akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.3K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•41.7KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#270
CHAPTER 65 - STILL REMAIN
Spoiler for KinderJoy:


Lama banget rasanya ga ngerasain naik bis gede. Terakhir kali momen aku naik bis gede ya pas awal kelas 1 SMA. Itu juga gegara ngikut study tour yang diwajibkan sekolah. Berselang jarak lama banget baru sekarang ini aku bisa ngerasain lagi kesempatan naik bis gede. Tujuannya sih ga jauh amat, 2 jam perjalanan menuju ke kota sebelah. Jam 8 pagi dengan menenteng backpack, dari rumah aku ngangkot ke terminal b**g*r*s*h. Tujuanku selanjutnya adalah kota yang terkenal dengan buah apelnya.

" Enak kali ya nyetir bis gede, berasa kek penguasa jalanan. "
" Salip sana salip sini, kalo ada pengemudi lain tengil...pepet aja bos! "
" Aku pingin deh suatu hari nanti nyobain jadi sopir bis.
" perasaanku sekarang seneng banget, aku emang sengaja memilih kursi penumpang dan duduk tepat di belakang pak sopir yang sedang bekerja.
(Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk)emoticon-Forum Music

Tujuanku ke kota m*l**g adalah menemui temannya om Thomas, namanya Om Ferry. Berbekal alamat rumah yang diberikan papanya Siska, aku kudu nemuin alamat rumah ini yang berada di kawasan Suh*t. Suasana ramai dan hiruk pikuknya kota ini masih terlihat lebih manusiawi dibandingkan kotaku. Ga terlalu banyak kemacetan di jalan-jalannya. Kepadatan jalanan rasanya masih bisa ditolerir. Di daerah kawasan yang aku tuju sekarang ini rupanya adalah sebuah kawasan yang dipenuhi dengan ruko-ruko perkantoran & banyak kampus tersebar dalam satu kawasan yang berdekatan. Sedangkan kawasan perumahan disekitarnya banyak didominasi kompleks rumah yang difungsikan sebagai kos-kosan mahasiswa/ mahasiswi.

Rumah besar berpagar besi tinggi dengan ukiran relief terlihat gagah berdiri. Rumah yang bernuansa nyaman banget untuk hidup bahagia menua bersama keluarga. Rumah om Ferry bergaya arsitektur klasik elegan dengan halaman yang cukup luas. Sebuah mobil sedan mewah keluaran pabrikan Eropa terparkir sombong di halaman rumah itu. Om Ferry menemuiku setelah barusan dikontak papanya Siska kalo aku bakalan datang ke rumahnya. Om Ferry adalah pribadi yang humble banget dan lucu. Rasanya aku jadi betah ngobrol berlama-lama dengan dia. Aku memberikan paspor dan visa ku yang dia foto dengan kamera ponselnya. Rupanya dia mengirimkan berkasku pada saudaranya di mainland. Sebelumnya om Thomas emang nyuruh aku buat bawa dokumen yang diperlukan untuk diurus duluan. Mungkin kerabat Om Ferry disana bakalan ngurusin segala sesuatunya duluan.

" Kamu kesini naik apa, Saka? "

" Saya tadi kesini naik bis, om. "

" Mending pulangnya besok aja, ntar sekalian barengan ama om. "
" Kebetulan besok om mau anter Sherly ke bandara
. " ucap Om Ferry tersenyum ramah.
"Wah " pikirku emoticon-Leh Uga

Dengan perasaan berat hati akhirnya aku menolak secara halus tawaran baik Om Ferry, walaupun dalam hati kecilku sebenarnya aku sih mengiyeskan tawaran berlian itu. Gimana ga berlian? pas tadi dikenalin ama anaknya om Ferry yang kebetulan lagi sibuk di depan laptopnya. Sosok cewek yang cantik banget datang menghampiri aku yang asyik ngobrol ama Om Ferry. Cewek itu menyebutkan namanya Sherly waktu kami saling berjabat tangan. Senyumnya itu loh...ibarat seorang drummer, dia sukses bikin jantungku langsung runtuh dan ambyar perlahan kena permainan double pedalnya. (Halah Lebay!)emoticon-Blue Guy Bata (S)

