- Beranda
- Stories from the Heart
#NgabuburitCerita, Anak Rantau Di Bulan Ramadan
...
TS
Laditachuda
#NgabuburitCerita, Anak Rantau Di Bulan Ramadan
dokumen pribadi
Sebagai anak rantau aku terkadang merasa sendirian tinggal di tanah orang. Sudah beberapa kali ramadan ini aku jalani di perantauan, bahkan sampai lebaran juga. Suka sedih kalau pas salat Ied melihat orang-orang yang datang bersama keluarga. Tapi aku juga sadar benar kalau ada juga mereka yang nasibnya sama seperti aku, puasa dan salat Ied sendirian.
Karena itu pula, ramadan kali ini bertekad nggak mau menikmati kesendirian. Karena ada juga si belahan hati (eits), teman aku dalam suka dan duka, yang ngeyelnya sama banget kayak aku. Jadi di hari-hari tertentu kalau ada waktu kita tuh sengaja ngabuburit. Membunuh waktu sambil hunting takjil. Walaupun kebanyakannya kita lebih sering nyari bagi-bagi takjil gratis (hahaha). Iyalah, emandong, banyak borong takjil padahal yang dibagikan gratis dimana-mana. Semoga semua orang juga ikut merasakan keseruan ramadan kaya kita (dapet banyak takjil gratis).
Ceritanya sambil ngabuburit nunggu waktu pengajian kita suka keliling dulu. Pernah saling cemberut karena sama-sama keras kepala plus gede ambek. Jadinya masalah kecil saja jadi besar. Pas lagi keliling sambil ambekan, tiba-tiba si dia berseru (setelah diem-dieman selama keliling 2 putaran)
"Eh, yo, takjil gratis tuh! gratis, liat tuh!"
Mata sepetku mendelik. Sempet-sempetnya liat takjil gratis, umpatku. Tapi mau nggak mau, jiwa berburuku berhasil mengusir bete yang sedari tadi membelit kayak syal butut.
"Gaskeeunn!" seruku. Nggak perlu diperintah lagi, dia sih langsung main tancap saja belok ke arah tempat takjil gratis (Rossi saja kalah sama gaya beloknya).
Dan tahu nggak? Kita dapat bungkusan yang isinya gorengan. Dikasih dua bungkus pula. Padahal sebelumnya aku sempat beli risoles sama gorengan pula. Duh, jadi kebanyakan makanannya. Akhirnya sepanjang jalan aku nyari orang yang bisa aku bagi takjil juga. Sayangnya, waktu itu nggak nemu satu pun. Bersyukur juga aku, saking berlimpahnya makanan di bulan ramadan ini, jadi tidak ada yang perlu mengemis-ngemis makanan lagi.
Ngabuburit Di Mesjid
Kembali ke cerita yang aku bertekad nggak mau merasa sendirian di bulan ramadan ini. Sesuai visi dan misi, aku bertekad berbuka puasa bareng-bareng. Jadinya setelah ritual sepanjang hari kayak pengajian dan tadarusan, magribnya pasti solat ke masjid juga. Nggak berharap dapat nasi gratis juga sih, karena selalu bawa bekal dari rumah, lagian tinggal beli saja nasi mah. Yang penting pas azan buka puasa itu, duduk bareng-bareng, baca doa, terus mulai berbuka. Seru kalau nonton bocil yang pada duduk sambil makan jajanan mereka. Sering juga aku ngajak ngobrol mereka. Lucu kalau nonton mereka lagi main di halaman masjid tuh.
Bonusnya, setelah salat magrib itu suka dibagikan nasi kotak. Alhamdulilah kalau dapat, jadinya tambah lama lagi duduk bareng sambil makannya. Selama ramadan ini aku selalu usahain tarawih di luar juga. Dan karena pengaruh ngeyelnya itu, aku keliling nyari masjid yang tarawihnya nggak terlalu lama. Seru juga, jadi banyak teman di mana-mana. Tapi jadinya, ya pindah-pindah gitu salat tarawihnya.
The Magic Word "Tolong dan Terima Kasih"
Serunya buka di luar itu nontonin tingkah laku anak-anak. Pada ceria sama ngeyel mereka itu. Kalau pas jam buka mereka suka duduk melingkar. Semua jajanan disimpan di tengah lingkaran, terus mereka buka puasa sama-sama.
Namanya anak-anak pasti ada tingkah yang bikin ketawa. Sayangnya, terkadang kurang tertib, suka lupa buang sampah di tempatnya. Pernah sewaktu pulang salat magrib di tangga masjid banyak plastik bekas makan dan minum.
Spontan langsung aku nanya dong sama anak-anak yang lagi pada ngumpul. "Ini siapa yang buang sampah di sini?"
"Nggak tau, bukan aku ...."
"Itu kakak kelas aku kayaknya ...."
Lucu-lucu pokoknya jawabannya. Terus aku minta tolong sama mereka untuk membersihkan sampah.
"Masa sih sama kakak kelas?" tanyaku geli. "Siapa nih yang mau nolongin bersihin sampahnya?"
Diluar dugaan, mereka langsung antusias mendengar permintaanku.
"Aku dong!"
"Ayo, bersihin, bersihin!"
"Amal tau kalo dibersihin!"
Yah, begitu jawaban anak-anak itu. Lucu dan lugu. Dan dalam sekejap tangga masjid jadi bersih oleh mereka.
"Makasih yaah!" seruku sambil menaiki sepeda ontel. Dan mereka masih tetap mengambil sampah-sampah yang berserakan. Tidak hanya yang di tangga masjid, tapi juga yang di teras dan di halaman masjid.
The magic word "tolong dan terima kasih" bekerja cepat, tanpa paksaan, mereka juga melakukan dengan ikhlas.
