Kaskus

Story

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Dalam Dekapan Kabut
Dalam Dekapan Kabut

Izinkan saya kembali bercerita tentang sebuah kejadian di masa lalu

dalam dekapan kabut, aku terhangatkan oleh kalimat cintamu, kalimat sederhana penuh makna yang terucap diantara hamparan bunga bunga edelweis yang menjadi simbol keabadian... 

Chapter :

DDK - Chapter 1

DDK - Chapter 2

DDK - Chapter 3

DDK - Chapter 4

DDK - Chapter 5

DDK - Chapter 6

DDK - Chapter 7

DDK - Chapter 8

DDK - Chapter 9








Diubah oleh meta.morfosis 03-09-2024 12:35
nderek.langkungAvatar border
i4munitedAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.8K
48
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#4
Chapter 4
Sesuatu Yang Baru Aku Ketahui







“ apa mungkin tadi itu aku telah salah dengar tapi... ”

Mengiringi terhentinya perkataanku, ketidakyakinanku pada dugaanku yang menduga aku telah salah dengar kini telah membuatku kembali melayangkan tatapan mataku ini ke arah ruangan yang dikhususkan untuk buang air kecil, beberapa urinoar yang terlihat kering dan juga ketiadaan cipratan air pada wastafel kecil yang berada di dalam ruangan untuk buang air kecil kini semakin menambah keyakinanku bahwa saat ini aku memang tengah berada seorang diri di dalam ruangan toilet, mendapati hal itu aku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruangan yang dikhususkan untuk buang air besar, hanya saja kini dalam posisiku yang baru saja menutup pintu ruangan dan hendak melepaskan celanaku, pendengaranku yang kembali menangkap adanya suara yang sama seperti apa yang telah aku dengar sebelumnya kini telah membuatku kembali menunda keinginanku yang ingin buang besar.

“ brengsek sepertinya ada orang iseng yang ingin bermain main denganku nih, kalau memang benar... ”

Perkataanku itu terhenti diantara kegelapan yang menyelimuti pandanganku, dalam lonjakan emosi yang saat ini aku rasakan akibat dari aku yang telah menduga adanya seseorang yang tengah melakukan keisengannya untuk menggodaku, aku memutuskan untuk kembali keluar dari ruangan tempat buang air besar untuk melampiaskan lonjakan emosi yang aku rasakan itu dan pada akhirnya aku kini mendapati kenyataan yang sangat berbeda dari apa yang aku duga itu, mengakhiri kalimat makianku yang meminta agar seseorang yang tengah melakukan keisengannya untuk mengakhiri keisengannya, aku mendapati lampu di dalam ruangan toilet kembali menyala dalam cahayanya yang redup, memperlihatkan sudut demi sudut di dalam ruangan toilet bagaikan ruangan yang terselimuti oleh kabut tebal yang membatasi jarak pandangku. 

“ sepertinya ada yang enggak beres nih ” gumamku di dalam hati karena merasakan adanya sesuatu yang janggal dari situasi yang aku hadapi saat ini, dalam posisiku yang saat ini telah memutuskan untuk keluar dari ruangan toilet, sebuah fenomena ganjil yang tejadi di hadapan mataku kini telah membuatku membatalkan keinginanku untuk melangkahkan kakiku ini ke arah pintu ruangan toilet yang berada tidak jauh dari posisiku berdiri saat ini, dalam pengelihatanku ini terlihat beberapa kepulan asap putih yang muncul dari berbagai arah kini mulai menyatu di salah satu sudut ruangan dan mulai membentuk bongkahan besar asap putih yang menyerupai sebuah kepompong.   


“ ya tuhannn...apa itu— ”
Sulit rasanya bagiku untuk melanjutkan perkataanku itu diantara rasa ketakutan yang saat ini  membelenggu diriku, sebuah sosok penampakan ghaib yang tersamar oleh pekatnya asap putih kini bagaikan sebuah medan magnet yang membuatku merasa sulit untuk memalingkan tatapan mataku ini dari arah bongkahan besar asap putih yang secara perlahan kini mulai memudar dan seiring dengan semakin memudarnya bongkahan besar asap putih itu, aku kini mulai dapat melihat secara jelas sosok penampakan ghaib yang pada saat sebelumnya tersamar oleh pekatnya asap putih.