" Ini sih Agnes Mo kW super plus plus. " Lagi-lagi batinku senang banget (langsung atraksi salto kayang jumpalitan berbagai macam atraksi barongsai)emoticon-Genit

Sempat ngeliat data di pasporku Sherly bilang kalo usianya sepantaran denganku. Aku yang masih bengong karena mengamati detil wajahnya. Secara ga sadar bergumam sendiri kalo wajahnya itu loh plek ketiplek banget ama Agnez Mo. Aku inget banget karena aku dulu suka banget sama Agnes Mo di lagu " Tak Ada Logika " tahun 2005 an. Agnes Monica waktu itu identik berpenampilan ala Harajuku style. Cuma si Sherly rambutnya di highlight warna soft blonde bukan highlight warna pink kek Agnes Mo yang ori. (Ciyus?)emoticon-Wowcantik

Aku speechless dan sering hilang konsentrasi waktu Sherly ikutan nimbrung ngobrol ama papanya dan aku. Senyuman Sherly yang teduh, sering menyerang jantungku tiba-tiba. Aku takut kalo nanti sampe masuk UGD dan dibawa ke i see you (woy garing! ) emoticon-Mad

" Jadi bingung nih pingin jadi menantunya siapa? " ( woy..geer! )emoticon-Mad

Dengan berat hati aku minta ijin ke Om Ferry dan Sherly untuk pamit pulang duluan. Padahal sebenarnya aku masih betah banget ngobrol ama Sherly, soalnya pas dia senyum rasanya semua rasa hausku langsung hilang. (Ya kali dia sejenis es cendol dawet 500an ga pake ketan)emoticon-Forum Musicemoticon-Ngakak (S)

" Mudah-mudahan di lain waktu nanti kita bisa ketemu lagi..masih tetap di channel yang sama " doaku dalam hati

Quote:



XXXXX



Mumpung aku masih ada disini, rasanya ga ada salahnya aku mengunjungi dan ketemu ama seseorang yang udah lama ga aku temuin. Karena sekarang aku ga punya ponsel, aku bingung banget gimana aku dapat nemuin dia. Aku yakin kalo sekarang dia pasti lagi sibuk berkuliah. Sebenarnya aku inget dimana kampus Eva. Dulu sewaktu pertama kali dia mulai berkuliah, aku pernah diajak Eva ikut ke kampusnya. Sekarang aku masih ragu, dan menimbang nimbang pemikiranku. Apakah aku nemuin dia di kampusnya? atau di rumahnya?

" Sekarang Eva pasti udah move on dan punya pacar. "
" Apa aku salah kalo ketemu dia? "
" Gimana nanti ama pacarnya
? "

Sebenarnya Eva 2x datang menjengukku pas aku dalam keadaan koma. Pertama kalinya dia datang sendiri dianter ama omnya yang seorang dosen di sebuah kampus swasta di kotaku. Dan kedatangan keduanya bersama mama dan neneknya. Sayang, semua kedatangannya dalam situasi keadaanku yang masih juga mengalami koma. Jadi kami ga pernah ketemu lagi. Mbak Anna cerita kalo Eva adalah pribadi yang mudah banget akrab ama keluargaku. Aku setuju dengan pendapat kakakku, walaupun dia terlihat cuek dan absurd, tapi Eva adalah pribadi yang ramah dan gampang membaur bergaul. Aku jadi kangen tanding ujicoba ama Eva.emoticon-Malu (S)

