- Beranda
- Stories from the Heart
JAGAT BAYU KENCANA
...
TS
juraganpengki
JAGAT BAYU KENCANA
Assalammualaikum warrahmatullah wabarakatuh, gw Imam Al Fattah.. Jika lu semua ikutin cerita kacangan gw dari chapter satu sampai ketiga, pasti benak kalian dipenuhi banyak pertanyaan.. Salah satunya kenapa cerita gw sampai bertahun-tahun menggantung ga pernah ada kejelasan untuk lanjut atau tidak..
Honestly, banyak hal yang bikin gw harus vacum dalam menulis lanjutan cerita ini.. Satu persatu akan gw tuangkan nanti di cerita.. Buat yang masih sabar nungguin lanjutan cerita, gw ucapin makasih dan mohon maaf udah ngentangin bertahun-tahun lamanya.. Buat yang penasaran anggap saja ini cerita FIKSI a.k.a hasil imajinasi gw yang unstoppable..
Oh iya, Bree.. Nantinya gw mungkin akan ga sesering dulu kasih updetan.. Karena akun bukan gw yang pegang.. Sengaja gw lanjutin cerita ini di Kaskus bukan di platform lain karena dari awal nya cerita gw memang besar disini.. Gw ga nyari profit, just sharing my imagination to all of you..
Satu lagi, buat yang mau share cerita ini nantinya ke platform lain coba PM in aja yang pegang akun yak.. Here we go, Bree..
Keanehan Arka...
Siapa Sosok Bertubuh Setengah Ular Itu???
Teguran Keras Ki Larang...
Persetujuan Anggie...
Apa Maksud Sang Prabu?
Tiga Pengamen Maboy..
Tidak Salah Lagi Mahluk Setengah Ular Itu Pasti Calon Musuh Baru...
Kanjeng Putri dan Kemunculan Dua Jin Stylish...
Raden Jaka Gentala dan Ni Mas Ajeng Gentala...
ASEP SAEPUDIN...
Naga Sangkala...
RAMBE LANTAK...
Munculnya Pemuda Terakhir Yang Mempunyai Kelebihan..
Petunjuk Awal Nyi Mas Galuh Pandita...
Asal-Usul Nyi Widari Lakshmi..
Kabar Duka Dari Ridho..
Rumah Makan Aneh Seberang Jalan..
Ibu Masuk Rumah Sakit Lagi...
Tawaran Sebuah Bantuan...
Sambutan Para Penjaga Gerbang...
Batara Karang dan Betari Arum...
Honestly, banyak hal yang bikin gw harus vacum dalam menulis lanjutan cerita ini.. Satu persatu akan gw tuangkan nanti di cerita.. Buat yang masih sabar nungguin lanjutan cerita, gw ucapin makasih dan mohon maaf udah ngentangin bertahun-tahun lamanya.. Buat yang penasaran anggap saja ini cerita FIKSI a.k.a hasil imajinasi gw yang unstoppable..
Oh iya, Bree.. Nantinya gw mungkin akan ga sesering dulu kasih updetan.. Karena akun bukan gw yang pegang.. Sengaja gw lanjutin cerita ini di Kaskus bukan di platform lain karena dari awal nya cerita gw memang besar disini.. Gw ga nyari profit, just sharing my imagination to all of you..
Satu lagi, buat yang mau share cerita ini nantinya ke platform lain coba PM in aja yang pegang akun yak.. Here we go, Bree..
Keanehan Arka...
Siapa Sosok Bertubuh Setengah Ular Itu???
Teguran Keras Ki Larang...
Persetujuan Anggie...
Apa Maksud Sang Prabu?
Tiga Pengamen Maboy..
Tidak Salah Lagi Mahluk Setengah Ular Itu Pasti Calon Musuh Baru...
Kanjeng Putri dan Kemunculan Dua Jin Stylish...
Raden Jaka Gentala dan Ni Mas Ajeng Gentala...
ASEP SAEPUDIN...
Naga Sangkala...
RAMBE LANTAK...
Munculnya Pemuda Terakhir Yang Mempunyai Kelebihan..
Petunjuk Awal Nyi Mas Galuh Pandita...
