Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uniformis88Avatar border
TS
uniformis88
P.O.V (Sudut Pandang Perjalanan)

Konten Sensitif
P.O.V (Sudut Pandang Perjalanan)




“Pak Reza ?” Ucap salah seorang warga lokal di pintu kedatangan Bandara.

“Benar, pak. Ini pak Frans ?” Sambil menyambut jabat tangannya

Saya dijemput oleh driverbernama pak Frans untuk singgah semalam di Kota kecil ini.

Saya seorang pekerja lepas waktu dari sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang sosial. Ini adalah pekerjaan pertama saya setelah lulus kuliah, bisa dibilang saya ’fresh graduate’ tapi saya pernah melakukan pekerjaan ini saat masih kuliah.

“Bagaimana pak, kita langsung ke Hotel ?” Tanya pak Frans

“Saya mau mampir ke toko swalayan sebentar pak, ada yang harus dibeli”

“Baik, nanti kita singgah dekat hotel ada”

Saya melihat ke arah luar mengamati kota kecil ini, asing bagi saya yang sudah lama tinggal di Jawa dan baru pertama kali.

“Pak Frans asli sini ?”

“Iya pak, saya stay disini. Dulu sempat pergi Jakarta sebelum menikah” ucapnya sambil memegang kendali penuh mobil ini

Saya berbelanja kebutuhan seperlunya untuk 2 hari ini selama menginap di kota. Setelah berbelanja kami singgah di warung kecil pinggir jalan untuk makan, katanya warung ini kecil tapi kalau soal rasa masakan ini boleh diadu sama resto di kota ini.

“Mase, sa bawa tamu nih. Tolong kau kasih menu disini”

“Ah siap” teriak seorang lelaki jawa dari balik etalase makanan

“Pak Reza silahkan, pesan saja”

Kalau didengar, ucapan pak Frans ini berbeda ketika berbicara dengan saya, dia tidak menggunakan aksen timurnya

“Saya pesan ayam bakar dan es jeruk saja, pak Frans silahkan pesan nanti saya yang bayar”

“Ah tidak apa-apa bapak, saya masih kenyang” tolak pak Frans yang sepertinya merasa tidak enak dengan saya

“Tidak apa, sebagai gantinya nanti sore temani saya ke pantai dekat sini”

“Oh aman pak, bisa diatur”

Kami makan dengan lahap, berbincang tentang makanan di daerah sekitaran kota yang ternyata banyak orang dari Jawa yang berjualan disini, katanya masakan orang Jawa lebih mempunyai rasa karena banyak bumbu yang mereka pakai.

***


Kami menuju pantai dengan pemandangan pasir putih dan air yang tenang, walaupun ini dikenakan biaya tapi masih wajar karena pantai ini dirawat dengan baik. Banyak wisatawan asing yang berjemur, sementara saya dan pak Frans menyeruput kopi di meja pinggir pantai.

“Pak Reza izin, kalau boleh panggil saya dengan Om Frans saja biar tidak terlalu kaku” katanya

“Boleh, kalau begitu panggil saya dengan mas karena saya belum menikah he he” ucap saya yang kemudian menyeruput kopi

“Baik mas, paling tidak kan mas masih 2 minggu lebih dengan saya di pulau ini. Tidak baik toh kalau canggung” katanya

Mata saya menyisir tepian pantai dengan pasir putih terhampar sambil menikmati kopi.

“Mas Reza baru pertama datang ke Timur ya ?” Tanya om Frans

“Iya Om, kelihatan ya om ?”

“Dulu waktu saya ke Jakarta juga sama mas, banyak hal baru yang saya lihat”

“Om di Jakarta, kerja ?”

“Awal awal tuh saya pergi ke Jawa itu di Jogja mas, kuliah disana. Baru pindah Jakarta, tapi orang tua taunya saya sekolah di Jogja”

“Selesai sekolahnya om ?”

“Sayangnya tidak mas, saya hanya bertahan sampai 4 semester”

“Maaf om, saya terlalu dalam pertanyaannya”

“Tidak apa mas Reza, ini saya yang mau cerita. Saya ini anak pertama dari 5 bersaudara mas. Jadi ketika masuk semester 4, bapak tua meninggal dan otomatis mama saya yang hanya ibu rumah tangga hanya bisa andalkan pensiunan yang tidak seberapa” ucap Om frans sambil memandang ke arah pantai

“Semester 4 terakhir, saya bingung ketika dikirim surat oleh mama saya. Di Jogja saya cari kesana kemari pekerjaan untuk makan demi menutup semester saya dengan alasan cuti, saya berencana ke Jakarta untuk adu nasib saya dengan harapan bisa lanjut kuliah” lanjut Om Frans

“Adik Om Frans di Timur semua ?”

“Iya Mas, yang paling besar SMA, paling kecil masih SD”

“Berapa lama Om di Jakarta ?”

“Sebentar mas 5 tahun. Kerja jadi sekuriti, parkir liar, sampai debt collectorsaya cobain mas. Saya pulang ke sini maksud hati ingin bertemu keluarga mas, tapi saya nggak pernah ketemu mereka”

“Emangnya Om nggak berkabar dengan mereka ?”

