- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#27
14
Quote:
Tidak berhenti di situ, sang Ibu kini memeluk tubuh Pandu dengan sangat erat, hingga membuat anaknya itu susah tuk bernafas. Belum lagi kepalanya dengan leher patah digerakan ke kiri ke kanan, semakin lama semakin kencang saja. Otak Pandu terasa beku, semua kejadian ini sangat tidak nyata baginya. Apalagi melihat orang yang dicintainya itu melakukan hal di luar nalar. Tiba-tiba Ibunya menghentikan gerakan kepalanya, matanya melotot tajam.
“Mana garam Ibu!” suaranya begitu keras.
Pandu mencoba memejamkan mata, tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan.
“Ini cuman mimpi….mimpi!” sebuah pukulan keras mendarat dilehernya, membuat Pandu semakin sesak.
Pandu mencoba meraih semua udara yang ada disekitarnya, namun tidak ada yang berhasil masuk, hingga ia mengeluarkan suara-suara aneh seperti sapi yang lehernya digorok. Dalam keadaan mata yang masih tertutup, muncul suara lembut di dekat telinganya. Begitu lembutnya membuat Pandu perlahan bisa menenangkan dirinya.
“Iya begitu, sekarang kamu coba tarik nafas,” pinta suara lembut itu pada Pandu.
Pandu mengikutinya dan berhasil, kini udara yang dingin mampir ke saluran pernapasannya.
“Sekarang, kamu buka mata kamu pelan-pelan,” suara lembut itu menggiring Pandu.
Mata Pandu terbuka lebar, sekarang ia berada di dalam kamar kos miliknya. Lengkap dengan semua peralatan maupun barang-barang yang biasa digunakannya. Kemudian matanya melirik ke arah samping, ada seorang perempuan berambut panjang berwarna hitam dengan pakaian gaun panjang berwarna putih duduk disampingnya. Wajahnya begitu tenang dan membuat perasaan Pandu menjadi nyaman.
“Kamu…siapa?” tanya Pandu yang penuh dengan keringat.
“Aku?” perempuan itu menunjuk dirinya.
“Iya, kok---,” terdengar suara langkah kaki yang begitu keras. Lalu pintu kamarnya terbuka, ada sosok Ardit dengan nafas yang terengah-engah.
“Eh?” Ardit tidak percaya ada sosok perempuan di dalam kamar kosan Pandu, tetapi dalam benaknya wajahnya seperti tidak asing. “um….kayak---,” pikirannya kembali teralihkan setelah melihat Pandu yang akhirnya sudah sadar.
Ardit melompat kegirangan nan haru, setelah hampir seminggu lamanya Pandu dapat terbangun dari lelap tidurnya. Mendengar itu reaksi Pandu tentu saja sangat terkejut, betapa tidak karena waktu seminggu bukanlah waktu yang sebentar. Mereka bertiga akhirnya duduk melingkar, setelah Pandu sudah yakin kondisinya telah membaik. Dua orang sahabat itu pun saling melirik, karena sosok perempuan yang tersenyum di tengah-tengah mereka ini tidak diketahui siapa dan dari mana.
“Mbak…eh Kak,” hampir saja Ardit membuka gerbang jurus kedelapan dengan mengucapkan kata itu. “kayaknya aku pernah liat deh, penghuni sini kan?” tanya Ardit.
“Iya, aku tinggal di sini,” jawabnya langsung.
“Oh, di kamar mana?” Ardit begitu penasaran dengan sosok perempuan hangat didepannya. Sedangkan Pandu membuka matanya lebar-lebar.
“Eh, lo lupa atau gimana?” Pandu menarik kerah baju Ardit. “ini bukan kosan campur!” setelah diberi tahu Ardit mendadak menjadi sangat pendiam.
“Hehe, udah pada tahu yah?” ucap sosok perempuan bergaun putih. Lalu ia berdiri, melebarkan kedua tangannya. “aku ini makhluk halus penghuni tempat ini, hihihihi,” membuat suara ketawa yang melengking. Reaksi dari Ardit atau Pandu malah terkesan datar, mereka berdua malah asik berbisik. “eh aku bukan anak si Ibu kosan yah!” perempuan bergaun ini marah lalu duduk sambil membalikan badannya.
