akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
38.3K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread•41.7KAnggota
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#263
CHAPTER 64 - SEASONS OF THE UNFORGIVEN #2
Spoiler for Unforgiven:


Ah..aku jenuh banget! Selama masih nungguin waktu pembacaan vonis persidangan yang akan berlangsung beberapa waktu nanti. Kegiatan sehari-hariku sekarang di rumah hanya sibuk berkutat ikut bantuin ibuku sebagai pengasuh 2 bocil keponakanku. Status tahanan rumah yang aku dapatkan, adalah sebuah jaminan yang harus aku syukuri dan manfaakan sebaik-baiknya. Aku sendiri ngerasa jumawa berasa kek pejabat negara sampe dapat jaminan status biar ga sampe ditahan di rumah tahanan. Om Thomas selalu mewanti-wanti aku untuk ga sampe melakukan pelanggaran hukum apapun selama nunggu waktu pembacaan vonis. Aku ga boleh kelayapan dan keluyuran ngebolang jauh sampe keluar kota. Sepupunya om Thomas yang ditunjuk sebagai penasihat hukumku, benar-benar berusaha semaksimal mungkin untuk membantuku cepat keluar dari permasalahan ini. Beneran beliau mertua idaman banget ya? Udah anaknya cantik, ortunya ga kalah baiknya (Woy...ngarep!)emoticon-Mad

Karena gabut dan emang nganggur "terpaksa" aku menawarkan bantuanku ke ibuku buat ikutan ngemong 2 orang keponakanku. Bocil cowok dan cewek yang lagi bandel-bandelnya. Mereka adalah anak-anak dari 2 kakakku yang bekerja sebagai guru dan perawat. Mereka berdua berusia 5 tahun. Ibuku mau ngemong sendiri cucu-cucunya tanpa dibantu ama orang yang dulunya biasa dibayar kakakku buat mengasuh anaknya.

Motorku sebagai satu-satunya sarana transportasiku masih dijadikan sebagai barang bukti di kantor polisi. Terpaksa aku harus menahan diri untuk kelayapan.Aku kudu betah ngerem di rumah. Kalopun ngangkot, rasanya males banget, akses menuju ke jalan raya dari rumahku jaraknya lumayan jauh.
Kalo ada temanku yang ngajak pergi keluar rumah, hanya Kiplilah orang yang sekarang aku andalkan buat nyulik aku. Biarpun sekarang aku sering ngerepotin dia, emang dia kok yang sedari awal nawarin aku buat nganterin kemana aku mau keluar. Semua teman-temanku sibuk dengan dunia mereka sendiri. Cuma Kipli yang beneran bisa aku mintai tolong tanpa rada sungkan. Walaupun sebenarnya kos-kosan Kipli lumayan jauh dari rumahku. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan kalo lalu lintasnya lancar. Dia kudu jemput memutar jauh dari tempat kosnya. Beberapa kali aku memaksa buat ikutan ngamen lagi ama Kipli. Setelah kondisku beneran sembuh total dari semua luka-luka di sekujur badan dan tanganku.

Disaat waktuku menunggu lanjutan sidang, Mala beberapa kali main dan mampir ke rumahku. Kegiatan sekolahnya saat ini lagi longgar. Dia bisa cabut dari sekolah yang sedang sibuk dengan acara classmeet setelah ujian semester berlangsung. Kalo Mala mampir, dia sering ngerengek buat ngajak aku ngebolang jauh pake motornya. Dia emang sempat bercita-cita kalo suatu hari nanti jadi rider yang berstandard SNI dan bersertifikat ISO 9002 (apasih?)emoticon-Mad

" Ka, ngebolang ke m*l**g yuk. ? "
" Dah lama banget loh kita belum motoran keluar kota lagi. "
Mala udah nyenderin tangan kanannya di bahuku. Aku ama Kipli baru aja selesai keliling ngamen di taman b**g**l yang siang ini rasanya kek pindah ke sebelahnya matahari. Ini panasnya pasti made in Jepang. Soalnya awet banget nyengatnya.emoticon-Ngakak (S)