“Saya malu mas untuk kasih kabar kalau saya serabutan di Jakarta, saya ada kumpul uang untuk saya bawa pulang kasih mereka, ini mobil saya beli disini biar jadi supir travel yang penting adik semua sekolah mas”

“Mohon maaf om, kalau nanti suatu saat Om ketemu sama mereka. Apa yang mau Om lakukan atau sampaikan ?” Kata ini keluar dari mukut saya tanpa pikir panjang

“Saya mau minta maaf dengan mama, minta maaf sama adik adik saya terutama adik saya Domi. Terakhir kasih kabar, dia sudah lulus SMP dan harus bekerja serabutan untuk bantu mama. Saya merasa bersalah karena harusnya saya bisa kasih dia masuk SMA, sekolah lagi jangan sibuk urus kerja buat dapur rumah”

Om Frans tampak meratap sambil menyeruput kopi, memandang ke arah langit seperti melihat ingatannya di layar besar, “mas Reza, saya menyesal ketika saya di Jakarta itu saya hanya kirim uang sekali dua kali untuk sodara di rumah”

Saya mendengar cerita demi cerita yang disampaikan, sampai tidak sadar air matanya menetes dengan penuh penyesalan. Sulit untuk saya ceritakan, disaat orang-orang di sosial media bercerita tentang beratnya mereka menanggung biaya adik-adiknya dengan berat hati, tapi om Frans merupakan sosok yang merasa bertanggung jawab untuk hal itu.

“Maaf mas Reza, saya terbawa suasana. Bagaimana kalau kita pulang” kata Om Frans

“Boleh, nanti kita mampir ke warung mase itu dulu ya. Lapar saya”

Om Frans mengendarai mobil menuju pusat kota yang kiranya 1,5 jam perjalanan. Tanpa terasa mata saya sangat berat, lalu tertidur . . .


***



“Zaaa … Zaaa” terdengar suara wanita paruh baya

“Hmm … hmm, udah dimana om ?” Saya masih merasa sangat mengantuk

“Om … Om, ini Mamah Za”

Saya membuka mata, “loh, aku di rumah tah Mah ?”

“Yaa emang dimana ? Udah tau mau pesawat pagi, sempet sempetnya main game sampe malem kamu Za. Cepet sana, udah jam 2 lewat” ucapnya

Penerbangan ke daerah Timur itu sangat melelahkan, jadi pihak kantor biasanya mengambil jadwal pagi untuk bisa istirahat transit di Bali dan lanjut.

”aneh, mimpi tadi itu nyata banget. Masa iya gue tiba-tiba kebangun tapi masih ada di rumah, kejedot apa kepala gue”gumam dalam hati

Setelah siap-siap dan bergegas ke Bandara, saya menyempatkan melihat ponsel, melihat pesan masuk dari grup kantor untuk akomodasi selama perjalanan dinas. Tidak ada nama kontak supir, hanya tertulis ’Driver dinas Timur’, bahkan ketika cek panggilan dan pesan juga tidak menunjukkan saya pernah berinteraksi dengannya, aneh sekali.



bersambung…
hi.nats
itkgid
diditper
diditper dan 3 lainnya memberi reputasi
4
180
3
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
uniformis88Avatar border
TS
uniformis88
#2
Story Of Nata
“Nat, kita putus yaa. Aku ngerasa kalau kita udah nggak sama seperti dulu. Udah hilang perasaan aku ke kamu”

Kalimat itu terucap dari seorang cewe yang karenanya gue belajar mati matian buat dapet universitas yang sama di Tengah pulau Jawa. Hati gue saat ini nggak tau lagi sudah menjadi berapa pecahan, semua kenangan selama tiga tahun terakhir ini semua sirna, hilang dan lenyap impian gue bisa merantau bareng dia, cewe yang jadi motivasi gue buat lebih baik, Nadine.

Gue terdiam di tempat makan sederhana di pinggir Ibukota, gue merasa dunia ini terhenti cukup lama, semua kilasan masa lalu itu terlintas jelas di kepala gue, cara bicaranya saat kami tertawa, tingkah uniknya ketika gue memberi dia kejutan, 3 tahun tidak sebentar tapi tidak cukup membuat gue berarti di matanya.

Nadine pergi ketika gue terdiam nggak bisa ngomong apa-apa, ini semua seperti puzzle menara yang sedang disusun lalu diterpa angin dan jatuh berantakan.

“Nat, Terimakasih!” Ucapnya lalu terus melangkah

Gue beranjak dari tempat duduk dan menyusulnya ke luar.

“Nadine, kenapa ?” Gue mencoba kuat buat nggak terlihat sedih

“Aku udah bilang tadi Nat, kamu berhak dapat yang lebih dari aku, kamu itu cerdas”

Terlihat seorang mengendarai motosport menghampiri dan memberinya helm di depan mata gue, dan kemudian berlalu begitu aja. Gue tertegun dengan apa yang barusan gue liat, sementara gue cuma bisa melirik motor matic yang gue pakai.