Pembicaraan menjadi lebih serius saat Ardit dan Pandu tidak menghiraukan kondisi perempuan bergaun putih yang sedang marah. Ardit mulai bercerita, jadi di malam itu saat Pandu sedang melakukan uji nyali, tiba-tiba Kuncen DJ berlari masuk ke area dalam meninggalkannya sendirian di luar. Saat Ardit mengecek melalui ponselnya, ia melihat posisi Pandu yang hanya berdiri kaku saja. Akhirnya Ardit menyusul Kuncen DJ masuk ke dalam, tapi tiba-tiba layarnya menjadi hitam, tidak ada lagi gambar yang ditampilkan.
“Jadi pas gue sama Kuncen DJ bisa masuk ke area eksekusi karena entah kenapa kami berdua muter-muter aja di situ enggak bisa masuk sama sekali, kami berdua liat lo udah terkapar. Yang lebih ngerinya lagi,” sosok perempuan bergaun putih menoleh sedikit. “lo terkapar dengan keadaan mata yang melolot, di situ Kuncen DJ enggak banyak babibu langsung angkut badan lo keluar tanpa ngejelasin apapun. Dia cuman bilang ke gue---,” Pandu sudah tahu jawabannya. Ia mengucapkannya sendiri.
“Iya, gue inget sekarang. Di situ gue ucapin kata terlarangnya. Niat gue awalnya sih buat ngeramein situasi, tapi setelahnya semuanya jadi hening. Bahkan suara nafas aja enggak kedengeran, gue pikir di situ gue udah pindah alam,” jelas Pandu.
“Itulah makanya, suatu larangan itu ada karena ada penyebabnya di masa lampau. Kuncen DJ enggak berani cerita panjang di area itu, dia sibuk ngobatin lo. Pakai minta bantuan temen-temennya, komat-kamit baca segala doa. Dan akhirnya mata lo yang melotot itu ketutup, mereka bilang kondisi udah aman cuman pingsan aja tar juga siuman,” ucap Ardit.
Setelah kejadian yang mengerikan itu Kuncen DJ berpesan agar Pandu tidak dibawa pulang kerumahnya. Akhirnya Ardit membawa Pandu yang tertidur ke kosan, Kuncen DJ beserta teman-temannya menyusul lalu meminta kepada penjaga kosan untuk tidak mengusik kamarnya sebelum Pandu sadar dengan sendirinya, dikhawatirkan orang-orang yang mengusik akan terkena imbasnya karena energi negatif itu belum hilang sepenuhnya.
Orang tua Pandu juga sebisanya jangan sampai tahu, karena ditakutkan masalah ini akan menyeret dirinya karena telah membawanya ke area goa bekas penjajah. Sebelum pulang sekali lagi Kuncen DJ berpesan, jangan sampai menyebarkan video di ruang eksekusi, jika perlu dihapus agar tidak ada orang-orang yang mencoba menantang mengucapkan kata terlarang itu. Seminggu pun berlalu cepat ketika Ardit menerima telepon dari penjaga kosan bahwa ada suara teriakan dari dalam kamar Pandu. Dan disinilah mereka sekarang, duduk bersama dengan sosok asing.
“Oh iya, gue inget sesuatu,” pandangan Pandu ke arah perempuan bergaun putih. “dia, yang narik gue keluar dari ruang eksekusi itu,” Ardit ikut memandangi perempuan bergaun putih. “badan gue kaku banget liatnya, badannya gede tinggi, bertanduk, suaranya berat banget dan warnanya serba merah. Mungkin itu pertama kalinya gue yang bener-bener ngerasain takut,” Pandu menunduk lesu.
“Nah, kamu aja belum ngucapin terima kasih sama aku kan!” sahut perempuan bergaun putih. “aku udah cape-cape nolongin kamu, eh begini balasannya!”
“Sebentar, biar enggak tambah pusing, coba jelasin kamu itu siapa?” tanya Ardit.
“Aku Gasimah, salam kenal!” dengan sigap menyalami Pandu dan Ardit. “aku nungguin lho dari tadi, karena udah kenalan, aku pamit yah!” Gasimah izin pamit pulang, langkahnya begitu ceria hingga badannya menembus pintu kamar kosan milik Pandu.
Dua sahabat itu saling melirik satu sama lain, kejadiannya begitu cepat sampai keduanya tidak mampu bereaksi apa-apa.
“Tadi dia nembus pintu?” tanya Ardit.
“Iya, nembus gitu aja….,” jawab Pandu.