" Heh..!! "
" Sebenarnya sekarang tuh statusku masih jadi tahanan rumah
. " Jawabku rada acuh ama kedatangan Mala. Sedari tadi dia nelpon Kipli nyari tau keberadaan kami berdua. Kenapa Mala ga nelpon aku? Aku sekarang udah ga punya HP lagi. Duniaku rasanya sekarang emang bener-bener sedang dibatasi. Ama siapa? Entahlah...Aku rasanya ga tau.

" Kalian berdua sekarang temenin aku ke McD Basra ya? Ada temen sekelasku yang ngundang ultah nih. " pinta Mala dengan pandangan memelas ke arahku.

Setelah mengenal Mala lebih lama akhirnya aku tau kalo nih cewek pinter banget akting. Dia juga banyak akal. Bagaimana aku ga takjub ama Mala, dia bisa memainkan berbagai macam karakter dengan cepat di waktu yang sama. Ekspresinya dari sedih, senang dan marah bisa ditampilkan secara cepat di saat bersamaan. Aku ngerasa rasanya Mala adalah cewek yang dianugerahi banyak kepribadian. Pinter banget ngolah emosi dan mimik wajahnya. Walaupun Mala selalu identik ama cewek tomboi yang judes dan cetakan sifat yang jutek kalo kita belum kenal akrab ama dia. Aslinya dia adalah pribadi yang feminim dan lemah lembut kalo qorin Cinderellanya datang. Hanya ke aku dan Kipli dia bisa bebas bercanda nunjukin sifat aslinya dia kek apa. Mala emang enggan akrab ama teman cewek soalnya dia selalu bilang selalu males pura-pura lembut.

" Engga..engga..!!. "
" Aku ga mau nanti bakalan diinterogasi lama ama ibunya Saka, Mal. "
" Dia kan sekarang statusnya tahanan rumah
" Kipli menggelengkan kepala pas tau kalo Mala ngajak ke sebuah tempat, dia tau kalo cewek tomboi ini ga mungkin bisa sebentar. Mala ini kalo udah total ngebolang sering lupa waktu. Mentang-mentang ortunya jarang di rumah.

" Yah..? "
" Kalian sekarang kok gitu sih ama aku. "
" Kalian udah ga cees lagi ya? "

" Engga..!!
" Tanpa dikomando aku dan Kipli kompak ngejawab pertanyaan Mala sambil kami terbahak karena ngeliat akting melas dia yang layak buat dilempar sandal ama penonton.

Mala menghela nafas berat dan menghembuskannya secara kasar di hadapan mukaku yang hanya berjarak beberapa jengkal dari wajahnya.

" Nih anak kurang ajar sih, sedari tadi mepet-mepet & mancing-mancing aja, minta dicium kali ya. " Pikirku. emoticon-Genit

" Mal, kalo menurutku ya, rasanya sekarang udah waktunya kamu mulai banyakin deh bergaul ama temen-temen cewekmu. "
" Jangan cuma temenan ama Saka & aku.
" Kipli ngomong sok bijak tapi endingnya bikin ragu soalnya dia nyengirnya beraroma ngeledek.

" Ga ah males!" Sahut Mala balik lagi ke gaya asalnya, Mala yang acuh dan jutek mode on.

Aku hanya terkekeh ngeliat sikap Mala barusan, rasanya sedari dulu ga pernah berubah. Padahal dia pernah cerita kalo di kelas yang baru dia akrab ama beberapa temen cewek sebangkunya.

