Kaskus

Story

afryan015Avatar border
TS
afryan015
AGRAPANA "NYAWA INGKANG DIPUN GANTOSAKEN"
     AGRAPANA "NYAWA INGKANG DIPUN GANTOSAKEN"
Bab 1


“Bu pokoknya Tias maunya kamar di lantai dua ya, sepertinya disana kamarnya nyaman” ucap Tias kepada Ibunya.


“Iya terserah kamu, yang penting kita pindahkan dulu barang bawaan kita ini kedalam, dan nanti kita tata semua bersama sama biar cepat selesai” ucap ibunya sambil melangkah kedalam rumah membawa kardus berisi barang dari rumah lama.


“Pokoknya terserahkamu saja yas, yang penting kamu nyaman tinggal disini, apa lagi di lantai dua ada tempat yang bisa kamu gunakan buat ngerjain pekerjaan kamu kan” imbuh ayah Tiyas yang sedang menurunkan barang – barang dari mobil bak yang membawa perabotan rumah mereka.


Tias dan keluarganya baru pindah ke rumah kontrakan yang baru, karena rumah kontrakan mereka yang lama sudah tidak bisa diperpanjang lagi, dan hari ini mereka mulai memindahkan perabotan rumah ke kontrakan yang baru.


Ayah Tias merasa beruntung mendapatkan rumah kontrakan yang murah dengan luas rumah yang cukup lega dibandingkan dengan kontrakan sebelumnya, ditambah lagi halaman yang juga luas, apalagi kontrakan yang sekarang memiliki dua lantai, dimana dilantai satu memiliki fitur, satu ruang tamu, dua kamar dengan salah satunya kamar utama, satu kamar mandi, satu dapur, satu ruang keluarga yang terbilang cukup luas dan halaman belakang yang terbilang cukup luas untuk menjemur pakaian, sedangkan untuk di lantai dua memiliki firur satu kamar dengan balkon, satu ruangan yang cukup untuk digunakan bersantai atau digunakan sebagai ruang kerja, dan satu kamar mandi, dengan fasilitas seperti itu Ayah Tias mendapatkan harga yang cukup terjangkau, dan rumah itu pun belum lama ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya.


Tias membantu orang tuanya membawa masuk barang barang yang berada diluar untuk dimasukan kedalam rumah, satu persatu box kardus mulai dibuka dan dikeluarkan isinya untuk ditata pada tempat yang mereka inginkan, suasana riang keluarga kecil itu terdengar saat mereka sedang beristirahat disiang hari untuk melepas lelah karena sejak pagi berberes dan menata rumah.


“Hahaha, Apa lagi waktu Tias masih kecil ya yah, manjanya bukan main, dikit dikit buk, dikit dikit buk, sampe mau beol aja harus ada ibu, pernah waktu itu ibu di panggil Tias yang katanya mau beol tapi ibu lagi repot masak, bukannya pergi ke WC sendiri malah lompat – lompat kecil dibelakang ibu sambil sambil megangin pantat haha” ucap ibu Tias bercerita sambil terkakak.


“Ah ibu ah, itu kan dulu waktu aku kecil bu, sekarang kan udah nggak” dengan wajah cemberut menahan malu Tias protes pada ibunya.


“Haha terus yah, pas mau ibu angkat Tias buat dibawa ke WC, eh dia malah nangis sambil bilang, udah keluar bu, ahahaha” ucap ibu Tias tidak bisa menahan tawanya.


“Haha, namanya juga masih kecil ya yas, sini nggak usah cemberut, sini ayah cium” ucap ayah Tias membujuknya supaya tidak cemberut.


“Ah ibu tuh, sukanya ngejek aku terus” sambil mendepet ayahnya seolah mengadu.


“Udah nggak papa, eh tapi kok bau apa gitu ya ada yang aneh, kamu nggak beol kan yas?” ucap ayah Tias menggodanya.


“Ah ayah ih, sama aja, nggak lah aku udah bukan anak kecil lagi, ah udah ah aku mau keatas dulu ngerapiin kamar aku” sambil melepaskan pelukan ayahnya, Tias lantas bangkit dari posisi duduknya dan langsung melangkah ke lantai dua dengan menutup wajahnya karena tersipu malu namun gengsi untuk menunjukan pada kedua orang tuanya.


