperti anak perempuan namun Aku sendiri tidak merasa bergaya perempuan dan yang ku sadari ternyata itu semua karena Anna. Namun Anna seolah mengejek ku dan kami pun berkejaran.
Ingin sekali ku meraihnya namun kecepatan Anna tak bisa aku susul sampai suatu kesempatan Anna terjatuh akibat menginjak selendang biru nya , dan tak sengaja akupun jatuh dan menimpa tubuh Anna.
Posisi ku kini menindih tubuh Anna , napas ku terengah engah dan tertawa lebar mendapati Anna, akan tetapi napas ku seolah berhenti saat mata kami bertemu begitu pula dengan Anna menatap ku lekat lekat ...
(Berambung )
#Jantung
"Kakang ... "
Terdengar sayup sayup lembut Suara perempuan menyahut nama ku, baru saja mata ku terpejam sekian menit malah terbuka namun saat aku tersadar kini posisiku bukan ada di kamar ku.
Sebuah taman yang dihiasi bunga berwarna warni dan bermekaran sungguh indah dan elok dipandang mata. Kupu kupu berterbangan kesana kemari saling berkejaran satu sama lain dan sebagian ada yang hinggap diantara bunga yang ada di taman.
Pandangan ku teralihkan mana kala ada sosok perempuan yang tidak asing dari kejauhan. Mahkota, kemben dan selendangnya mengingatkan ku pada sosok perempuan yang menyelamatkan ku tadi siang.
Sosok itu berlutut di atas tanah berumput hijau ditopang oleh lutut dan tumitnya, kaki jenjangnya putih dengan selendang biru menjuntai jatuh ke tanah. Pandangan nya mengarah kepada bunga yang sedang ia pegang di tangkai nya. Lalu dicium oleh hidungnya yang mancung pada Sebuah bunga tulip bewarna merah muda.
Kehadiran ku disadari olehnya , wajahnya menoleh ke arah ku dengan senyuman penuh arti , bisa gembira , senang bahkan bahagia .
"Kakang kemarilah .... " Sahutnya dengan lambaian tangan nya dihiasi selendang biru nya yang terselip dijari manis dan tengah .
Sahutannya membuat ku menoleh ke kanan dan kiri , namun tidak ada orangpun laki laki lain kecuali diri ku sendiri
" .... Aku ? " Tanya ku memastikan
"Kemarilah kakang bagas " ucapannya lalu berdiri dengan anggunnya.
Jari tangan lentiknya menggenggam setangkai bunga tulip berwarna merah muda yang diletakan sejajar dengan dada nya yang terlihat menyembulnya gunukan bukit kembar.
Tanpa ragu akupun melangkah demi langkah menghampirinya, begitu pula dengan dirinya melangkah maju perlahan menuju ke arahku hingga pada suatu titik kami bertemu. rasa yang kagum akan sebuah keanggunan mebius mataku dari sosok gadis berselendang biru itu. padahal hamparan bunga begitu indah ku lewati begitu saja.
Wajah dengan senyum itu seolah menyambut kedatangan ku dengan penuh rasa cinta kasih.
Magis dan membius begitulah yang aku rasakan sebuah pelukan hangat membenamkan ku pada sebuah kedamaian yang baru pertama kali aku rasakan. Sebuah dekapan dan pelukan seolah dari yang terkasih.
Tangan lembut menyentuh wajah ku "Kakang , akhirnya kita bisa bertemu lagi " ucapnya membuka pembicaraan dengan senyum mereka .
"Kakang , maksud mu .... aku? Bukan kah kau bilang .... " Tanya ku yang terpotong oleh ucapanya
"Iya kakang.selama 12 tahun aku menunggu mu saat saat indah seperti ini, " ucapnya yang membuat ku heran
"Kenapa dengan ku, dan siapakah kau sebenarnya , tidak pernah aku temukan jawaban atas pertanyaan ku setelah beberapa kali menyelamatkan ku" kata ku mempertanyakan segala apa yang mengganjal dari dalam batin ku selama ini.
"Aku adalah hidup mu kakang, dan kau adalah hidup ku" ucapnya bagiku cukup berbelit belit.
"Nama ku Dewi Sukma kelana " sambungnya
"Jadi itu nama mu? Lantas dari mana asal mu? " Tanya ku memastikan
"Asal Kami dari kerajaan Utara, hanyalah pengawal istana kerjaan rendahan , namun suatu ketika kami diutus oleh junjungan kami untuk tapa Brata selama 100 tahun di Gunung Manapa agar ilmu kami meningkat" ucapnya lalu mengajak ku duduk di atas kursi dari kayu yang terbelah.
"Ketahuilah jika kami berhasil meningkatkan ilmu kami sesuai yang dititah raja, maka kami berhak menjadi panglima kerajaan yang baru namun hanya dengan 12 tahun itu membuat kekuatan kami meningkat Beratus ratus kali lipat berkat mu kakang. " Sambungnya yang membuat mengerutkan dahi.
"Memang apa yang telah aku lakukan pada mu? " Tanya ku heran dengan kalimat yang dia ucapkan
" Kakang, Dirimu memiliki aura khusus , awalnya sebuah kesalahan kami yang hanya menolong mu, hanya saja saat merasuki raga mu kami menemukan aura dan kekuatan yang hebat. Sehingga dalam waktu kurun 12 tahun kemampuan kami meningkat Beratus ratus kali lipat" ucapnya
"Hanya saja, jika saja dulu aku keluar dari raga mu maka tentu saja raga mu tidak akan kuat lama karena sebagian aura mu sempat diambil oleh jin laknat yang telah merusak sebagian organ dalam mu yaitu jantung. Sehingga aku harus menunggu penyembuhan sempurna organ dalam mu hingga kau Dewasa nanti. " Ucapnya menjelaskan
"Oh jadi , selama ini kau ada di dalam tubuh ku dan menyerap aura ku? Sekaligus menunggu penyembuhan ku?" Tanya ku merentet bagaikan roket
"Aku hanya terserap oleh auramu , jadi tidak menyerapnya . jantung mu adalah jantung ku yang kau gunakan sekarang , jantung milik mu masih belum sempurna untuk digunakan kembali " ucapnya seraya menyentuh dada kiri ku.
Tatapan ku mengedar ke tangan lalu berakhir ke wajah cantiknya.
" Hanya karena itu? . Tapi Kenapa kau baru akhir akhir ini menjumpai ku padahal kau bisa kapan saja datang." Tanya ku yang sempat menyentuh bahu nya
"Rajah dari ustadz muda itu hanya mampu bertahan hingga kau memasuki akhil baligh sehingga mata batin mu terbuka perlahan hingga saat ini" jawab Dewi Sukma Kelana
"Jadi begitu yah, tapi dari mana aku memiliki aura yang khusus ini Dewi?"tanya ku sambil mengarahkan mata ku ke langit biru
" Sepertinya, kakang adalah salah atau keturunan Patih Pajajaran Ki Ageng Panji , dia sebagai Patih terbaik Siliwangi yang dipilih karena hampir setara kekuatannya dengan prabu Siliwangi dan merupakan sahabat karib sang prabu." Ucapnya yang membuat ku tercengang
"Jadi aura dan darah nya mengalir di dalam. Tubuh ku begitu?"
"Betul kakang , itu sesuai penjelasan dari raja kami dari Utara . Ciri nya dari sebuah tanda hitam samar ada di pelipis wajah mu " ucapnya sambil mengusap pelipis pipi wajah ku sebelah kiri yang memang sudah aku ketahui sejak kecil.
"Ah ... Masa iya sih? "
"Tentu kakang. Itu anugrah yang kau miliki , banyak potensi kekuatan yang bisa kau kembangkan dengan cara berlatih " kata dewi Sukma lalu berdiri dari duduknya.
"Aku tidak membutuhkannya, lagi pula apa enaknya memiliki ilmu tapi tidak berguna , lebih baik aku jadi orang biasa saja" sahut ku pada Dewi yang masih tersenyum ke arah ku
"Sebuah titipan memilki tanggung jawab besar kakang, suatu saat nanti kau akan memerlukannya " ucap Dewi Sukma yang sempat dibenarkan oleh ku dengan beberapa peristiwa yang terjadi
"Tapi, aku tak mau ada beban seperti ini,semenjak aku bisa melihat makhluk gaib aku sangat ketakutan melihat mereka" kata ku mengeluh dari seorang pengecut seperti ku
"Takdir dari yang maha kuasa tidak bisa dihindarkan kakang " ucap Dewi Sukma merangkul pinggang ku lalu kepalanya menyandarkan dibahu kiri ku
Perilakunya membuat diriku merasa tidak nyaman. Terlalu dini bagi ku mendapatkan sebuah perhatian lebih bahkan cinta yang hanya didapatkan oleh orang dewasa.
Aku tertegun dan pasrah saja dari pelukannya .
"Mau kah kakang tetap bersama ku selamanya ? " Tanya Dewi Sukma yang membuat ku tercengang
"Tidak.... tidak mungkin , dunia kita berbeda , " pelukan dan dekapanya ku lepas seketika lalu bangkit mundur menjauhi Dewi Sukma kelana.
Reaksi Dewi Sukma menatap ku dengan penuh keheranan, matanya menatap sendu dan tidak percaya dengan reaksi ku.
"Tapi kakang, bagaimana hidup mu nanti tanpa jantung ku?" Tanya Dewi Sukma
"Ini ... " Tangan ku meraba dada kiri ku sambil menatap wajah dan Dewi Sukma yang sudah berkaca kaca.
"Jika kakang tidak menerimaku, biarkan aku tetap disamping mu kakang, ku mohon " ucapnya sambil terisak tangis
Lagi lagi aku tidak tega melihat seorang gadis harus menangis di hadapan ku. Akhirnya hati ku luluh tak berdaya terpaksa menerima Dewi Sukma Kelana meski hanya dekat denganku saja.
Dada ku menghela napas dalam kemudian mengeluarkannya perlahan lalu berucap
"Baiklah , kau boleh berada di dekat ku tapi hanya sebatas di rumah saja , jika aku sedang sekolah maka kau tidak boleh ikut. "
Wajah Dewi Sukma kelana pun berubah dari yang tadi menangis menjadi tersenyum. Lalu diusapnya air mata di wajahnya
"Terima kasih kakang. Bagi ku itu sudah cukup tapi ... " Ucapnya terhenti
"Tapi kenapa? " Tanya ku penasaran
"Tapi hati ku tetap mencintai mu, boleh kah? " Tanya nya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain
"... Itu hak mu , Dewi Sukma Kelana" ucap ku yang membuat dirinya menoleh ke arahku dengan senyuman khas nya
" Sungguh? , aku sangat bahagia kakang" ucapnya tersenyum bahagia lalu mendekati ku dan berbisik "Sebut saja aku Anna , lebih akrab kakang " sambung nya
"Anna? Panggilan yang lucu " sahut ku sambil tersenyum ke arahnya .
"Sekarang kita berteman yah kakang?" Ucap Anna
"Tentu , Anna ... " Sahut ku menimpali dengan tawa kecil
Raut kebahagian seolah tidak terbendung lagi dari dalam dirinya , tingkahnya seolah seperti anak kecil yang mendapat hadiah dari orangtuanya. Namun tiba tiba sebuah ciuman mendarat di pipi kanan dan kiri ku lalu memeluk ku dengan cara melompat lompat dan memutar.
Tak ingin merusak suasana hatinya aku hanya bisa mengikuti irama dari lompatan dan teriakannya .
Seperti sebuah virus akupun terbawa bahagia mana kala dia bahagia. Aku sadar jantungnya adalah jantung ku juga. Setiap rasa yang dia rasakan akan sama aku rasakan. Pantas saja saat aku bersama Hesty, maka Ana akan merasakan rasa cemburu yang merupakan kebalikan respon dari ku.
Akupun harus berhati hati ketika bersama Hesty jangan sampai terbawa oleh sisi emosional manusiawi yaitu perasaan cinta.
"Anna, dengarkan aku" ucap ku menghentikan gerakan lompatan ana.
"Kenapa kakang?" Tanya Anna yang masih menggenggam kedua tangan ku
"Jantung ku, kapan bisa sembuh dan kembali pada ku?" tanya ku bersungguh sungguh dengan menatap penuh harap pada Anna.
"Setelah kau Dewasa kakang " jawabnya singkat namun masih ambigu bagi ku
"Dewasa itu kapan? 18 tahun, 20, 25 atau... ? " Tanya ku pada Ana
Akan tetapi ana hanya menggeleng gelengkan kepalanya seolah tidak tahu pasti.
"Itu kata Junjunan ku kakang, yang pasti akan ada tanda tanda nya , aku belum diberi perintah untuk mengatakannya" jawabnya lalu kepala Anna tertunduk .
"Maafkan aku kakang " sambung ana
Lagi lagi aku menghela napas panjang, mencoba menerima apa yang sudah ditakdirkan yang maha kuasa.
"Tak apa Anna, kau sudah berjasa dalam hidup ku. Kau adalah hidup ku sekarang. Tak perlu risau dengan apa yang sudah ditakdirkan pada ku" ucapanku pada Anna lalu wajah dan sorot matanya kembali ke arah ku.
"Baik lah kakang, ... " Sahutnya dengan senyuman namun sebentar
"Anna ayo kita jalan jalan, lupakan saja sejenak ... " Seru ku pada Anna
Respon ana kembali dalam mode senyum bahagia nya. Anna menarik tangan ku dan mengajakku ke sebuah tempat di pingtian kolam ikan yang indah. Dipinggiran nya terapat berbagi macam pohon berdaun rindang.
Ikan ikan yang berwarna warni seperti ikan mas koi meliuk liuk di dalam air. Mereka seolah mengikuti arah ke datang kami.
Dalam kebersamaan ini , Anna banyak bercerita tentang masa kecil ku. Ketika aku menangis saat dipukul ibu karena ikut mencuri ikan di Empang pak ustd yang kala itu aku masih berumur 5 tahun yang tidak tahu apa apa.
Lalu pengalaman ketika disunat yang dirasakannya sangat aneh baginya sebagai seorang wanita. Serta permainan loncat tinggi (permainan perempuan) yang dikuasai ku padahal aku adalah laki laki yang ternyata kelihaian ku karena diarahkan oleh Anna. Serta kebiasaan ku dandan 1 jam didepan cermin adalah ulah Anna sendiri. Gelak tawa Anna dengan suara renyahnya perlahan membuat ku merasa sesuatu yang hampir aku rasakan bersama Hesty. Tapi mengapa ?
"Bagas, kau juga pernah ngerasa gak selalu dianggap mirip kyk perempuan?" Tanya Anna
"Hah...? " Mata ku terbelalak mendengar pertanyaan Anna yang mengingatkan ku pada ejekan teman satu SD ku yang selalu mengejek ku seperti gaya perempuan.
"Maaf kakang, Mungkin itu karena ku yang menikmati hidup bersama mu secara diam diam" ucapnya setengah menahan tawa
"Apah??? Rasakan ini Anna " ucap ku mengancam namun dalam mode becanda
Tangan ku menggelitik pinggang dan mencubit lengan Anna lalu dia berlari mengindari gelitikan ku sambil tertawa. Tawa nya yang renyah dan lucu membuat ku bernapsu meneruskan gelitikan ku.
Kami pun saling berkejaran di taman itu karena aku sempat tidak terima akan ulah Anna. Meski bercanda akan tetapi banyak teman sekelas SD ku dulu yang menganggap gelagat ku seperti anak perempuan namun Aku sendiri tidak merasa bergaya perempuan dan yang ku sadari ternyata itu semua karena Anna. Namun Anna seolah mengejek ku dan kami pun berkejaran.
Ingin sekali ku meraihnya namun kecepatan Anna tak bisa aku susul sampai suatu kesempatan Anna terjatuh akibat menginjak selendang biru nya , dan tak sengaja akupun jatuh dan menimpa tubuh Anna.
Posisi ku kini menindih tubuh Anna , napas ku terengah engah dan tertawa lebar mendapati Anna, akan tetapi napas ku seolah berhenti saat mata kami bertemu begitu pula dengan Anna menatap ku lekat lekat ...
(Berambung )
Araka dan 14 lainnya memberi reputasi
15