“ astaga, ini enggak mungkin arif... enggak mungkin arif... ” ujarku menyangkal apa yang aku lihat saat ini, dalam balutan kain kafan kotor yang membungkus tubuhnya, sosok penampakan ghaib yang aku yakini menyerupai arif kini menatapku dengan sorot matanya yang dingin, dari mulutnya yang terbuka lebar aku bisa mendengar suara tarikan nafasnya yang terdengar begitu berat dan aku sangat merasa yakin suara tarikan nafas itulah yang telah aku dengar ketika aku tengah berada di dalam ruangan yang dikhususkan untuk buang air besar dan kini begitu aku mendapati kenyataan itu, dikarenakan aku tidak mampu untuk membebaskan diriku ini dari rasa takut yang secara perlahan kini mulai mengikis kesadaran diriku, aku memutuskan untuk memejamkan mataku ini dengan harapan aku bisa mempertahankan kesadaran diriku ini hingga situasi yang menyeramkan ini berlalu, hanya saja kini baru saja beberapa saat aku memejamkan mata, suara menyeramkan yang terdengar dari arah bongkahan asap putih kini telah memaksaku untuk kembali membuka pejaman mata dan di saat itulah aku bisa merasakan kebebasan dari takut yang membelenggu tubuhku ini, lonjakan adrenalin yang saat ini aku rasakan kini telah membangkitkan rasa keberanianku untuk memaksakan diri berlari keluar dari ruangan toilet. 

“ gilaaa... ini benar benar gila ” umpatku merujuk pada kejadian menyeramkan yang baru saja aku alami, diantara pergerakan kakiku yang saat ini tengah berlari cepat menuju ke arah pintu ruangan toilet, pikiranku ini masih saja teringat saat saat ketika sebuah tangan berukuran besar berwarna hitam legam menembus langit langit ruangan toilet untuk merengkuh kepala dari sosok penampakan ghaib yang menyerupai arif dan kini dalam pikiranku yang masih mengingat kejadian menyeramkan itu, keberadaanku yang saat ini telah berhasil keluar dari ruangan toilet kini harus berhadapan dengan sebuah dinding tebal yang memaksaku untuk menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah terbebas dari rasa ketakutan yang saat ini masih membelenggu tubuh dan pikiranku.

“ apang... ? ”

Pernakah kamu terbangun diantara keadaan dirimu yang tengah mengalami mimpi buruk namun merasa sulit untuk terbangun, mungkin gambaran seperti itulah yang bisa aku berikan untuk menggambarkan apa yang aku rasakan saat ini di saat aku mendengar suara anindia yang memanggil namaku, dalam pengelihatanku ini aku sudah sudah tidak melihat lagi keberadaan lorong panjang yang membuatku terbelenggu dalam rasa ketakutan, yang aku lihat saat ini hanyalah keberadaan anindia yang saat ini tengah berdiri di tengah lorong pendek, dari ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh anindia saat ini, besar kemungkinannya anindia tengah mempertanyakan alasan dari keberadaanku yang saat ini hanya berdiri terpaku dengan tatapan mata memandang ke arah lorong pendek dan kini begitu aku menyadari bahwa saat ini aku tengah menjadi fokus perhatian anindia, aku langsung berusaha untuk bersikap sewajarnya yang mengesankan bahwa saat ini aku tidak mengalami kejadian apa apa.