Ah, aku suka sekali cerita-cerita di ramadan kali ini. Tanpa rasa sepi, penuh kehangatan dan indahnya berbagi.
Karena itu pula, ramadan kali ini bertekad nggak mau menikmati kesendirian. Karena ada juga si belahan hati (eits), teman aku dalam suka dan duka, yang ngeyelnya sama banget kayak aku. Jadi di hari-hari tertentu kalau ada waktu kita tuh sengaja ngabuburit. Membunuh waktu sambil hunting takjil. Walaupun kebanyakannya kita lebih sering nyari bagi-bagi takjil gratis (hahaha). Iyalah, emandong, banyak borong takjil padahal yang dibagikan gratis dimana-mana. Semoga semua orang juga ikut merasakan keseruan ramadan kaya kita (dapet banyak takjil gratis).
Ceritanya sambil ngabuburit nunggu waktu pengajian kita suka keliling dulu. Pernah saling cemberut karena sama-sama keras kepala plus gede ambek. Jadinya masalah kecil saja jadi besar. Pas lagi keliling sambil ambekan, tiba-tiba si dia berseru (setelah diem-dieman selama keliling 2 putaran)
"Eh, yo, takjil gratis tuh! gratis, liat tuh!"
Mata sepetku mendelik. Sempet-sempetnya liat takjil gratis, umpatku. Tapi mau nggak mau, jiwa berburuku berhasil mengusir bete yang sedari tadi membelit kayak syal butut.
"Gaskeeunn!" seruku. Nggak perlu diperintah lagi, dia sih langsung main tancap saja belok ke arah tempat takjil gratis (Rossi saja kalah sama gaya beloknya).
Dan tahu nggak? Kita dapat bungkusan yang isinya gorengan. Dikasih dua bungkus pula. Padahal sebelumnya aku sempat beli risoles sama gorengan pula. Duh, jadi kebanyakan makanannya. Akhirnya sepanjang jalan aku nyari orang yang bisa aku bagi takjil juga. Sayangnya, waktu itu nggak nemu satu pun. Bersyukur juga aku, saking berlimpahnya makanan di bulan ramadan ini, jadi tidak ada yang perlu mengemis-ngemis makanan lagi.
Ngabuburit Di Mesjid
Kembali ke cerita yang aku bertekad nggak mau merasa sendirian di bulan ramadan ini. Sesuai visi dan misi, aku bertekad berbuka puasa bareng-bareng. Jadinya setelah ritual sepanjang hari kayak pengajian dan tadarusan, magribnya pasti solat ke masjid juga. Nggak berharap dapat nasi gratis juga sih, karena selalu bawa bekal dari rumah, lagian tinggal beli saja nasi mah. Yang penting pas azan buka puasa itu, duduk bareng-bareng, baca doa, terus mulai berbuka. Seru kalau nonton bocil yang pada duduk sambil makan jajanan mereka. Sering juga aku ngajak ngobrol mereka. Lucu kalau nonton mereka lagi main di halaman masjid tuh.
Bonusnya, setelah salat magrib itu suka dibagikan nasi kotak. Alhamdulilah kalau dapat, jadinya tambah lama lagi duduk bareng sambil makannya. Selama ramadan ini aku selalu usahain tarawih di luar juga. Dan karena pengaruh ngeyelnya itu, aku keliling nyari masjid yang tarawihnya nggak terlalu lama. Seru juga, jadi banyak teman di mana-mana. Tapi jadinya, ya pindah-pindah gitu salat tarawihnya.
The Magic Word "Tolong dan Terima Kasih"
Serunya buka di luar itu nontonin tingkah laku anak-anak. Pada ceria sama ngeyel mereka itu. Kalau pas jam buka mereka suka duduk melingkar. Semua jajanan disimpan di tengah lingkaran, terus mereka buka puasa sama-sama.
Namanya anak-anak pasti ada tingkah yang bikin ketawa. Sayangnya, terkadang kurang tertib, suka lupa buang sampah di tempatnya. Pernah sewaktu pulang salat magrib di tangga masjid banyak plastik bekas makan dan minum.
Spontan langsung aku nanya dong sama anak-anak yang lagi pada ngumpul. "Ini siapa yang buang sampah di sini?"
"Nggak tau, bukan aku ...."
"Itu kakak kelas aku kayaknya ...."
Lucu-lucu pokoknya jawabannya. Terus aku minta tolong sama mereka untuk membersihkan sampah.
"Masa sih sama kakak kelas?" tanyaku geli. "Siapa nih yang mau nolongin bersihin sampahnya?"
Diluar dugaan, mereka langsung antusias mendengar permintaanku.
"Aku dong!"
"Ayo, bersihin, bersihin!"
"Amal tau kalo dibersihin!"
Yah, begitu jawaban anak-anak itu. Lucu dan lugu. Dan dalam sekejap tangga masjid jadi bersih oleh mereka.
"Makasih yaah!" seruku sambil menaiki sepeda ontel. Dan mereka masih tetap mengambil sampah-sampah yang berserakan. Tidak hanya yang di tangga masjid, tapi juga yang di teras dan di halaman masjid.
The magic word "tolong dan terima kasih" bekerja cepat, tanpa paksaan, mereka juga melakukan dengan ikhlas.
Ah, aku suka sekali cerita-cerita di ramadan kali ini. Tanpa rasa sepi, penuh kehangatan dan indahnya berbagi.
alizazet dan 4 lainnya memberi reputasi
5
84
6
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.4KAnggota
Tampilkan semua post
azukaone
#3
Pas dirantau ane sering nggak puasa gan dulu. Bisa 50:50 mtuh puasanya. Maklumlah kesibukan kuliah dan nggak ada yang ngurus makan baik buka maupun sahur
0
Tutup