#NgabuburitCerita Keseruan Berburu Takjil di Kampung Ramadan Jogokaryan, 3.500 porsi Ludes!



Ajang ngabuburit hanya ada di saat bulan Ramadan. Setuju ksn, Gansist? Sehingga para Gansist pasti akan memanfaatkan momen tersebut dengan sebaik-baiknya dibikin secara spesial.

Pada kesempatan kali ini, mau berbagi cerita tentang ngabuburit yang boleh aku bilang spesial karena baru pertama kali ngabuburit di tempat ini.
Gansist pernah dengar dengan kampung Ramadan Jogokaryan Jogjakarta?

Kampung Jogokaryan ini cukup terkenal dengan acara kampung Ramadannya. Adapun pusat ngabuburit berada di komplek masjid Jogokaryan. Masjid Jogokaryan ini menyediakan menu takjil yang boleh dibilang sangat banyak hingga ribuan porsi dan di tempatkan di piring bukan di dalam dus nasi kotak.



Penasaran juga dengan banyaknya porsi takjil yang yang disediakan, aku pun mencoba ngabuburit di kompleks masjid Jogokaryan. Meskipun cukup jauh, sih dari rumah, sekitar 20 Km. Waktu itu aku berangkat dari rumah sekitar jam 16.15 WIB bareng istri, padahal rencananya mau berangkat jam empat sore biar tidak kesorean dikarenakan perjalanan yang cukup jauh.



Setelah kurang lebih 45 menit aku pun sampai di lokasi. Masjid Jogokaryan ini persis di pinggir jalan sehingga arus jalan pun harus ditutup. Sepanjang jalan sekitar 500 meter di kanan dan kiri sudah berjejer beraneka menu takjil yang dijajakan para pedagang warung tenda. Mulai dari aneka es, gorengan, sosis bakar, nasi bakar, bakso tusuk, dinsum, dll. Intinya semua makanan ada, Gansist tinggal pilih sesuai selera.



Harganya pun tidak terlalu mahal sekitar 5-15 ribuan. Waktu itu aku pilih makanan ringan seperti kentang goreng dan salad, karena untuk makanan beratnya (nasi) mau mengambil yang disediakan oleh panitia di masjid Jogokaryan.

Ternyata setelah sampai di depan masjid yang terlihat tinggal meja panjang yang sudah kosong dan hanya ada gelas minuman mineral. "Maaf, Mas untuk takjil hari ini yang sejumlah 3.500 porsi sudah habis." Seorang panitia memberitahukan hal itu kepadaku. 'Wah, belum rezeki.' Aku membatin. Karena belum memiliki makanan berat (nasi) aku pun kemudian membeli nasi sambel cumi seharga 10 ribu rupiah.



Setelah semua didapat, aku menggelar tiker plastik beli dadakan dengan harga lima ribu di sela-sela para penjual sambil menunggu azan magrib. Di dalam masjid diisi aksi dari anak-anak, mulai mengaji dilanjutkan bercerita, menggambar, dll itu yang terdengar dari luar. Banyak orang sehingga aku tidak begitu mendengar lagian jaraknya cukup jauh dari tempat aku dudu. Di kompleks masjid Jogokaryan rata-rata pengunjung pada duduk-duduk di dekat lokasi yang sekiranya nyaman sambil ngobrol ataupun selfie-an karena di serambi masjid sudah penuh.



Akhirnya bedug magrib tiba. Seru, rasanya seperti buka bersama massal. Hehehe. Setelah membatalkan puasa, aku pun beranjak dari tempat duduk masuk ke masjid untuk melaksanakan salat magrib. Nanti akan bergantian dengan istri yang sedang nungguin makanan yang belum habis.



Aku pilih ke lantai dua untuk mengambil air wudu karena tidak terlalu ramai dilanjut salat magrib juga masih di lantai dua. Oh, iya Gansist untuk salat magribnya dibagi menjadi beberapa sesi. Setelah sesi pertama selesai dilanjutkan sesi kedua, ada 3 atau 4 sesi untuk salat magribnya. Jadi Gansist tidak akan ketinggalan untuk salat magrib berjamaah.

Setelah selesai salat, aku pun kembali ke tempat semula dan gantian dengan istri. Aku melanjutkan mengudap menu berbuka yang telah dibeli. Setelah selesai kita pun menuju parkiran dengan membayar 3.000 rupiah saja.

Nah, itu tadi keseruan dan kemeriahan Kampung Ramadan Jogokaryan. Gansist penasaran? Bolehlah berkunjung melihat acara tersebut yang menjadi agenda tahunan. Banyak juga kok teman-teman yang datang dari luar daerah.

Sumber dokumen pribadi
Narasi pengalaman pribadi