Aku memutuskan buat nemuin Eva, nyoba keberuntunganku dengan mengarah tujuan ke kampus Eva yang ga seberapa jauh dari kediaman Om Ferry. Hanya dengan naik angkot sekali, aku udah sampai di depan kampus Eva. Sebuah sekolah tinggi ekonomi di kawasan terusan candi Kalasan. Aku nyoba tanya ke seorang cewek yang aku temuin di depan halaman kampus dimana fakultas Eva berada. Cewek anonim itu mengarahkan petunjuk arah yang harus aku lewati. Dan kebetulannya waktu aku mampir ke kampus Eva, rasanya bertepatan dengan berakhirnya jam kuliah. Rasanya keberuntungan masih berpihak ama aku. Di depan sebuah taman yang akan mengarah ke kantin kampus, aku kembali bertanya ama seorang cewek anonim. Aku menyebut nama Eva dan informasi angkatannya. Siapa tau cewek anonim ini tau. Lagi-lagi aku ngerasa kalo dewi fortuna bukanlah dewi persikk (halah)emoticon-Mad (S) Dewi keberuntungan masih ada di pihakku. Kebetulan yang ga settingan, cewek itu rupanya teman sekelas Eva. Dia ngasih tau kalo Eva tadi selepas kuliah mengarah ke arah kantin. Ga pingin kehilangan jejak, aku berjalan ke arah kantin yang ditunjuk cewek teman sekelas Eva.

Aku celingukan kek seorang debt colector sedang nagih tunggakan debitur. Menajamkan pandangan ke segala arah saat berada di depan pintu masuk kantin yang kelihatan gede banget ini. Ada banyak stand penjual berjajar. Deretan meja-meja dan kursi terisi penuh. Aku menghela nafas berat.

" Kamu apa kabar, Ka? "? " suara cewek terdengar familiar buatku menyertai sentuhan tangan terasa menyentuh pundak belakangku.

Refleks aku menoleh dan tersenyum ke arahnya.

" Aku baik kok. " Jawabku saat ngeliat dia tersenyum sangat cantik. Beda dengan dulu dia selalu tersenyum dengan cengiran absurdnya. Sekarang Eva terlihat berubah dengan tampilannya. Dia terlihat lebih feminim beda banget ama Eva yang dulu akrab denganku. Sayangnya rasa senangku kudu aku pendam supaya ga muncul ke permukaan lalu salto-salto.
Eva berdiri bersama seekor @su herder ganteng. Dari tampilannya herder ini keknya dari ras unggulan dari satuan k9 terawat. Aku rada insekyure dengan sosok k9 pilihan Eva.

" Gini ya rasanya, kalo ngeliat seseorang yang pernah kita sayangi udah ama cowok lain. " Batinku clekit-clekit ngerasain karmaku yang rasanya mulai perlahan mendatangiku.

Ga banyak hal yang aku bicarakan ama Eva di meja kantin yang sekarang kami tempati bertiga. Aku lebih banyak bicara dengan Eva melalui pandangan mata kami. Aku mengisyaratkan pandangan mataku kalo aku beneran ikhlas dan ikut bahagia dengan pilihan hidup Eva yang sekarang udah berjalan. Di sebuah kesempatan aku bisa ngeliat jelas genangan air di sudut matanya. Di akhir waktuku, aku ijin berpamitan pulang kepada Eva dan kekasihnya. Pandangan mata Eva menyiratkan kesedihan dan ketidakikhlasan dengan kabar yang aku ucapkan di pertemuan terakhir itu. Beberapa waktu ke depan aku akan mulai perjalanan panjangku untuk menuju sebuah tujuan yang aku yakini itu adalah jalan untukku selalu pulang. Siapakah dia? Sesosok yang akan aku sebut sebagai rumah untuk aku selalu pulang.

" Eva..Your memories still remain of me "emoticon-Embarrassment


XXXXX



Jadwal keberangkatanku dalam seminggu ke depan udah diagendakan om Thomas. Tiket keberangkatan kesana udah aku kantongi. Beberapa hari yang lalu om Thomas memintakan ijin duluan ke ibuku tentang alasanku berangkat ke mainland sana. Om Thomas sedikit berbohong soal ijin yang dimintakan ke ibuku. Dia beralasan kalo perlu bantuanku untuk mengurusi kerjaan om Thomas disana. Padahal sebenarnya kepentinganku disana adalah bawa balik si Arthur kembali kesini. Akupun bilang ke ibuku kalo aku pingin dapat pengalaman kerja. Di usiaku sekarang pekerjaan apapun harus banyak aku lakukan. Aku ga mau suatu saat pas usiaku udah matang, aku ga punya pengalaman dan kemampuan kerja sama sekali. Seenggaknya aku bisa mencoba beberapa bidang pekerjaan.