Asal-Usul Nyi Widari Lakshmi..
Kabar Duka Dari Ridho..
Rumah Makan Aneh Seberang Jalan..
Ibu Masuk Rumah Sakit Lagi...
Tawaran Sebuah Bantuan...
Sambutan Para Penjaga Gerbang...
Batara Karang dan Betari Arum...
Quote:
Diubah oleh juraganpengki 28-03-2024 10:18
widi0407 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
26.3K
401
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#19
Apa Maksud Sang Prabu?
Gw sempat sedikit merasa lega, ketika hawa hangat terasa terbit dari bahu kanan.. Keyakinan gw akan Pedang Jagat Samudera perlahan membulat.. Namun rasa lega dan keyakinan yang gw rasakan tersebut pun lenyap bersamaan dengan sirnanya hawa hangat di bahu..
Yaa Alloh, ada apa ini? Mengapa Pedang sakti pemberian Jagat Tirta yang sudah di sempurnakan oleh Penguasa Kerajaan Gaib Pantai Utara juga sama sekali tak memberikan reaksi apapun? Tidak biasanya Pedang Jagat Samudera seperti ini? Apakah kekuatan gaib yang menjerat tubuh gw sebegitu saktinya? Sampai-sampai Pedang yang selama ini telah beberapa kali menyelamatkan gw dari bahaya menjadi tak berdaya..
Ketika gw merasa raga ini kian melambung ke atas dan hampir menabrak lampu yang tergantung tepat di tengah langit-langit kamar, yang bisa gw lakukan hanya menutup mata.. Gw benar-benar tak mampu berbuat apapun..
Akan tetapi, mendadak tubuh gw turun ke bawah lagi seperti ada tenaga yang menarik dari sana.. Gw masih tidak bisa melakukan apapun selain menengadahkan kepala dengan tubuh kaku dan hati terus berdo’a mengharap pertolongan Illahi..
Namun, dengan gerakan yang dinamis tubuh gw secara perlahan berubah posisi dari yang semula melayang terlentang menjadi berdiri.. Dan saat itu lah, gw tercengang kala melihat sosok Ki Larang sedang berdiri tegap melayang di sudut kamar sambil meluruskan tangan kanannya ke depan..
“Sial! Ternyata Ki Larang yang ngerjain gw” Gerutu gw dalam hati dengan tubuh masih kaku menegang..
Pantas sedari tadi Sekar Kencana dan Bayu Barata tidak menyahut sama sekali.. Bahkan Pedang Jagat Samudera pun tak memberikan reaksi panasnya di bahu karena jelas ia tidak merasakan adanya ancaman yang mengintai..
Begitu kedua telapak kaki gw sudah menapak di atas lantai, secara berangsur-angsur tubuh gw yang kaku menegang mulai terasa bisa di gerakkan.. Kejadian itu bersamaan dengan turunnya tangan kanan Ki Larang ke arah bawah.. Sepertinya, pengaruh kesaktiannya yang mengekang raga gw sudah lepas..
Karena dalam hati gw sempat mengkhawatirkan keadaan Anggie sebab merasa adanya ancaman, gw menoleh ke arah istri gw yang nampak masih tertidur pulas seperti tak menyadari hal aneh telah berlaku pada diri ini..
“Jangan khawatir, Ngger.. Semua yang ada dalam rumah ini berada dalam pengaruh ilmu ku., termasuk istrimu dan Sekar Kencana.. Tak satu pun yang akan menyadari apa yang telah dan akan aku lakukan terhadap mu”
Gw cukup terkejut mendengar ucapan Ki Larang.. Sosok berwujud laki-laki gagah berpakaian khas petinggi keraton ternyata memang benar-benar sakti, sampai-sampai ia mampu mengendalikan Sekar Kencana dibawah pengaruh ilmunya..
“Apakah kau siap untuk menerima hukuman yang dititipkan oleh Junjunganku?” Tanya Ki Larang dengan tatapan tegas..
Mulut gw terkunci karena batin ini sempat merasakan cemas akan ucapannya..