“ih ih ih cemberut sambil cengar cengir itu, nggak usah di tutupin, ibu udah liat kok haha” ucap ibu Tias menggoda.


“Haha, jangan kelamaan ya Yas, habis ini kita keluar buat makan, nanti kalo ayah panggil turun ya” ucap ayah Tias.


“Iya yah” ucap Tias singkat.


Setelah sampai di lantai dua, Tias mengambil beberapa kardus yang berada di ruangan yang sepertinya akan digunakan Tias sebagai tempat bersantai sekalikus beraktifitas, satu box kardus diraihnya untuk kemudian diletakan didalam kamar yang akan ditempatinya, box kardus itu kemuda dibukanya dan dikeluarkannya lah isi – isi didalamnya kemudian diletakan di atas kasur yang sebelumnya sudah ditata bersama dengan ayahnya, beberapa box yang isinya merupakan barang barang milik Tias sudah terbuka, dan satu persatu ditata pada tempatnya, seperti pakaian, buku buku dan lainnya ditata dengan sangat cekatan oleh Tias, dan tidak lupa gorden penutup jendela pun dia pasang, setelah dirasa lelah, Tias memutuskan untuk berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum nyelesaikan menata barang yang masih tergeletak bukan pada tempatnya.


Teringat dengan perkataan ayahnya kalau mereka akan pergi makan siang diluar, lantas Tias menuju ke arah anak tangga lalu bertanya dengan nada yang kencang supaya orang tuanya di bawah mendengar.


“Yah? mau keluar makan siangnya jam berapa?” ucap Tias berteriak dari lantai dua.


“Sebentar lagi ya, ini masih tanggung beresin ruang tengah, biar nanti bisa buat santai dulu, soalnya nggak bakal selesai satu hari ini” ucap ayah Tias menjawab dari bawah.


“Oh ya udah yah, aku dikamar ya, mau istirahat sebentar, capek banget, nanti kalau mau berangkat panggil aku jangan ditinggal” ucap Tias membalas jawaban dari ayahnya.


“Iya tenang aja, sana istirahat dulu” dengan suara sambil membersihkan dan menata ruangan ayahnya menjawab.


Tias pun kembali kedalam kamarnya dan langsung mengarah ke kasur yang sepertinya terlihat sangat nyaman untuk ditiduri sebentar, “Bruughhh” suara tubuh Tias beradu dengan kasur umpuk terdengar saat Tias menjatuhkan dirinya dalam kondisi terlentang.


“Hmmhhh nyamannya, rasanya enak banget” ucap Tias berbicara sendiri sembari tangannya merangsak masuk kedalam saku celananya untuk meraih ponsel yang dia simpan disaku.


Tias dengan asiknya mengadu ibu jarinya dengan ponselnya untuk membuka beberapa informasi dan hal hal menarik lainnya yang bisa dia kases dari dalam ponselnya itu, semua aplikasi Novel kemudian dia buka untuk melanjutkan bacaan yang sebelumnya belum selesai dia baca.


Tak lama setelah dia asik membaca Novel dari ponselnya, tiba – tiba mata yang sedang asik memandang layar ponsel itu menjadi sedikit berat untuk membuka matanya, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang Tias, maklum lah karena merasa lelah setelah dari pagi hingga siang ini dia terus berberes rumah baru alisa pindahan, dan tanpa sadar ponsel itu pun terlepas dari genggaman tangan Tias yang akhirnya ponsel itu harus beradu dengan wajahnya.


“Aduh, sakit, sakit” sambil menggosok wajahnya untuk meredakan rasa sakit akibat hantaman ponsel itu, Tias kemudian merubah posisi nya menjadi miring kesamping dan berbicara pada batinnya “mungkin tidur sebentar nggak papa kali ya, kan ibu sama ayah masih bersih bersih”. tak perlu waktu lama akhirnya Tias pun terlelap dalam tidurnya karena kelelahan.