“ kamu itu tadi sedang memperhatikan apa sih pang ? kok bisa bisanya sih sampai enggak menyadari kehadiranku ini ” tanya anindia dalam posisinya yang saat ini telah menghampiriku, meskipun saat ini aku telah berusaha untuk bersikap sewajarnya yang mengesankan bahwa saat ini aku tidak mengalami kejadian apa apa, dari tingkah laku yang diperlihatkan oleh anindia saat ini sepertinya anindia masih menaruh rasa kecurigaannya kepadaku, hal itu dapat terlihat dari tatapan matanya yang untuk sesekali mencuri pandang ke arah ruangan toilet.

“ tadi itu nin... aku... aku— ”

“ pang sebaiknya kamu jangan berbohong, lihat tuh wajahmu itu terlihat pucat seperti itu ”

Mengiringi perkataannya yang memotong perkataanku, jari jemari tangan anindia kini menggenggam pergelangan tanganku, entah dirinya tengah mencoba untuk meyakinkanku agar aku berkata jujur atau tidak, saat ini aku melihat ekspresi wajah anindia menunjukan rasa keterkejutannya karena mendapati tubuhku ini terasa dingin akibat dari kejadian menyeramkan yang telah aku alami dan kini begitu aku mendapati ekspresi wajahnya itu, aku seperti mendapatkan ilham untuk memberikan alasan mengapa aku terpaku ketika menatap ke arah lorong pendek dan tanggapan yang pertama kali diberikan oleh anindia ketika mendengar alasanku itu, anindia menunjukan rasa kekhawatirannya atas kondisi kesehatanku saat ini.
   
“ kamu enggak usah merasa khawatir nin, pusingku ini hanya pusing biasa saja kok, mungkin ini disebabkan karena aku lupa sarapan pagi di saat berangkat tadi ” anindia menggeleng gelengkan kepalanya di dalam menanggapi perkataan itu, tatapan matanya terlihat memandang ke arah ruangan toilet.

“ ada apa nin ? ”

“ enggak ada apa apa pang, aku hanya bingung saja kenapa toilet ini jadi berbau kurang sedap seperti ini, perasaan aku tadi itu— ”

“ kamu mau menuduh aku yang menjadi penyebabnya yaa nin ” candaku yang berbalas dengan senyuman anindia, hingga akhirnya kini selepas dari perbincangan lainnya yang kami lakukan, anindia mengajakku untuk meninggalkan ruangan toilet yang menjadi saksi pertamaku dari perjumpaanku dengan sosok penampakan ghaib yang menyerupai arif.

“ kamu yakin pang bisa mengendarai motor sendirian ? ” tanya anindia dalam posisinya yang saat ini telah menaiki sepeda motornya, beberapa sepeda motor yang pada saat sebelum terparkir tidak jauh dari lokasi kami memarkirkan sepeda motor kini sudah tidak terlihat lagi keberadaanya.

“ insha allah aku bisa nin, jangankan mengendarai sepeda motor dalam keadaan sakit, mengendarai sepeda motor dalam keadaan mata tertutup saja aku masih bisa kok ”

Candaan yang terucap dari mulutku itu sepertinya kini sudah mampu untuk menghilangkan keraguan anindia akan kemampuanku untuk mengendarai sepeda motor dalam keadaan sakit dan kini selepas dari permintaanku yang memintanya untuk menjalankan sepeda motornya, kami meninggalkan museum untuk kembali ke rumah masing masing.

“ loh... bukankah itu motornya ismed ? ”

Diantara laju sepeda motorku yang baru saja memasuki halaman rumah, tatapan mataku tertuju ke arah sepeda motor ismed yang terparkir di halaman rumah, ketiadaan janji ismed untuk berkunjung ke rumahku kini telah menghadirkan tanda tanya di hatiku akan maksud dan tujuan ismed berkunjung ke rumahku ini secara tiba tiba.

“ ahh kalau enggak sekedar iseng pasti si ismed itu ingin menceritakan sesuatu kepadaku ” ujarku sambil memarkirkan sepeda motor dan kini dalam posisiku yang baru saja menuruni sepeda motor, terlihat anto keluar dari dalam rumah lalu menghampiriku, dari mulutnya kini terucap pemberitahuan yang memberitahukan tentang kedatangan ismed  yang saat ini tengah menungguku di dalam kamar.