" Motormu ngarahnya mau kemana ini, pli?" Sore ini setelah ikut Kipli ngamen. Dia tanpa tanya persetujuanku, langsung bonceng aku ke arah yang aku yakini kalo arah ini menuju ke rumah Mala.

" Mala tadi minta tolong aku buat bawa kamu ke rumahnya. "

" Lah?"
" Kenapa kamu ga tanya aku dulu? "
" Akunya mau ga datang kesana?
" Protesku.

" Woy..berisik ! "

Aku hanya menghela nafas. Sambil mikir selama perjalanan.

" Ada apaan sih? "

Ga lama aku diturunkan Kipli di depan pagar rumah Mala, dia sendiri bersiap cabut pulang.

" Ntar katanya Mala yang nganterin kamu pulang." ucapnya sambil tersenyum jahat.

" Ini maksudnya Mala ngapain?"

Berselang beberapa menit, aku mencet bel rumah. Mala nongol dari balik pintu pagar rumahnya.

" Aku numpang mandi ya, Mal. "
" Badanku lengket semua nih. "

" Wani piro?
" Mala ngelirik judes.

" Hehehe..ntar aku bawain Aaron Kwok deh sepulang aku dari sana. " Aku terkekeh ngeliat ekspresi judes Mala. Akhirnya dia tau kalo aku bakalan pergi ke mainland karena mulut ember Kipli yang keceplosan ngomong. Dan hal itu langsung bikin Mala berakting lebay kalo dia bakalan ga punya teman buat ngebolang.

" Jadi pingin ngajak Mala sparring tipis-tipis deh. " Batinkuemoticon-Genit

Selesai numpang mandi di rumah Mala, aku ngira kalo abis ini kami hanya akan seperti biasanya duduk-duduk aja di teras rumah Mala. Aku lupa kalo Mala adalah cewek bolang, yang akan ngerengek ngajak pergi disaat kondisi dan ada kesempatan ngelakuin itu. Aku juga lupa kalo malem ini adalah malem Minggu. Pantesan aja Kipli tadi buru-buru ngajak pulang. Keknya dia mau ngapel ke pacarnya. Sedang aku yang jomblo & pengangguran ini sama sekali ga pernah tau malem apa tiap harinya. Perasaanku semua malem sama aja. (Kasihan!)emoticon-Ngakak (S)

Mala ga keberatan buat boncengin aku, tanganku masih rada kurang stabil buat ngendaliin stang motor. Aku sendiri ga tau mau diajak ke arah mana. Keknya motor Mala mengarah ke sebuah gerai es krim legendaris ikonik di kotaku.

" Rasanya aku kek ngeliat yang duduk di meja paling ujung itu Ajeng ya. " Batinku saat ngeliat dari jauh ke arah dalam gerai es krim itu ada seseorang yang lama ga aku jumpai.

" Ayo masuk kesana, Ka!"
" Ngapain kamu malah bengong disini
" Mala menyeret ujung kaosku buat ngikutin arah dia berjalan ke arah dalam.

" Mal, itu ada Ajeng loh di dalam. "

" Ya emang tujuan kita kesini kan ketemu mbak Ajeng, Ka. "

" Kok kamu tadi ga bilang kalo aku mau kamu ajak ketemuan ama Ajeng
. "

" Maaf ya, Ka. Mbak Ajeng yang maksa nyuruh kesini buat ngajak kamu ketemu dia. " Sahut Mala tersenyum menyeringai tanpa ngerasa bersalah.

" Oh.. ya udah kalo gitu. " Mau ga mau aku harus kesana, padahal selama ini aku emang sengaja mulai ngelupain semua hal yang pernah aku lalui ama Ajeng. Aku selalu mikir hanya buang-buang waktu kalo aku sampe berhubungan serius ama Ajeng. Banyak faktor yang bikin aku enggan buat berakrab ria ama dia. Salah satunya ya keluarganya dia ga akan mungkin welcome ama aku.