Daripada eyel-eyelan ga jelas juntrungannya akhirnya Kipli & aku ngalah dan setuju nganterin Mala buat datang ke ultah temen sekelasnya. Itu juga karena ada pertimbangan Kipli mau ada keperluan ama temen-temen komunitas punknya yang biasa nongkrong di gang sebelah gerai frenchise itu. Kami berdua duduk terpisah di meja berbeda yang jauh dari tempat berkumpul teman-temannya Mala. Tentu aja Mala nraktir kami sendiri. Aku ngeliat dari jarak jauh ga ada seorangpun yang aku kenali dari teman-teman baru kelas Mala yang notabene adik kelasku.

" Bukannya itu Siska, Ka? " Tanya Kipli, dia menunjuk dengan dagunya ke arah di belakang punggungku. Refleks aku langsung cepat menoleh ke arah seberang jalan. Ke arah jalan yang mengarah ke pintu masuk sebuah mall. Aku langsung bisa mengenali kalo sosok berambut coklat kemerahan itu benar-benar Siska. Dia berjalan beriringan bersama 3 orang temannya. 2 orang cowok dan seorang cewek. Mereka keknya baru pulang sekolah. Aku hapal karena mereka semua membawa tas ransel yang jelas dan pasti berisi seragam sekolah. Soalnya pas masih sekolah dulu kelakuanku juga kek gitu gaesemoticon-Stick Out Tongue

" Ah..kelakuannya masih tetep aja ga mau berubah!. " Batinku miris, aku yakin 1000% kalo cewek yang berjalan dengan riangnya dengan 3 orang temannya di seberang sana adalah Fransiska.

" Ah...dia cewek yang terlalu sempurna untuk aku miliki dan aku jangkau. "
" Maafkan aku Siis!"
" Kamu terlalu matic dibandingkan aku yang hanya sepeda ontel. "
" Jadinya aku tetap harus selalu tau diri kalo kamu itu terlalu Alphard dibandingkan aku yang hanya kijang kotak
. " Batinku frustasi dengan perasaan makin tersisih kek duri ikan bandeng di pinggiran piring warteg.emoticon-Ngakak (S)

Aku hanya ga suka dengan kebiasaan Siska yang suka keluyuran dulu setelah pulang sekolah. Dia masih tetep sama ama kelakuannya sejak aku pertama kali kenal dengan dia. Semenjak kejadian kelam itu, aku dan Siska emang bisa dikatakan udah ga pernah lagi bertemu. Terakhir kali aku bertemu dengannya waktu aku masih dirawat di rumah sakit. Ibuku secara ga sengaja keceplosan cerita kalo sebenarnya orang tua kami telah sepakat untuk membatasi dulu ruang kami untuk saling bertemu kembali. Ortunya Siska ngerasa amat bersalah ama kejadian yang menimpaku. Mereka beranggapan karena Siskalah aku mendapatkan musibah itu. Sekarang mereka beranggapan akan menjaga kemungkinan terburuk itu bakalan terjadi lagi. Padahal aku ga pernah sekalipun nyalahin Siska maupun keluarganya ama kejadian yang menimpaku. Tempo hari Om Thomas cerita kalo Siska sekarang disuruhnya untuk konsentrasi ke pendidikannya mengingat dia sekarang dapat kesempatan di kelas akselerasi. Ya, Siska yang seharusnya masih kelas 2 SMA, sekarang dia ada di kelas 3. Kemungkinan dia akan bersiap untuk masuk ke perguruan tinggi negeri sebagai syarat diberikannya dia program akselerasi ini. Kalopun dia gagal masuk SNMPTN dia harus kembali mengulang tahapan pendidikannya di kelas 3.