“ sudah lama to, kang ismed menunggu akang ? ”

“ lumayan lama kang, kurang lebih sekitar satu jam ”

Selepas dari jawabannya itu untuk sejenak anto terdiam, dari ekspresi wajah yang diperlihatkannya sepertinya anto merasa kurang nyaman dengan bau yang melekat di tubuhku ini, mendapati hal itu aku segera berjalan pergi meninggalkan anto, membersihkan tubuhku ini dari bau yang timbul akibat dari terkotorinya celanaku ini oleh kotoranku sendiri selepas dari kejadian menyeramkan yang aku alami di ruangan toilet. 

“ wih mantab nih, ada yang langsung mandi setelah bertemu dengan pujaan hati ” canda ismed menyambut kehadiranku di dalam kamar dan kini diantara gelak tawanya yang terdengar begitu lepas, anti memasuki kamarku dengan turut serta membawa segelas kopi panas yang diperuntukan bagiku dan juga sebuah piring berisikan ubi rebus yang entah telah didapatkannya dari mana.

“ itu ubi darimana ti ? memangnya tadi itu kamu ke pasar ? ”

“ anti enggak ke pasar kang, ubi rebus ini dari kang ismed ”

“ hah... dari ismed ? ” candaku sambil melayangkan tatapan mataku ke arah ismed, ismed yang merasa jengkel dengan candaanku itu kini memasang ekspresi wajah yang mengisyaratkan rasa jengkelnya. 

“ kamu itu enggak lagi mencoba untuk menyogok aku kan med ? ”

“ ahh... gayamu itu pang mirip dengan pejabat yang suka berbasa basi ketika menerima uang sogokan, terlihat enggak butuh tapi tetap saja diterima ” gerutu ismed yang berbalas dengan gelak tawaku dan anti dan kini selepas dari gerutuannya itu, ismed menuruni tempat tidur lalu bergabung denganku yang tengah menikmati sajian ubi rebus yang disajikan oleh anti.

“ ibu sedang apa ti ? semenjak akang pulang akang belum melihatnya ”

“ ibu sedang beristirahat di dalam kamarnya kang, tadi itu ibu sempat pergi sebentar ke rumah pamajikannya ”

Ingin rasanya saat ini aku memarahi anti karena telah membiarkan ibu pergi bekerja di saat kondisi kesehatannya tengah menurun, hanya saja kini mengingat ketidaktahuan anti akan penyakit berat yang ibu derita dan juga adanya ismed yang sudah pasti akan mencari tahu tentang penyakit yang ibu derita apabila saat ini aku memarahi anti, aku kini memilih untuk terdiam di dalam menanggapi jawaban anti itu dan kini dalam keterdiamanku, anti berpamitan untuk keluar dari dalam kamar karena saat ini dirinya hendak mencuci pakaian yang dalam beberapa hari ini belum dicucinya.

“ ohh iya ti, celana akang yang akang rendam itu jangan kamu cuci yaa, biar nanti akang saja yang mencucinya sendiri ”

“ loh memangnya kenapa kang ? ”

“ haduh... kamu itu yaa ti, akangmu itu kan sudah dewasa masa iya sih akangmu itu akan menceritakan mimpi bas— ”

Tanpa berkeinginan memberikan kesempatan kepada ismed untuk mengakhiri kalimat candaannya itu, aku meminta kepada anti untuk meninggalkan kamar dan kini selepas dari anti yang telah meninggalkan kamar, pertanyaan di hatiku yang menanyakan tentang apa yang melatabelakangi  ismed datang berkunjung ke rumahku secara tiba tiba kini telah terjawab melalui pertanyaan yang terucap dari mulut ismed, dalam pertanyaannya itu ismed menanyakan tentang kelancaran kunjungan ke museum yang aku lakukan bersama dengan anindia.   