Ajeng menyambut kami dengan mengumbar senyuman manis andalannya. Jelas-jelas & pasti senyuman maut ini selalu bikin cowok-cowok yang ngeliatin dia mimisan atas bawah.emoticon-Ngakak (S)

"Hai, Ka."
" Gimana sekarang kondisi kamu? Udah baik kan
?"

Aku tersenyum mengangguk. Jujur..aku terpesona banget ngeliat penampilan elegan Ajeng malam ini. Walaupun keliatan simple dan sederhana tapi terlihat berkelas banget. Menggunakan atasan plain t-shirt ketat press body dengan model V neck, Ajeng terlihat sexy mempertontonkan lehernya yang putih dan jenjang. Ditambah riasan tipis di wajahnya yang pada dasarnya udah cantik banget. Rambutnya dibiarkan tergerai menutupi sebagian area belahan V neck t-shirtnya yang berbelahan rada rendah. Sedikit memperlihatkan pinggiran lereng bukitnya yang bernuansa mulus cerah. Perasaan dan moodku langsung meleyot melambai-lambai kek triplek tipis reyot yang dihantam angin puting beliung.

" Ah..Ajeng calon istri yang terlalu liga Champions Eropa buatku yang hanya liga 2 PSSI. "emoticon-Ngakak (S)

Aku dan Mala duduk bersebelahan menghadap arah Ajeng. Rupanya Ajeng udah memesan segelas Lovely Shake, menu es krim legendaris disini. Aroma coklat taburnya tercium tajam banget dari tempatku dan Mala duduk.

" Maaf ya, Ka. "
" Karena maksa kamu buat datang kesini. "
" Aku emang sengaja minta tolong ama Mala, soalnya aku bingung maunya hubungi kamu kemana? Nomor ponsel ama kontak BB kamu udah ga aktif ya?
."

Mala pergi ijin ke toilet,
Ajeng langsung berpindah duduk di sampingku. Ajeng tanpa ragu meraih jemari kiri tanganku. Ditelusupkannya jarinya di sela jari-jariku. Dia terus mengumbar senyumnya. Rahangku sampe capek ngikutin Ajeng senyum.

" Mala pasti dipaksa ikutan kongkalikong ama Ajeng." Batinku.

" Aku udah ga punya HP lagi, Jeng. "
" Dari aku dirawat di RS ponsel BBku ga tau rimbanya, entah hilang atau disimpan siapa, aku lupa keberadaannya
. "

Ajeng tersenyum, dia tanpa permisi bergeser pelan mendekat ke arahku. Ajeng meluk pinggangku, kepalanya disandarkan ke bahuku.

" Aku kangen banget ama kamu, Ka. "
" Kemarin-kemarin pas kamu koma, aku kuatir banget ama kondisi kamu. "
" Aku benci banget ama Siska. Pasti semua gara-gara dia kamu jadi gini kan
. " Bisik Ajeng di deket telingaku. Tangan kirinya meraba lembut tanganku, Ajeng menyingkap sedikit ujung lengan kaos panjangku. Dia ngeraba dan memastikan sekujur lenganku udah beneran sembuh lukanya.Pasti dia diceritain Mala kondisiku, dimana aja luka-luka yang aku alami.

" Peristiwa yang menimpaku bukan salahnya Siska, Jeng. "
" Kamu jangan benci ama dia ya! "

" Kamu masih aja selalu belain mantan kamu itu?
"

Aku menggeleng, karena aku emang ga pernah mengkambinghitamkan siapapun dalam peristiwa itu. Terutama Siska. Semua masalahnya aku sadari murni karena kejengkelan dan dendam Arthur ama aku. Terutama masalah dia yang udah dipermalukan ama keluarga cewek yang udah ditidurinya. Salah sendiri kenapa dia ga mau tanggung jawab.
Quote:


Entahlah mungkin Mala sekarang lagi ke toilet di Senegal sana kali ya. Sedari tadi dia ga juga balik ke meja. Keknya Mala ngasih aku kesempatan buat ngobrol berduaan ama Ajeng. Pesanan es krim Mala terpaksa aku embat sedikit demi sedikit. Punyaku abis. Ngobrol ama Ajeng bikin cepet haus.