“EHHHHH?!!!!!!” keduanya membuat kegaduhan di tengah kondisi panas di siang bolong.
“Mana garam Ibu!” suaranya begitu keras.
Pandu mencoba memejamkan mata, tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan.
“Ini cuman mimpi….mimpi!” sebuah pukulan keras mendarat dilehernya, membuat Pandu semakin sesak.
Pandu mencoba meraih semua udara yang ada disekitarnya, namun tidak ada yang berhasil masuk, hingga ia mengeluarkan suara-suara aneh seperti sapi yang lehernya digorok. Dalam keadaan mata yang masih tertutup, muncul suara lembut di dekat telinganya. Begitu lembutnya membuat Pandu perlahan bisa menenangkan dirinya.
“Iya begitu, sekarang kamu coba tarik nafas,” pinta suara lembut itu pada Pandu.
Pandu mengikutinya dan berhasil, kini udara yang dingin mampir ke saluran pernapasannya.
“Sekarang, kamu buka mata kamu pelan-pelan,” suara lembut itu menggiring Pandu.
Mata Pandu terbuka lebar, sekarang ia berada di dalam kamar kos miliknya. Lengkap dengan semua peralatan maupun barang-barang yang biasa digunakannya. Kemudian matanya melirik ke arah samping, ada seorang perempuan berambut panjang berwarna hitam dengan pakaian gaun panjang berwarna putih duduk disampingnya. Wajahnya begitu tenang dan membuat perasaan Pandu menjadi nyaman.
“Kamu…siapa?” tanya Pandu yang penuh dengan keringat.
“Aku?” perempuan itu menunjuk dirinya.
“Iya, kok---,” terdengar suara langkah kaki yang begitu keras. Lalu pintu kamarnya terbuka, ada sosok Ardit dengan nafas yang terengah-engah.
“Eh?” Ardit tidak percaya ada sosok perempuan di dalam kamar kosan Pandu, tetapi dalam benaknya wajahnya seperti tidak asing. “um….kayak---,” pikirannya kembali teralihkan setelah melihat Pandu yang akhirnya sudah sadar.
Ardit melompat kegirangan nan haru, setelah hampir seminggu lamanya Pandu dapat terbangun dari lelap tidurnya. Mendengar itu reaksi Pandu tentu saja sangat terkejut, betapa tidak karena waktu seminggu bukanlah waktu yang sebentar. Mereka bertiga akhirnya duduk melingkar, setelah Pandu sudah yakin kondisinya telah membaik. Dua orang sahabat itu pun saling melirik, karena sosok perempuan yang tersenyum di tengah-tengah mereka ini tidak diketahui siapa dan dari mana.
“Mbak…eh Kak,” hampir saja Ardit membuka gerbang jurus kedelapan dengan mengucapkan kata itu. “kayaknya aku pernah liat deh, penghuni sini kan?” tanya Ardit.
“Iya, aku tinggal di sini,” jawabnya langsung.
“Oh, di kamar mana?” Ardit begitu penasaran dengan sosok perempuan hangat didepannya. Sedangkan Pandu membuka matanya lebar-lebar.
“Eh, lo lupa atau gimana?” Pandu menarik kerah baju Ardit. “ini bukan kosan campur!” setelah diberi tahu Ardit mendadak menjadi sangat pendiam.
“Hehe, udah pada tahu yah?” ucap sosok perempuan bergaun putih. Lalu ia berdiri, melebarkan kedua tangannya. “aku ini makhluk halus penghuni tempat ini, hihihihi,” membuat suara ketawa yang melengking. Reaksi dari Ardit atau Pandu malah terkesan datar, mereka berdua malah asik berbisik. “eh aku bukan anak si Ibu kosan yah!” perempuan bergaun ini marah lalu duduk sambil membalikan badannya.
Pembicaraan menjadi lebih serius saat Ardit dan Pandu tidak menghiraukan kondisi perempuan bergaun putih yang sedang marah. Ardit mulai bercerita, jadi di malam itu saat Pandu sedang melakukan uji nyali, tiba-tiba Kuncen DJ berlari masuk ke area dalam meninggalkannya sendirian di luar. Saat Ardit mengecek melalui ponselnya, ia melihat posisi Pandu yang hanya berdiri kaku saja. Akhirnya Ardit menyusul Kuncen DJ masuk ke dalam, tapi tiba-tiba layarnya menjadi hitam, tidak ada lagi gambar yang ditampilkan.