“ awalnya sih semuanya berjalan dengan lancar med tapi pada akhirnya berubah jadi kacau setelah kejadian menyeramkan yang aku alami di ruangan toilet ”

“ hahh... kejadian menyeramkan ? ” aku menganggukan kepala, dari mulutku kini terucap perkataan yang menceritakan tentang kejadian menyeramkan yang telah aku alami di ruangan toilet, pada awalnya ismed menanggapi ceritaku itu dengan gelak tawanya karena mentertawakan kebodohan yang telah aku lakukan di saat aku mengalami kejadian menyeramkan itu, hingga akhirnya kini semakin dalam kami melakukan pembicaraan tentang kejadian menyeramkan yang aku alami itu, gelak tawa ismed kini menghilang dan berganti dengan rasa kekhawatirannya akan  adanya sesuatu yang melatarbelakangi kejadian menyeramkan yang aku alami itu.

“ pang, kamu itu mulai mengalami kejadian menyeramkan itu semenjak kamu mendekati anin, apa kamu itu enggak khawatir pang kamu akan mengalami nasib yang sama seperti almarhum arif ”

“ sinting ” gumamku dalam rasa tidak percaya atas apa yang telah ismed katakan, dari ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh ismed saat ini sepertinya ismed tidak tengah bercanda dengan perkataannya itu dan kini begitu aku mendapati perkataanya itu, aku meminta kepada ismed untuk memberikan alasan mengapa dirinya mengeluarkan perkataan seperti itu karena perkataanya itu cenderung menempatkan anindia sebagai penyebab dari kejadian kecelakaan maut yang menimpa arif.

“ aku ini sudah mengetahui desas desus yang terkait dengan kecelakaan maut yang merenggut nyawa almarhum arif, bagaimana mungkin pang seseorang yang memiliki pemikiran yang waras memutuskan untuk berlari ke arah bus yang melaju kencang tanpa dilatar belakangi oleh sesuatu yang janggal ”

“ sesuatu yang janggal ? ”

“ aku yaking pang, anin itu memiliki pelindung ghaib yang akan melindungi anin dari orang orang yang berpotensi membahayakan dirinya ”

Tertawa, sepertinya hanya itulah yang bisa aku lakukan saat ini untuk menanggapi perkataan ismed yang menurutku sangat tidak masuk akal dan kini begitu ismed mendapati gelak tawaku itu, ismed menanggapinya dengan ekspresi wajah yang menunjukan rasa kekesalannya karena dirinya menganggap aku telah meremehkan perkataannya.

“ memangnya kamu itu mempunyai bukti med yang bisa membuktikan anin itu memiliki pelindung ghaib ? ”

“ kok malah jadi bertanya tentang bukti sih pang ”

“ itu perlu med karena hal itu akan menghindarimu dari memfitnah orang lain ”

“ terserah kamu lah pang mau mempercayai atau enggak perkataanku itu tapi sebagai seorang sahabat aku wajib untuk memperingatimu agar kamu enggak mengalami nasib yang sama seperti alamarhum arif ”

Dua minggu sudah waktu berlalu dari perbincanganku dengan ismed, tanpa aku menafikannya perbincangan itu kini telah memberikan dampak pada diriku yaitu berupa keputusanku yang memutuskan untuk mengurangi intensitas kedekatanku dengan anindia, banyaknya waktu luang yang aku miliki selepas dari keputusanku itu kini telah memberikanku kesempatan untuk lebih mengetahui lagi permasalahan permasalahan yang muncul di keluargaku yang selama ini tidak aku ketahui, salah satunya adalah kebiasaan  anti yang selalu terlambat pulang ke rumah selepas jam pelajaran sekolahnya berakhir.

“ to, memangnya selama ini kamu enggak mengetahui penyebab mengapa teh anti itu selalu telat pulang ke rumah  ? ”

Waktu telah menunjukan pukul tiga sore hari, keputusanku yang memutuskan untuk pulang lebih awal dari tempatku bekerja kini telah membuatku mendapatkan bukti nyata dari kebiasaan anti yang selalu terlambat pulang ke rumah selepas dari jam pelajaran sekolahnya berakhir, dan kini dalam posisinya yang masih berada di dalam kamar, anto memberikan jawaban berdasarkan apa yang anto ketahui selama ini.