XXXXX



Entah ada apa, hari ini di waktu yang masih tergolong pagi untukku yang sekarang berstatus pengangguran. Jam 08.00 Om Thomas udah nongol dan ada di ruang tamu rumahku, beliau keliatan lagi ngobrol serius ama ibuku. Aku langsung buru-buru mandi begitu dibangunkan ibuku kalo papanya Siska nungguin aku. Walaupun ini orang tuanya Siska, aku ga mau terlihat lusuh di hadapannya apalagi menyandang status pengangguran. Pesonaku harus terus memancar dihadapan siapapun, ga peduli itu pria maupun wanita. Tapi yang utama aku kudu selalu glowing dihadapan gadis-gadis. emoticon-Cape d... (S)

"Ada apa ama om Thomas ? "

" Saka hari ini ngikut om ya? "
" Om ada perlu dan ada hal yang Om minta tolong bantuan ama kamu
. " Ucap Om Thomas berpamitan pada ibuku untuk mengajakku pergi entah kemana.

" Mungkin aku mau langsung diajak ke KUA kali ya?" (Ngarep woy!)emoticon-Mad
Pusing aku mikirin semua kemungkinan-kemungkinan jelek yang terlintas di pikiranku. Aku nyerah aja ga mau berasumsi liar lagi. Capek rasanya memikirkan sesuatu hal yang hanya bikin hal stagnan dalam hidupku.

" Dipikir karo salto, Jum" emoticon-Gregetan



Singkat cerita biar langsung skip aja ya...ternyata hari ini aku diajak papanya Siska ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor dan visa atas namaku. Om Thomas emang sebelumnya berencana menyuruhku mencari keadilanku sendiri dengan memberikan aku akses untuk mencari keberadaan Arthur yang ternyata di manapun posisinya di negeri panda udah diketahui dan diawasi kolega om Thomas.

" Gimana om saya sama sekali ga bisa loh ngomong Mandarin? "

" Gapapa..tampang kamu kan sama kek mayoritas orang sana, jadi kemungkinan ga bakalan mereka curiga kalo kamu pendatang. "

" Bukannya nanti saya malah dianggap orang sana, pasti mereka ngajak ngomong bahasanya Jacky Chan ya ? "

" Kamu salah, Jacky Chan itu orang Hongkong, beda aksen dan logat sama mainland. Yang tepat itu Jet Lee dia asli mainland.
" Sahut om Thomas dengan tawa lebar ngeledek kebodohanku barusan.

" Kamu tenang aja, Ka. segala sesuatu udah diurus ama teman om yang ada disana. Sebenarnya sih dia orang sini tapi dia yang bagian ngurusin segala " urusan" punya kita orang. "

" Lah? Nanti bekal uang buat kesana saya cuma punya duit ga seberapa, Om. Itu juga Saka terpaksa ngambil tabungan. "

" Ga usah kuatir, nanti Om urus. Soal biaya hidup selama disana. Kamu nanti udah ada yang urus. Tempat tinggal & makan. "


Aku hanya mengangguk. Rasanya lidahku sekarang kram & terasa kelu buat sekedar mengiyakan jawabanku. Aku masih terlalu shock kalo kenyataannya nanti setelah putusan sidang selesai, aku diharapkan langsung berangkat ke sebuah tempat yang ga pernah sekalipun aku pikirkan dan mimpikan untuk kunjungi disana.

" Halah..ntar juga disana kamu bisa ngomong kek gitu, Ka. "
" Eh tapi kalo menurutku nih,Ka. Aslinya kamu lebih pantesan jadi orang sana daripada selama ini kamu susah payah & keukeuh selalu ngaku dan pingin dapat pengakuan kalo kamu orang jawa.. hahaha..
" Kipli terbahak keras banget, sampe 2 keponakanku yang kecil pada kejang-kejang pas bangun tidur.

" Woo..pancen kembarane dadjal!" Aku menoyor gundul Kipli yang sedari dulu menurutku tampolable.emoticon-Ngakak (S)

Hanya Kiplilah orang yang aku ceritain kalo aku bakalan berangkat ke Cina buat nyari Arthur ( bonusnya bawa pulang mey-mey gemes yang kali aja mau aku ajak hidup susah disini) emoticon-Ngakak (S)
Dia jugalah orang pertama yang aku ceritain kalo hasil vonis persidanganku nanti, saat ini udah bisa aku ketahui.

" Wah..kamu seneng dong, Ka."
" Ga jadi kumpul ama Mamat di lapas. "

" Ya ga gitu juga kali, mbut ! Kamu seneng banget sih temen kamu masuk penjara
. " Cibirku sinis ke arah Kipli yang terus-terusan terkekeh ngeledek.

Soal hasil persidangan yang aku hadapi beberapa hari lagi. Tadi siang Om Thomas dengan yakin dan berani bercerita kepadaku dengan dukungan kekuatan yang dimiliki klan persaudaraannya. Nanti di pembacaan vonis akan dipastikan kalo aku diputuskan bebas dari tuduhan bersalah. Entah argumentasi dan "power" apa yang udah dipake pengacaraku untuk meyakinkan majelis hakim untuk memberikan keputusan vonis bebas itu. Jaminan itu juga ditunjukkan Om Thomas dari salinan berkas yang tinggal ditandatangani hakim ketua. Rasanya aku sedari awal udah percaya kalo klan persaudaraan Om Thomas bukan sekedar kelompok orang-orang yang di tiap akhir pekan selalu hanya menghabiskan waktunya bermain catur di sebuah bangunan berarsitektur kolonial di sebuah kawasan Pecinan di kotaku. Menurut logika penalaranku perkumpulan mereka Keknya adalah sebuah entitas ga terlihat yang mempunyai peran ga main-main dalam bidang apapun terutama bidang usaha dan industrial.

XXXXX



Untuk mengisi kegabutanku yang makin unfaedah. Sore hari aku sengaja berkunjung dan main-main ke Dojo tempat aku berlatih pas SMA, tempatnya dekat kawasan rumahku. Rada lama aku ga pernah singgah dan mampir kesini. Semoga masih ada orang-orang yang bisa aku kenal dan mengenaliku disini. Aku emang sengaja berniat berlatih dan melatih kebugaran badanku di tempat karate ini. Aku sadar kalo di dojang-dojang taekwondo di sekitar dojangku. Reputasi namaku udah jelek dan tersebar luas, terutama sanksi hukuman yang tetap aku hormati. Biarlah sekarang aku tersisih dari dunia taekwondo yang aku cintai. Emang aku dilarang aktif di kegiatan berbau taekwondo di manapun aku berada.
Dan rencana licikku aku bakalan melipir balik ke olahraga yang sebenarnya lebih awal aku tekuni pas SMP kelas 1. Yaitu karate.
Bagaimanapun aku harus selalu tetap mempersiapkan dan selalu melatih kemampuan & fisikku. Sebagai bekal di mainland nanti. Aku ga tau situasi kek apa yang bakal aku hadapi. Apalagi aku berjuang sendiri. Tapi omThomas bilang kalo nanti akan ada back up dari koleganya yang akan membantuku. Membawa pulang Arthur buat balik ke Indonesia.

" Apapun yang terjadi, bawa kembali si Arthur balik kesini dalam kondisi utuh. "
" Dia akan jadi saksi menyesali dia terlahir di dunia. "
" Dia akan liat semenyesal apa ngeliat orangtuanya ngesot memohon ampun kalo semua perusahaan yang dimiliki keluarganya akan diakuisisi secara paksa menjadi milik " kami ".
" Ucapan kegeraman Om Thomas itulah yang tadi aku saksikan bagaimana ekspresi kemarahan yang ditahan papanya Siska pada pak Widjojo. Aku ngerasa kalo masalah ini bukan hanya sekedar balas dendam semata.

Aku mengangguk mantap untuk perintah yang udah diamanatkan kepadaku dari papa mertuakuemoticon-Stick Out Tongue (halah...woy ngarep!) emoticon-Mad
Dan aku berjanji ama diriku sendiri kalo tujuanku kesana nanti membawa pulang Arthur apapun resikonya harus aku hadapi.
Dia harus membayar semua perilakunya kepadaku, dan 4 orang yang diperintahkan menghabisiku.