“srek, srek, skrek” suara sapu bergesekan dengan lantai terdengar di luar kamarnya, Tias berfikir itu adalah orang tuanya yang sedang membersihkan ruangan yang berada di depan kamarnya itu, karena memang ruangan itu belum dibersihkan karena masih digunakan untuk meletakan barang – barang yang akan ditata di lantai dua ini.


“Bu, udah siap belum, kita mau keluar jam berapa” dengan keadaan masih terpejam Tias berkata.


“......” namun sama sekali tidak ada jawaban dari luar kamarnya.


“Bu, ih jawab lah, aku udah lapar ini” ucap Tias sedikit kesal.


“......” namun kembali lagi pertanyaan yang di ucapkan Tias sama sekali tidak mendapat jawaban dari ibunya.


Karena tidak mendapat jawaban, Tias pun kemudian membuka matanya dan ternyata saat dia membuka matanya kondisi kamarnya sudah sedikit gelap karena adanya awan mendung diluar rumah yang menandakan akan turun hujan, melihat hal itu, Tias kemudian bergegas keluar kamar dan menghampiri suara itu, dan saat sampai diluar kamar, Tias tidak mendapati ibunya berada disana, hanya ada sapu yang bersadar pada tembok dengan bagian sisinya terdapat kotoran yang sudah terkumpul.


“Duk duk duk” suara langkah kaki terengar menuruni anak tangga menuju ke lantai satu, Tias kemudian segera mengejar kearah suara langkah kaki itu sambil bertanya “bu, kapan kita keluarnya ini? keburu hujan lho” namun pertanyaan itu sama sekali tidak dijawab, Tias melihat dari atas lanti dua bahwa ibunya itu turun dan berjalan menuju kearah dapur, karena merasa kesal tidak mendapat jawaban dan dicueki oleh ibunya, Tias kemudian mencoba untuk bertanya pada ayahnya, walaupun dia belum melihat ayahnya berada disana.


“Yah, kapan kita mau keluar buat makan, keburu hujan nih” Tias berkata sambil berjalan turun dan mengikuti ibunya.


Namun hal sama juga terjadi, tidak ada tanggapan atau jawaban dari ayahnya, yang mungkin memang sedang tidak berada disana, karena saat Tias sampai di lantai bawah pun, dia tidak melihat adanya sosok ayahnya disana, yang ada hanya keheningan rumah tanpa adanya aktifitas, namun sosok ibu Tias masih terlihat sedikit berbelok kearah salah satu sudut di ruang dapur, hingga akhirnya dia tidak melihat sosok ibunya lagi, dan karena butuh jawaban diapun mengejar ibunya ke dapur, berharap kalau dia bertanya secara langsung dengan jarak dekat akan langsung direspon.


Setelah Tias berjalan ke arah dapur, kini dia terkejut karena tidak mendapati ada seorangpun yang berada disana, padahal dia jelas jelas melihat kalau ibunya berjalan menuju kearah dapur ini, wajah bingung terlihat jelas pada raut muka Tias, otaknya seakan tidak bisa menerima apa yang baru saja dia liat, hal itu membuatnya berdiri mematung sambil memikirkannya.


Namun tak berselang lama, suara motor terdengar dari depan rumah dan berhenti disana, mendengar saura motor itu, Tias kemudian tersadar dari lamunanya karena memikirkan sosok yang tadi dia lihat, Tias kemudian berjalan menuju ke ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.


“Ceklek, ceklek” suara kunci pintu dibuka dari luar rumah.


“Assalamu’alaikum, buruan masuk yah, itu jangan lupa makanannya dibawa masuk, cepetan yah, keburu ujan nih, laper juga” ucap ibu Tias meminta suaminya untuk cepat masuk membawa makanan yang baru saja mereka beli.


“Wa’alaikum salam, loh ibu dari mana sama ayah?” tanya Tias keheranan melihat orang tuanya datang dari luar rumah.


“Ini, baru aja beli makanan buat kita makan siang, maaf ya kelamaan, abisnya lumayan antri tadi dipenjual nasi padangnya, kayaknya sih enak soalnya antri” ucap ibu Tias sambil membawa makanan yang baru saja diberikan ayah Tias padanya untuk segera dihidangkan.