“Jadi pas gue sama Kuncen DJ bisa masuk ke area eksekusi karena entah kenapa kami berdua muter-muter aja di situ enggak bisa masuk sama sekali, kami berdua liat lo udah terkapar. Yang lebih ngerinya lagi,” sosok perempuan bergaun putih menoleh sedikit. “lo terkapar dengan keadaan mata yang melolot, di situ Kuncen DJ enggak banyak babibu langsung angkut badan lo keluar tanpa ngejelasin apapun. Dia cuman bilang ke gue---,” Pandu sudah tahu jawabannya. Ia mengucapkannya sendiri.
“Iya, gue inget sekarang. Di situ gue ucapin kata terlarangnya. Niat gue awalnya sih buat ngeramein situasi, tapi setelahnya semuanya jadi hening. Bahkan suara nafas aja enggak kedengeran, gue pikir di situ gue udah pindah alam,” jelas Pandu.
“Itulah makanya, suatu larangan itu ada karena ada penyebabnya di masa lampau. Kuncen DJ enggak berani cerita panjang di area itu, dia sibuk ngobatin lo. Pakai minta bantuan temen-temennya, komat-kamit baca segala doa. Dan akhirnya mata lo yang melotot itu ketutup, mereka bilang kondisi udah aman cuman pingsan aja tar juga siuman,” ucap Ardit.
Setelah kejadian yang mengerikan itu Kuncen DJ berpesan agar Pandu tidak dibawa pulang kerumahnya. Akhirnya Ardit membawa Pandu yang tertidur ke kosan, Kuncen DJ beserta teman-temannya menyusul lalu meminta kepada penjaga kosan untuk tidak mengusik kamarnya sebelum Pandu sadar dengan sendirinya, dikhawatirkan orang-orang yang mengusik akan terkena imbasnya karena energi negatif itu belum hilang sepenuhnya.
Orang tua Pandu juga sebisanya jangan sampai tahu, karena ditakutkan masalah ini akan menyeret dirinya karena telah membawanya ke area goa bekas penjajah. Sebelum pulang sekali lagi Kuncen DJ berpesan, jangan sampai menyebarkan video di ruang eksekusi, jika perlu dihapus agar tidak ada orang-orang yang mencoba menantang mengucapkan kata terlarang itu. Seminggu pun berlalu cepat ketika Ardit menerima telepon dari penjaga kosan bahwa ada suara teriakan dari dalam kamar Pandu. Dan disinilah mereka sekarang, duduk bersama dengan sosok asing.
“Oh iya, gue inget sesuatu,” pandangan Pandu ke arah perempuan bergaun putih. “dia, yang narik gue keluar dari ruang eksekusi itu,” Ardit ikut memandangi perempuan bergaun putih. “badan gue kaku banget liatnya, badannya gede tinggi, bertanduk, suaranya berat banget dan warnanya serba merah. Mungkin itu pertama kalinya gue yang bener-bener ngerasain takut,” Pandu menunduk lesu.
“Nah, kamu aja belum ngucapin terima kasih sama aku kan!” sahut perempuan bergaun putih. “aku udah cape-cape nolongin kamu, eh begini balasannya!”
“Sebentar, biar enggak tambah pusing, coba jelasin kamu itu siapa?” tanya Ardit.
“Aku Gasimah, salam kenal!” dengan sigap menyalami Pandu dan Ardit. “aku nungguin lho dari tadi, karena udah kenalan, aku pamit yah!” Gasimah izin pamit pulang, langkahnya begitu ceria hingga badannya menembus pintu kamar kosan milik Pandu.
Dua sahabat itu saling melirik satu sama lain, kejadiannya begitu cepat sampai keduanya tidak mampu bereaksi apa-apa.
“Tadi dia nembus pintu?” tanya Ardit.
“Iya, nembus gitu aja….,” jawab Pandu.
“EHHHHH?!!!!!!” keduanya membuat kegaduhan di tengah kondisi panas di siang bolong.
ARC 1 BERAKHIR DI SINI, ARC BERIKUTNYA AKAN MENCERITAKAN GEMPURAN YOTUBERS YANG MENGAJAK COLLAB, KARENA APA? TUNGGU SETELAH LEBARAN!
Spoiler for Alasan:
Bulan Ramadhan mana enak baca kisah misteri, soalnya setan aja dikurung....

pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas