quaeAvatar border
TS
quae
Pengalaman Menulis Naskah dan Mencari Penerbit!

source image Green Publisher

Halo Guys!

Sudah cukup lama saya tidak menulis di sini. Entah karena terlalu malas, entah juga karena ada kesibukan lainnya. Akan tetapi sebagaimana judul thread ini, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya pribadi dalam menulis sebuah naskah hingga sampai ke penerbit.


Sebelum memulainya, biarkan saya sedikit bercerita. Sampai pada hari ini, saya sudah pernah mencoba mengirim naskah pada empat penerbit berbeda, akan tetapi dari semua itu hanya ada satu penerbit yang memandang naskah saya bagus. Dan juga dua penerbit lainnya cukup menaruh perhatian, kemudian yang terakhir diabaikan. Jujur sakit loh itu kalau kita mengirimkan naskah dan tidak ada tanggapan atau pemberitahuan baik itu ditolak ataupun diterima. Akan lebih bagus seandainya disertai dengan kritik dan saran, itu lebih baik.

Singkat cerita naskah yang saya tulis pada awal 2020 tersebut setelah melalui ribuan penyunting akhirnya lolos ke penerbit. Ada kemungkinan naskah saya tersebut akan terbit pada tahun ini, dua buku (novel) karena baru-baru ini saya diminta menandatangani surat keaslian naskah demi pengajuan ISBN.



Balik lagi, 2020 itu sebelum Covid-19 melanda negeri Konoha. Akan tetapi karena Hokagenya tidak cepat tanggap terkait kedatangan penerbangan dari luar negeri dan pada akhirnya kecolongan.

Oke baiklah, sebenarnya saya butuh satu tahun untuk menyelesaikan naskah tersebut. Saya juga sempat meminta saran lebih tepatnya penilaian kepada kenalan saya di sini. Baiklah saya mention saja biar nongol jinnya, entah jin Jimbrong entah jin Jepang tidak ada yang tahu.

Yang pertama itu @kicquck, orangnya sudah nggak aktif mungkin sibuk ngurusin anak. emoticon-Leh Uga
Lalu juga @delia.adeldan sepertinya masih aktif orangnya, terindikasi kasplus.

Singkat cerita saya meminta tanggapan terkait bab cerita saya pada mereka, itu per-bab dulu. Kebetulan genrenya romantis, akan tetapi meskipun begitu nilai moral tetap terkandung dalam cerita yang saya tulis tersebut. Dan mungkin di antara kalian tidak ada yang mengira. Orang kalau menulis cerita itu modalnya apa sih? Komputer kah? Laptop kah? Mesin ketik kah?

Secara teknis modalnya ada dua, pertama adalah niat dan yang kedua adalah jari. Siap-siap saja jari pada keriting. Dan saya sendiri menulis naskah yang sepanjang 50 ribu kata lebih itu hanya bermodalkan smartphone. Sehingga itulah alasan kenapa saya membutuhkan waktu kira-kira satu tahun untuk menulis naskah tersebut.

Perlu diketahui, menulis di smartphone itu tergantung pada kondisi mood si penulis karena susah cari posisi enak kalau sedang menulis. Itu kendala yang di alami saya pribadi dalam menulis naskah tersebut, untuk setiap orangnya mungkin bisa berbeda.


Kemudian setelah selesai, ada 12 bab, 1 prolog dan 1 epilog. Itu tidak langsung saya kirim ke penerbit, akan tetapi saya membacanya ulang dari awal. Dan dari situ saya sadar akan kualitas penulisan saya tersebut. Ternyata masih banyak kata yang salah ketik, mungkin karena keyboard yang berdekatan atau mungkin juga karena auto koreksi pada google keyboard. Hal tersebut juga menjadi salah satu hal yang tidak mengenakkan jika menulis di smartphone. Karena harus telaten dan teliti, hal tersebut juga sering membuat mata penulis kriting. Terlebih saya menulisnya di malam hari.

Pernah suatu ketika hujan petir tengah malam, saya masih menulis. Kebetulan karena baterai hape sudah rusak jadi tidak bisa lepas dari charger. Tiba-tiba terdengar suara petir keras, detik itu juga listrik statis keluar dari hape saya dan menjalar ke jemari saya. Saya terkejut kan, panik hape saya lompat dari tangan saya, listrik rumah juga tiba-tiba mati. Akan tetapi tidak lama setelah itu kembali nyala. Dan saat itu saya sadar, mungkin saya terkena cipratan petir. Akhirnya kemudian saya memutuskan untuk istirahat tidur, dan hape saya tersebut pun mati perlahan. Jujur ini itu pengalaman yang kesannya susah banget.