“Loh ayah sama ibu udah dari tadi keluar, kok nggak bangunin aku sih?” dengan nada kesal Tias merajuk pada orang tuanya.


“Nggak tega ayah mau bangunin kamu yas, soalnya dari cara tidurmu kayaknya kamu capek banget, jadi ayah putusin buat biarin kamu tidur dan ayah sama ibu beli makanan buat dibungkus” sambil mengelus kepala Tias, ayahnya berlalu melewatinya.


“Jadi dari tadi aku sendirian dirumah?” tanya Tias pad orang tuanya.


“Iya, maaf ya, udah sekarang yang penting kita makan dulu, ini ibu siapun dulu ya di meja makan, eh iya ayah, tolong tutupi jendela balkon lantai dua ya, soalnya mau hujan, takut airnya nanti masuk kerumah” ucap ibu Tias.


Dengan ekspresi bingungnya, Tias hanya bisa terdiam, dia masih memikirkan sosok yang dia lihat tadi saat turun dari lantai dua, karena apa yang dia lihat itu perwujudannya sangat mirip dengan sosok ibunya.


Tidak mau berfikir macam – macam, Tias berusaha bersikap positif dan beranggapan apa yang dia lihat itu tidak benar, mungkin karena efek dari bangun tidur dimana nyawanya belum kembali seutuhnya.


Tias juga tidak menceritakan hal tersebut pada orang tuanya, dia tidak mau dianggap penakut oleh kedua orang tuanya, apalagi rumah ini baru saja akan dia tempati, tidak mungkin karena menganggap hal seperti itu serius membuatnya menjadi takut untuk tinggal disini.


Mencoba untuk melupakan hal yang baru saja dia lihat, Tias kemudian menyusul ibunya kedapur untuk menyiapkan makanan yang sudah dibeli tadi, sambil menyiapkan makanan, Tias terus melihat kesekeliling dapur, walaupun dalam pikirannya ingin melupakan hal tadi, namun bayangan itu terus muncul didalam otaknya, dengan kata lain otaknya masih belum menerima hal yang masih belum bisa masuk kedalam akal, karena Tias merasa setelah dia bangun tidur, dia merasa sudah sadar sepenuhnya.


Setelah semua makanan siap untuk disajikan, Tias diminta oleh ibunya untuk memanggil ayahnya turun kebawah supaya mereka bisa makan bersama, beberapa kali Tias mencoba memanggil dari arah tangga menuju lantai dua, ayahnya hanya menjawab sebentar, mungkin ayah Tias sambil mengecek barang – barang yang berada di lantai dua.


Karena terlalu lama, Tiaspun kemudian menyusul ke lantai dua dimana ayahnya berada, dan sesampainya di sana, ternyata ayahnya sedang asik melihat atau mengecek isi dari kotak yang belum dibuka, memastikan kalau semua barang sudah berada disini, jadi tidak perlu untuk kembali lagi ke kontrakan lama karena ada yang tertinggal.


“Ih ayah nih, udah ayo turun dulu, aku udah lapar lho, malah asik ngecek barang, kan bisa nanti” dengan sedikit kesal Tias meraih tangan ayahnya untuk segera turun kebawah.


“hehe iya, iya, ayo kita turun, ini ayah nyalain lampu sekalian, kayaknya mau ujan besar soalnya makanya gelap banget” ucap ayahnya sambil meraih saklar lampu dan menyalakannya.


Setelah itupun Tias turun bersama ayahnya menuju kearah meja makan, disana ibu Tias sudah menunggu sambil menonton TV yang kebetulan televisi masih bisa terlihat dari meja makan, Tias dan ayahnya pun kemudian duduk dikursi meja makan dan langsung menyantab makanan yang sudah tersaji.


Obrolan meja makan tak pernah mereka lewatkan, suasana keakraban mereka menandakan keluarga yang sangat harmonis, suasana hangat sangat nampak pada keluarga Tias ini, namun saat sedang asiknya ngobrol sambil menyantab makanan yang sudah dibeli tadi, hujan deraspun akhirnya turun, langit gelap sudah tidak bisa membendung volume air yang ditampungnya.