“ jadi selama ini teh anti selalu marah ketika kamu bertanya hendak pergi kemana ? ”

“ iya kang, karena hal itulah anto jadi malas menanyakannya lagi tapi... ” mengiringi terhentinya perkataannya itu, anto keluar dari dalam kamar, ekspresi wajahnya menunjukan ada sesuatu yang saat ini tengah dicoba untuk diingatnya.

“ tapi apa to ? ”

“ tapi pernah loh kang, anto itu melihat teh anti tengah berbincang bincang dengan sanusi di pos jaga yang berada dekat dengan kebun milik pak haji kosim yang hendak dijual itu, hanya saja anto enggak mengetahui isi dari pembicaraan mereka itu ”

“ hahh... sanusi ? ” anto menganggukan kepalanya.

“ sanusi anak kampung tetangga yang dijuluki oleh warga kampung kita ini sebagai preman kampung ? ”

“ benar kang, sanusi itu yang anto maksud ”

“ benar benar konyol teh antimu itu to, bisa bisanya dia bergaul dengan orang yang enggak beres seperti itu ” gumamku dalam rasa geram.

“ apakah ibu sudah mengetahui semuanya ini to ? ”

“ sudah kang bahkan ibu juga sudah pernah menasehati teh anti tapi entah kenapa dalam kurun waktu empat bulan ini teh anti itu seperti enggak mau mendengarkan nasehat ibu ”

“ brengsek... ini benar benar sudah keterlaluan to, jangan sampai bapak mengetahui kebiasaan buruk teh antimu itu karena kalau sampai bapak mengetahuinya akang yakin bapak pasti akan marah besar ”

Penantianku akan kepulangan anti kini telah membuatku terlelap dalam tidur singkatku, diantara waktu yang saat ini telah menunjukan pukul lima sore hari, aku kembali terbangun dan mendapati anti telah pulang ke rumah, keinginanku yang ingin menanyakan kepada anti tentang alasan mengapa dirinya dalam beberapa bulan belakangan ini sering terlambat pulang ke rumah kini telah berbuah dengan pengakuan anti yang menurutku sangat jauh dari kata kejujuran. 

“ menyelesaikan tugas sekolah apa sih ti ? masa iya tugas sekolahnya itu bisa sesering itu ”  anti melayangkan tatapan matanya ke arahku, ketidaksukaannya pada perkataanku begitu terlihat jelas di wajahnya.

“ akang mencurigai anti ? ”

“ bukan akang mencurigai kamu ti, akang hanya khawatir saja kamu itu— ”
“ anti sudah besar kang, tolong jangan memperlakukan anti seperti anak kecil lagi ”

“ astaga ti, kamu itu... ”

Entah saat ini aku yang telah berbicara dengan nada suara yang keras atau tidak, suara batukan ibu yang terdengar dari arah kamarnya kini telah membuatku memutuskan untuk menghentikan perkataanku itu dan juga mengabaikan rasa amarah yang saat ini aku rasakan, dalam bayang bayang tatapan mata anti yang menatapku penuh dengan kemarahan, aku beranjak pergi meninggalkan anti.

“ brengsek... setan apa yang telah merasuki anti hingga kelakuannya jadi seperti itu ” umpatku masih dalam rasa amarahku yang membara, keinginanku yang ingin beristirahat di rumah selepas dari keputusanku yang memutuskan untuk pulang lebih awal dari tempatku bekerja sepertinya kini telah berubah menjadi keinginanku untuk meninggalkan rumah ini agar aku bisa meredakan rasa amarahku.




Diubah oleh meta.morfosis 23-04-2025 15:07
namakuve
nderek.langkung
itkgid
itkgid dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.