Singkat cerita saya pun selesai melakukan proses penyuntingan tahap pertama. Hanya membaca ulang naskah dan memperbaikinya jika ada kata yang salah ketik dan atau juga menambah/ memperjelas/ memperdalam adegan. Kemudian setelah itu saya mengulanginya lagi, penyuntingan tahap kedua. Hanya membaca ulang naskah hingga saya benar-benar yakin bahwa naskah tersebut sudah bagus, dalam artian layak untuk dikirim ke penerbit.

Lalu saya pun mengirimkannya ke penerbit A. Oleh penerbit A saya disarankan untuk ke penerbit AA, penerbit AA adalah bagian daripada penerbit A, hanya saja fokusnya ke penerbitan digital. Karena saya hanya ingin menerbitkan buku fisik, akhirnya saya menolak tawaran dari penerbit AA dan mengirimnya lagi ke penerbit B. Pada penerbit B saya hanya meng-upload naskah ke laman yang sudah ditentukan karena penerbit B hanya menerima naskah di platform tersebut. Oleh penerbit B kemudian naskah akan ditinjau oleh beberapa penerbit dalam naungan penerbit B, katakanlah penerbit BA, BB, BC, dan BD. Akan tetapi saya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan di sini. Maklum itu penerbit plat merah, mungkin lebih ketat.

Kemudian setelah itu saya mencoba menyunting lagi naskah tersebut. Saya membacanya satu persatu, bahkan saya menghayati setiap kalimatnya. Ada sedikit pengembangan, cerita menjadi sedikit lebih panjang dari yang tadinya hanya 40-an ribu kata sampai menjadi 50-an ribu kata. Setelah puas saya pun kembali mengirimkan naskah tersebut ke penerbit mayor yang lain, (penerbit berbeda dari yang sebelumnya). Senangnya naskah saya tersebut mendapatkan respon positif. Naskah saya tersebut mendapat pertimbangan untuk diterbitkan.

Asli panjang banget jalannya.

Akan tetapi sebelum itu saya perlu memperbaiki beberapa dialog atau bagian dalam cerita. Sebagai penulis, rasa senang banget loh seandainya naskah yang kita tulis dengan susah payah mendapatkan saran masukan. Karena itu artinya naskah kita telah dihargai. Kok bisa? Ya bisalah. Kan sudah jelas bahwa naskah tersebut artinya dibaca dengan teliti, saksama. Itu yang membuat saya senang!


tangkapan layar pribadi


Sampai pada tahap tersebut saya butuh waktu kira-kira dua tahun. Maklum masih belajar, dan itu naskah novel pertama saya. Dan baru-baru saya mendapat informasi bahwa naskah saya tersebut sudah sampai pada tahapan layout. Itu artinya naskah saya sudah semakin dekat untuk diterbitkan.

Pengen tahu bagaimana rasanya?
Seneng aja. Analoginya kayak, kamu punya pacar dan kemudian secara ajaib (tiba-tiba) pacar kamu bilang suka ke kamu dengan ekspresi malu-malu.
Kira-kira begitulah!

Ada dua buku, jangan lupa diborong ya kalau resmi terbit. Terima kasih!

Tambahan, saya juga mencoba mengirim naskah saya yang lain. Ini genre fantasi tinggi, novel fantasi lah gampangnya yang bervolume atau seri gitu mirip light novel, naskah tersebut panjangnya kira-kira 70-an ribu kata dan itu untuk 1 volume. Saya mencoba mengirimnya ke Balai pustaka, terkesan berat juga ya. Akan tetapi saya cukup percaya diri dengan tulisan saya tersebut. Cukup lama, dari awal pengiriman sampai ada notifikasi email lagi. Ini adalah tangkapan layar dari email yang saya terima.



Akan tetapi sampai pada hari ini saya masih belum menerima notifikasi lanjutannya. Semoga saja lolos editor, itu harapan saya. Mohon doa dukungannya guys. Terima kasih!


SUMBER THREAD
Tulisan ini sepenuhnya adalah berasal daripada pengalaman penulis sendiri.




UPDATE

Bagi yang ingin melakukan PO bisa hubungi nomor berikut.
Informasi Pemesanan: 0852-8403-8688




Diubah oleh quae 27-03-2024 06:37
bigbabyirl
luinprasetyo211
spaghettimi
spaghettimi dan 14 lainnya memberi reputasi
15
841
139
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
syafetriAvatar border
syafetri
#16
Wah, keren Gan👍 semoga bukunya segera terbit ya😀 btw, ane juga pengen bisa nerbitin buku lewat penerbit mayor, cuma ngga ngerti cara ngubah dari word ke pdf. Kasih tau dong, Gan, gimana caranya?
quae
quae memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.