Suara gemricik air hujan beradu dengan genteng rumah terdengar sangat keras, angin berhembus dengan cukup kencang terlihat dari jendela yang menampakan dedaunan bergoyang dengan cepat karena tertiup angin.


Karena curah hujan yang cukup besar, ditambah petir mulai bergelegar di langit, TV yang tadinya menyala, terpaksa harus dimatikan karena takutnya TV itu akan tersambar petir, dan benar saja tak berselang lama setelah TV itu dimatikan oleh ibu Tias, “DIIIAARRR” suara petir menggelegar seolah tepat berada diatas rumah mereka, listrikpun padam, membuat rumah menjadi sedikit gelap karena masih ada cahaya yang masuk dari jendela.


Karena lampu padam, ibu Tias langsung berinisiatif mencari lilin untuk menerangi meja makan, soalnya tidak nyaman apabila makan namun dalam kondisi minim cahaya, disaat bersamaan dari arah lantai dua, tiba – tiba .....
Diubah oleh afryan015 12-03-2024 20:55
andrianallsizeAvatar border
nderek.langkungAvatar border
DhekazamaAvatar border
Dhekazama dan 37 lainnya memberi reputasi
38
9.9K
355
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#15
Bab 4
Tidak ada sama sekali rambut bahkan kotoran yang tadi sudah disapu oleh Ibu Tias. Wajah dari ibu Tias benar benar tidak bisa menerima apa yang dia lihat bahwa tempat sampah yang berada di balkon itu hanya ada sampah kertas bekas dari kerjaan Tias.

“Loh kok nggak ada, padahal tadi ibu udah nyapu lho, dan ibu juga nemuin rambut rontok di kamar kamu Yas, masa ibu halu sih” ucap ibu Tias tidak bisa menerima.


“Ibu kecapean kali beres beres dari pagi, udah sekarang istirahat dulu aja, nanti aku terusin bersih bersihnya, lagian rambutku juga nggak ada yang rontok kok bu” ucap Tias berusaha menenangkan ibunya.


Mendengar kegaduhan di lantai dua, ayah Tias kemudian menyusul mereka berdua ke lantai dua untuk mengetahui ada masalah apa kok sampai  bisa ribut kedengaran ke bawah.


“Ada apa sih kalian, ribut – ribut kedengeran sampe bawah lho” ucap ayah Tias bertanya.


“Ini lho yah, aku kan tadi udah nyapu, udah ngrapiin kamar Tias, handuk basah Tias juga udah aku jemur disini, eh pas ibu ke atas lagi, semua masih berantakan  kondisinya seperti waktu ibu belum beresin” ibu Tias memberikan penjelasan pada suaminya.


“Ibu kecapean mungkin itu, udah nanti biar aku sama Tias aja yang lanjutin bersih – bersih, sini pelnya biar ayah terusin ngepel lantai duanya” ucap ayah Tias sembari mengambil pel yang masih di pegang oleh istrinya.,


“iya udah ibu istirahat aja ya, nyantai di depan tv sambil menikmati kelezatan gorengan hehe” ucap Tias menggoda ibu supaya tidak terlalu memikirkan hal ini.


Akhirnya ibu Tias pun mengikuti apa yang disarankan oleh suami dan anaknya, tapi sebagai gantinya ibu Tias untuk makan malam diminta membuat makanan kesukaan suami dan anaknya yaitu martabak asik dengan isian daging sapi, dan itu pun di setujui oleh ibu Tias.


Singkat cerita hari itu Tias dan ayahnya saling membantu untuk membersihkan seisi rumah termasuk menjemur dan mencabuti rumput, dan hingga akhirnya malam hari pun tiba, ibu Tias sudah selesai membuatkan martabak kesukaan suami dan anaknya, sambil menikmati martabak buatan ibunya, seperti biasa mereka saling ber senda gurau, membuat seisi rumah menjadi hangat.