" Apa Ajeng sengaja maksa Mala buat pergi dari sini? " Batinku.

" Yuk sekarang kita ke rumahku ya, Ka. "
" Temenin aku, sekarang aku sendirian di rumah."
" Temenku yang aku ajak tinggal di rumahku lagi mudik pulang kampung
. " Bisik Ajeng lirih. Ini sih lebih mirip ke arah desahan buat menggoda imanku.


Quote:


" Maaf aku ga bisa, Jeng."jawabku.

Ajeng tersenyum tipis dengan pandangan mata yang sayu. Pandangan kode ngantuk kek gini adalah sinyal Ajeng buat ngajak aku mantap-mantap iyes no iyes no..ikeh ikeh kimochi..emoticon-Genit


" Inget ama rencana dan tujuan hidup kamu selanjutnya, Ka. " Batinku mulai berdialog.
" Jangan sampe hidup kamu terhenti karena masalah baru yang akan menghambat rencana untuk masa depanmu. " Logikaku kembali menyadarkanku.
" Inget!! keluarga Ajeng ga suka ama kamu. Buat apa kamu balik mau mesra-mesraan ama dia? " Nuraniku angkat suara.
" Dia bukan pacar kamu loh, Ka. Kamu ga ada kewajiban buat nurutin kemauan dia. " Nalarku ngasih pencerahan yang terdengar masuk di pikiranku.

" Pokoknya aku ga mau tau. "
" Besok minggu pagi aku tunggu kamu datang ke rumah.
" rayu Ajeng masih dengan sikap mesranya yang kini memeluk pinggangku. Aku ga menolak ataupun mengiyeskan permintaan Ajeng yang mengantarku sampe parkiran motor. Aku ijin pamit pulang duluan sama Ajeng. Mala ternyata ninggalin aku, dia pulang duluan naik taksi. Terpaksa motor Mala aku pake pulang ke rumah.


XXXXX



" Kenapa sih kok kamu ga mau pacaran ama mbak Ajeng, Ka? "

emoticon-Smilie

" Dia cantik dan dewasa loh kalo dibandingin mantanmu si blasteran bule itu yang nyatanya bikin kamu celaka
. " Cibir Mala, aku bisa ngeliat dengan jelas dari spion motornya. Tuh bibir manyun posisinya maju beberapa centimeter.

" Tuh bibir pake dimonyong-monyongin segala. "
" Apa ini kode kalo Mala pingin aku cium ya
? " Batinku terkekehemoticon-Ngakak (S)

" Aku ama Ajeng lebih baik berteman aja, Mal. "
" Ada banyak faktor yang bikin aku ga bisa ngejalanin hubungan ama Ajeng. "

" Kenapa?
"

Aku menggeleng, aku males menceritakan tentang penolakan sikap dan ucapan serta hinaan keluarga Ajeng padaku. Cukup hanya aku dan Ajeng yang tau soal itu. Aku sama sekali ga pernah bercerita kepada siapapun masalah itu. Biarlah hinaan dari semua kata-kata papanya Ajeng jadi kenyataan pahit yang aku telan sendiri. Sakit hatikah aku dengan keluarga Ajeng?
Engga...aku selalu memahami kalo tiap orang punya pemikiran dan cara pandang masing-masing.

Aku ga tau kenapa Mala selalu antusias nanyain dan ngomongin soal hubungan antara aku dan Ajeng. Apa karena dia satu-satunya orang yang sedikit banyak tau masalah komplek yang aku alami? Ataukah Ajeng bakalan janjiin ngasih sesuatu ama Mala kalo dia bantuin deketin lagi Ajeng dan aku. Secara Malalah satu-satunya teman yang akrab denganku dari jaman sekolah. Rasanya aku enggan berspekulasi ama semuanya

Enake piye, Jum? emoticon-Gregetan


(Nyambungnya kapan-kapan)
Diubah oleh akukiyut 15-04-2024 13:45
rinandya
khodzimzz
grogoroth
grogoroth dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.