" Kamu harus mendapatkan proses pengadilan menurut hukum yang berlaku. "
" Eksekusi hukuman bakalan aku sendiri yang lakukan nanti pas di lapas
. " Batinku, rasanya jiwa Naruto udah mulai merasuki semua ragaku.


XXXXX


Menurut jaksa yang menuntutku, tindakanku udah masuk dalam kategori pembunuhan karena walaupun awalnya akulah sebenarnya target serangan itu. Jaksa juga beranggapan bahwa aku ada niatan untuk membunuh tersangkanya

"Ya kali kalo aku ga matiin tuh orang yang membabi buta menebaskan cluritnya terus menerus ke arahku. Dia bakalan auto berhenti karena kecapekan. " Batinku ngakak guling-guling.emoticon-Ngakak (S)


Tapi semua dakwaan itu bisa diruntuhkan oleh argumen penasihat hukumku kalo pembunuhan yang ga sengaja aku lakukan adalah upaya pembelaan diri lepas dari faktor kebrutalan yang aku lakukan.

Quote:


Seperti harapan dan dugaanku sebelum acara pembacaan vonis ini berlangsung. Aku diputuskan & dinyatakan bebas tanpa syarat apapun. Walaupun nama baikku rada tercemar dari peristiwa ini tapi aku tetap bersyukur. Banyak hikmah yang bisa aku petik, sedikit banyak aku bisa belajar dan tahu sedikit tentang hukum pidana. Terutama tentang kasus yang menyangkut pembunuhan.

Aku pernah ditanya ama seorang temen bagaimana rasanya setelah membunuh orang? Aku hanya menjawab kalo ada rasa ga nyaman yang akan selalu meliputi perasaan kita. Rasanya emang benaran ngeganjel, aku pernah membaca cerita sebuah pengalaman orang yang jobdesk kerjaannya berhubungan dengan masalah kejahatan. Manusia normal umumnya kalo secara ga sengaja melakukan pembunuhan nyawa orang. Dia akan ngerasa bersalah setelah melakukannya. Menurut ilmu psikologi hal itu merupakan sebuah kewajaran. Sesudahnya akan muncul rasa dihantui perasaan bersalah di tiap malam menjelang tidur. Beda dengan orang yang mempunyai kecenderungan kelainan sifat psikopat. Dia akan ngerasa biasa aja dan ga ada mempunyai rasa bersalah sama sekali.

Di kasusku, kenapa aku ga diliputi rasa kecemasan dan ketakutan berlebihan? Hal itu karena aku bisa mengelola rasa yang selalu berkecamuk di hati dan nuraniku. Aku selalu punya pandangan pembenaran akan tindakanku kalo orang yang udah aku bunuh adalah sosok setan burik yang emang wajib kudu dilenyapkan. Keberadaan setan burik ini di dunia bisa menggangu kedamaian. Sedikit banyak kalo mereka dilenyapkan bisa mengurangi populasi kejahatan di bumi. Apakah aku berasa kek pahlawan setelah perasaan jumawa bisa membasmi kejahatan itu? Engga sama sekali, yang ada malah aku rugi. Namaku sekarang tercatat di data kepolisian dengan catatan pernah tersandung kasus hukum walaupun status akhirnya bebas tanpa hukuman.


Quote:


Karena masih dalam suasana hari lebaran saya memohon mangap sebesar-besarnya kepada semua para bestie Jumini dan Jumantono sekalian emoticon-Salamanemoticon-Maaf Agan

Ayam sorry ya, jum lanjutan sambungannya ntar aja lagi yaemoticon-Gregetan
Diubah oleh akukiyut 13-04-2024 14:20
mazyudyud
khodzimzz
grogoroth
grogoroth dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.