Sekitar pukul delapan malam, ayahnya berpamitan untuk kembali ke meja kerjanya yang masih satu ruangan di ruang tengah, dan Tias sendiri mulai beranjak ke lantau dua untuk melanjutkan progres desain yang diminta oleh client nya, sedangkan untuk ibu Tias, dia masih asik menonton sinetron di layar tv sembari menemani suaminya menyelesaikan kerjaan untuk di setorkan kekantornya besok.


Dengan sangat giat dan bersemangat Tias mendesain sebuah pesanan yang diminta client, apalagi dia baru mendapatkan alat untuk memudahkan pekerjaannya, sehingga tidak sadar dalam pengerjaannya sudah memakan waktu yang lama, tak terasa jam sudah hampir menunjukan pukul setengah dua belas malam, orang tua Tias dari lantai satu berkata padanya untuk jangan kemalaman tidurnya paling tidak jam dua belas sudah harus tidur, dan Tiaspun menyanggupi apa yang diminta oleh orang tuanya.


Seluruh ruangan di lantai satu lampu satu persatu dimatikan oleh ayahnya hingga terlihat gelap gulita, dan hanya sebagian kecil ruangan yang masih mendapatkan cahaya dari lantai dua.


Ayah dan ibu Tias kemudian memasuki kamarnya dan mengunci dari dalam seperti biasanya, meninggalkan Tias yang masih asik mengadu pen dengan Drawing tabnya, suara detik jam mulai terdengar dengan jelas, menandakan malam itu terasa sangat sunyi sekali, jam hampir menunjukan pukul dua belas lewat sepuluh menit, namun Tias masih dengan asik dengan kesibukannya, hingga di suatu momen…


Dari lantai satu terengar suara benda bergerak seolah diseret, “Sreeeekkk” suara itu terdengar seperti suara kaleng yang diseret dan beradu dengan meja didapur, karena merasa penasan, Tias kemudian menghentikan kerjaannya lalu berjalan turun kebawah sambil sedikit mengintip kearah dapur, tangan kanannya mencari saklar untuk menyalakan lampu yang berada di ruang tengah supaya cahaya dari ruang tengah bisa sedikit menyinari sebagian dapur, daripada dia harus berjalan masuk kedapur untuk menyalakan lampunya.


Setelah menemukan saklarnya dan menghidupkan lampu ruang tengah, Tias kemudian menajamkan penglihatannya untuk diarahkan kearah dapur, sebuah bulatan cahaya kecil terlihat berada diarea bawah meja, saat dia mencoba untuk mendekatinya, tiba – tiba “TTUUAARRR” suara benda jatuh terdengar cukup keras, tutup panci dari yang terbuat dari besi terlihat menggelinding kearah bawah meja.


Tidak sampai disitu saja, setelah tutup panci berhenti disana, tutup panci itu kemudian terlihat seperti diseret dengan cepat, “Sreeekkk” suara tutup panci itu terdengar begitu mengagetkan Tias, reflek dia langsung lari keatas menaiki anak tangga tanpa mematikan lampu ruang tengah, sedangkan saat dia sedang menaiki anak tangga menuju lantai dua, tiba tiba dia dikejutkan dengan sesuatu yang tiba tiba melesat dengan cepat menuju kearah balkon.


Tak mau ambil pusing, Tias lantas masuk kedalam kamarnya dan lagi lagi tanpa mematikan komputer yang sedang dia gunakan untuk mendesain dan juga tanpa mematikan lampu yang berada diruangangan itu. Tias sudah tidak peduli, yang penting sekarang dia merasa aman dulu tanpa adanya gangguan, apalagi ditambah melihat sesuatu yang melesat dengan cepat di depan kamarnya, jelas menjadikan rasa takut mendominasi dalam pikirannya.


Dalam hatinya, padahal dia merasa sudah aman dan tidak akan diganggu lagi, karena dia terakhir diganggu, saat pertama kali masuk rumah ini saja dan setelah itu aman, dia beranggapan waktu itu adalah salam kenal dari penunggu disini dan tidak muncul lagi setelah menunjukan eksistensinya, namu dimalam ini malah justru gangguan itu terasa sangat nyata dan dia memastikan kalau dia tidak sedang halu.