“bodoh!!” Ucap gue menghardik diri sendiri dan sedikit tertawa kecil


…..



Gue cuma bisa termenung sambil mengendarai motor ini, pada akhirnya gue tersadar kalau gue bukan yang sepadan buat anak orang berada seperti Nadine. Memacu motor menuju tempat anak-anak biasa nongkrong

“Weittss, Nata! Kemana aja baru keliatan ?” Ucap Beni

“Oh, biasa Ben kalo malem susah buat keluar. Tau sendiri bokap kalo udah ada yang melanggar aturan rumah” jawab gue

“Ah iya tuh, nggak lagi gue terlibat urusan di rumah lu” kata Aldo

“Emang kenapa nyet ?” Tanya Gery

“Dulu gue pernah bolos sekolah, nah si bocah ini sekolahnya lagi libur. Gue main deh ke rumahnya, ngerokok di kamarnya, tiba-tiba bokapnya pulang”

“Terus … Terus ?”

“Gue disuruh push up, berdiri tangan di depan selama 15 menit udah kaya vampir” kata Aldo

“Ringan kan ?” Ledek gue

“Sumpah, gue kapok banget. Masalahnya kalo gue ngadu ke orang tua juga kan dia bisa lapor balik ke ortu gue, sementara itu rumahnya dia” jelas Aldo

“Bokap lo Tentara Nat ? Atau polisi ?” Tanya Beni

“Nggak, bokap gue cuma karyawan swasta biasa, kalo ditulis di rapot sih begitu”

“Ngomong-ngomong, Nadine mana ? Biasanya malem minggu gini lo kemari sama dia sebentar terus cabut”

“Udah nggak sama dia” jawab gue enteng

Semua kaget karena gue sama Nadine bukan tipe pasangan yang jarang berantem atau putus nyambung. Tiba-tiba hening, lalu Beni tertawa

“Ha ha ha Jomblo!” Teriak Beni

“Elu juga nyet” kata Aldo

“Tapi nih Ben, elu kan banyak nih mantannya. Menurut pakar Mantan, gimana yang sebenernya terjadi ?” Gery si moderator memulai aksinya, membuat topik obrolan malam ini

“Hemm, sulit gaess… tapi yang jelas kita itu harus mempertanyakan apa yang baik baik saja”

Oh ya, Gery ini 2 tahun diatas gue, Beni dan Aldo 3 tahun diatas gue. Mereka sudah kuliah di Universitas Negeri di Ibukota, mereka hanya beda Fakultas. Sementara gue masih menunggu pengumuman. Gaya bicara mereka dan bahasanya terkadang itu baku. Entah apa yang mereka dapat di kampus tapi ngobrol bareng mereka ini nggak ada habisnya

“Tapi nih Ben, cinta itu yang dimau kan tanpa masalah. Kan tujuannya bahagia” tanya Aldo

“Gini mblo, gue jelasin…”

“Ah tau lah males gue udah dipanggil gitu”

“Gede ambek lo” sahut gue

“Ada pepatah mengatakan, air beriak tanda tak dalam” kata Beni

Serentak gue, Aldo dan Gery menimpali, “Artinyaa bang Ben ??”

“Kalau masih berisik berarti baru liat celana dalam”

“Yaaahhhh” saut kita bertigaa

“Tapi sebagai yang paling muda nih Nat, lo jangan pernah nyakitin cewe atau ngerusak dia. Disaat itu, lo udah jadi cowo rendahan. Seenggaknya lo bertanggung jawab sih” kata Aldo

“Tapi nih gaess ngomong ngomong, udahlah kita biarin Nata dengan masalahnya. Sekarang kita yang bermasalah gaess” ucap Beni

“Kenapa Ben ?” Tanya Aldo

“Lo tau si Zul yang tinggal depan rumah pak RT ?”

“Oh iya, dia sepantaran si Nata kan ?”

“Itu dia udah berapa hari ngamuk ngamuk katanya baru pulang dari Puncak begitu”

“Terus kita bisa ngapain ?” Tanya Gery

Semua mata menuju ke arah gue yang lagi nggak bersemangat

“Kok gue ?”

“Nat, ini hiburan. Lo lagi sakit hati terus ada beginian kan” kata Aldo

“Sebentar, monmaap nih. Tadi kan ngomongnya ada masalah kenapa jadi keliatan bukan masalah ?” Kata gue bingung

“Hehh tumis kangkung, elu kan biasanya iseng kalo ada beginian terus kita yang repot karena lu malah ngajakin berantem itu setan yang masuk” kata Beni

“Lagi nggak mood gue masalah beginian”

“Tumben nih anak nggak ada gregetnya” sahut Gery

“Gini aja, kita Tolongin dulu si Zul ini. Takutnya kalo udah berhari-hari dia malah semakin parah kondisi mentalnya nanti malah pemulihannya yang lama” kata Aldo

“Yuk lah, udah lama gue nggak liat yang beginian” kata Beni


Bersambung . . .
Diubah oleh uniformis88 14-04-2024 23:50
diditper
diditper memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.