Dalam benak Tias ingin rasanya untuk segera tidur supaya tidak merasakn takut lagi, diatas kasur dia menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut, beberapa kali dia mencoba untuk tertidur namun perasaan was was selalu muncul dalam hatinya, banyak pengandaian didalam otaknya, “bagaimana kalau sosok tadi masuk, bagaimana kalau sosok dibawah itu menuju ke kamarnya dan lain lain” hal itu membuat Tias menjadi susah tidur karena merasa dalam kondisi tertekan.


Saat dia masih berusaha untuk tidur, dari arah luar kamarnya, Tias mendengar suara langkah kaki yang sangat pelan menaiki anak tangga, dan setelah sampai dilantai dua, suara langkah kaki itu mulai berjalan meuju kearah balkon dan tak lama setelahnya terdengar suara gagang pintu seolah ditarik dan membuat pintu balkon terbuka, padahal Tias tahu bahwa pintu menuju balkon sudah dia kunci sejak ba’da isya.


Perasaan campur aduk terus berkecamuk di dalam batin Tias, ingin rasanya dia untuk berlari menuju kekamar kedua orang tuanya, namun dia berfikir lagi kalau tidak enak, cewek yang sudah mulai dewasa seperti dirinya masih takut untuk tidur sendiri, tapi mau bagai mana perasaan Tias sudah tidak karuan, ada saat dia mencoba berfikir positif, yah walaupun positif tapi akhirnya tetap negatif juga hanya saja dia beranggapan kalau suara langkah kaki itu dalah suarah langkah kaki maling, jadi dia bisa beralasan kalau dia mendengar maling masuk kedalam rumah mereka.


Setelah mendapatkan pikiran semacam itu, Tias berinisiatif menelfon hp ayahnya dan meminta ayahnya untuk coba mengecek apakah ada orang disana atau tidak, namun beberapa kali dia mencoba untuk menelfon ayahnya, sama sekali tidak ada jawaban atau telfon tidak diangkat oleh ayahnya.


Suara langkah kaki yang mulanya terdengar melangkah ke arah balkon, kini seperti berjalan menuju kearah kamarnya, sontak Tias kemudian membuka selimutnya dan mencari barang untuk dijadikan senjata, jadi apa bila maling itu masuk ke kamarnya, Tias sudah siap dengan senjata untuk memukul maling itu, fikiran tentang gangguan hantu sementara bisa diatasi dengan terkecoh anggapan kalau itu maling.


Tias mendapatkan sebuah raket nyamuk yang kebetulan berada di atas meja didalam kamarnya, dengan langkah perlahan Tias kemudian mendekat kearah pintu, sedangkan langkah kaki yang berada diluar kamarnya, ikut berhenti tepat didepan pintu kamar, gagang pintu mulai bergerak seolah tanda akan dibuka pintu kamar Tias, dengan tangan yang menggegam raket nyamuk  pada posisi siap memukul Tias kemudian menunggu momen tepat saat pintu itu dibuka, dan benar saja, tak menunggu terlalu lama, pintu kamar Tias tiba tiba terbuka, Tias lantas melayangkan pukulan menggunakan raket itu dengan mata terpejam.


Namun saat dia telah melayangkan pukulan itu , dia sama sekali tidak merasakan pukulanya mengenai sesuatu sedangkan Pintu kamar sudah terbuka dan saat Tias membuka matanya dia tidak mendapati ada siapapun yang berada diluar sana, ekspresi takut yang luar biasa pada wajah Tias sudah tidak bisa lagi disembunyikan, rasa takut begitu memuncak begitu dirasakan olehnya, dia lantas berlari turun kearah anak tangga menuju ke lantai satu.


Sesampainya dilantai satu dengan kondisi lampu yang masih menyala karena Tias tadi tidak mematikan lampunya, membuat Tias lebih mudah untuk berlari menuju kearah kamar orang tuanya.


Sesampainya didepan kamar orang tuanya, Tias berniat langsung membuka kamar itu, namun gagang pintu sudah dia coba gerakan naik dan turun, sama sekali tidak membuat pintu itu terbuka, yang menandakan pintu itu dikunci dari dalam, dengan wajah panik, Tias menggedor gedor pintu kamar orang tuanya.


“Ayah buka pintunya yah tolong cepet bangun yah” suara ketakutan bercampur menahan tangin keluar dari mulut Tias.


Namun sepertinya dari dalam kamar orang tua Tias sudah sangat larut dalam tidurnya, tak mau menyerah, dengan tidak adanya respon dari orang tuanya didalam, Tias kemudian menggedor gedor pintu kamar orang tuanya.


Saat Tias sedang menggedor gedor kamar orang tuanya, tiba tiba dari arah dapur, muncul sosok dari arah sana, rasa takut Tias semakin menjadi, dan sosok itu berjalan mendekat kearah Tias, karena dari arah dapur dan terhalang cahaya yang minim, Tias masih tidak bisa melihat siapa sosok yang mendekat itu, namun kaki Tias sudah merasakan lemas, perlahan posisi Tias yang tadinya berdiri tiba tiba merosot karena merasa lemas dan akhirnya terduduk di lantai sambil tidak bisa melakukan apa apa.Semakin sosok itu mendekat, perlahan mulai terlihat dengan jelas siapa sosok tersebut, dan ternyata sosok yang keluar dari dapur adalah ayah Tias yang ternyata baru saja dari kamar mandi.


“Loh yas, kenapa kok malah duduk dilantai gitu sambil senderan pintu” ucap Ayah Tias sambil merapikan celananya.


Melihat sosok ayahnya yang datang dari arah dapur, Tias kemudian segera berdiri, rasa lemas yang tadi menyerang tiba tiba hilang dan dia bisa menggerakan lagi kakinya dan segera menghampiri arahnya.


“Yaaahh, aku takut, tadi aku diganggu dikamar” Tias berlari dan lantas memeluk ayahnya dengan perasaan takut.


“Kamu kecapean kali, makanya jangan terlalu malam ngerjain proyeknya, kalo udah waktunya tidur ya tidur aja” ucap ayah Tias menenangkan sambil membalas pelukan Tias.


“Takut yah, aku takut” Tias terus merengek ketakutan pada ayahnya.


“Ya udah yuk naik kekamar kamu, ayah temenin sampe kamu tidur, nggak usah takut, yuk naik” ucap ayahnya terus menenangkan.


Tias pun mau untuk ditemani tidur oleh ayahnya, dan mereka pun akhirnya naik kekakamar Tias, saat naik keatas, Tias benar benar memegang erat tangan ayahnya yang terasa sangat dingin, entah rasa dinginitu karena ayahnya barusaja dari kamar mandi dan terkena air atau memang ayahnya sedang kedinginan.


“Yah? Ayah kedinginan, kok tangan ayah dingin banget?” ucap Tias memastikan kondisi ayahnya.


“Ah nggak kok, namanya dari kamar mandi Yas, kan tadi kena air makanya jadi dingin tangan ayah” jelas ayahnya.


Mendengar jawaban ayahnya, Tias mantab saja dan terus melangkah ke kamarnya, sesampainya dilantai dua dan menuju kekamar, Tias merasa ada yang aneh, dia tadi yakin kalau pintu kamar dalam keadaan terbuka saat Tias berlari turun, tapi sekarang saat dia berada didepan kamar, kenapa pintu kamarnya tertutup rapat, sambil memegang tangan ayahnya erat erat, Tias dengan ragu perlahan dia membuka pintu kamarnya.


Dan setelah dibuka pintu kamarnya dia kembali dikejutkan dengan munculnya sosok wanita berpostur tinggi dengan rambut menjuntai hingga lengan, karena ketakutan dan terkejut dia hendak menyembunyikan wajahnya di pelukan ayahnya, namun saat dia akan berbalik kearah badan ayahnya, Tias tidak menyadari kalau dia sudah sendirian disana, tangan ayahnya yang tadi dia genggam dan terasa dingin juga sudah tidak ada, hanya rasa dingin ditangan tias bekas gegaman tadi yang masih dirasakan, sosok wanita itu kemudian memegang pundak Tias dan akhirnya…
bebyzha
delet3
itkgid
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.