“Kau tidak perlu risau, Ngger.. Aku hanya akan mengambil Pedang yang tertanam dalam bahu kanan mu dan menekan hawa sakti mu saja sebagai hukuman.. Aku tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu lebih dari itu”
Meski kalimat yang dilisankan oleh Ki Larang terdengar sangat enteng, namun tetap saja membuat gw terkejut..
“Apabila yang aku lakukan tempo hari adalah bentuk pelanggaran akan sumpah yang telah aku ucapkan di hadapan Sri Baduga Maharaja, mengapa kau harus mengambil Pedang Jagat Samudera, Ki? Ini tak ada hubungannya dengan senjata ku”
Ki Larang nampak tersenyum dingin untuk sesaat.. Lalu ia kembali mengulurkan tangan kanannya ke hadapan gw..
Sejurus kemudian, gw merasakan hawa hangat muncul dari bahu kanan dan terus memanas.. Gw tahu, saat ini Ki Larang sedang mencoba untuk mengambil Pedang Jagat Samudera yang bersemayam disana..
“Tetap lah berada dalam bahu kananku, Sobat” Ucap gw dalam hati dengan maksud agar Pedang Jagat Samudera memberikan perlawanan atas usaha yang sedang dilakukan Ki Larang..
Wajah gw yang semula terselipkan senyuman karena sepertinya Pedang Jagat Samudera mengerti akan permintaan diri ini, mendadak berubah ketika hawa di bahu kanan terasa kian panas..
“Keluarlah Pedang Jagat Samudera! Sebelum aku mencabutmu secara paksa!”
Kata Ki Larang dengan suara dan telapak tangan yang nampak bergetar..
Bahu kanan gw tiba-tiba ikut mengeluarkan getaran.. Awalnya terasa halus, namun semakin lama semakin terasa kencang getarannya.. Ini pertanda Pedang Jagat Samudera masih memberikan perlawanan pada Ki Larang..
“Sekali lagi aku peringatkan padamu Pedang Jagat Samudera.. Jika kau terus melawan kehendak Sang Prabu, aku tak segan-segan merubahmu menjadi sebilah besi usang tak berguna!”
SYUUUUTTT
Belum sedetik Ki Larang usai berucap, mendadak Pedang Jagat Samudera melesat keluar dari bahu kanan gw.. Pandangan gw sempat membesar kala melihat Pedang sakti itu melayang-layang berputar di atas kepala, lalu hinggap di genggaman tangan kanan Ki Larang..
Setelah sempat menyunggingkan senyuman dingin dan memandangi Pedang Jagat Samudera di genggaman tangan kanannya, Ki Larang kembali menoleh ke arah gw.. Lalu ia berganti mengulurkan telapak tangan kiri ke hadapan..
Tubuh gw yang semula berada sekitar 2 tombak di hadapan Ki Larang mendadak dengan gerakan cepat tertarik mendekat ke arahnya.. Gw mencoba untuk berontak, tapi kembali raga ini menjadi kaku menegang.. Hingga persis di jarak kurang dari setengah tombak, tubuh gw berhenti melayang saat telapak tangan kiri Ki Larang menyentuh dahi ini..
“Maaf kan aku yang terpaksa menjerat raga mu kembali, Ngger.. Sekarang saatnya diriku menekan hawa kesaktian dalam tubuhmu”
Jika saja mulut gw tidak terkunci, sudah pasti gw menolak perintah Ki Larang atau setidaknya menanyakan maksud apa dibalik keputusan Sri Baduga Maharaja untuk menekan hawa sakti dalam tubuh gw..
“Pejamkan kedua indra penglihatanmu, Ngger.. Aku akan mulai menekan hawa sakti mu sekarang juga”
Meski masih setengah hati, mau tidak mau gw harus menuruti ucpan Ki Larang untuk menutup kedua mata.. Yang terjadi kemudian, gw merasakan hawa hangat terasa terbit dari dahi..
Bukan hanya dari dahi saja.. Ternyata dari ujung kedua jari telunjuk tangan dan dua ibu jari kaki serta dari pusar gw pun mengeluarkan hawa hangat..
Anehnya, hawa hangat yang terbit dari beberapa bagian tubuh gw itu terasa menjalar ke satu titik pusat di pergelangan tangan.. Mengapa semua hawa hangat dari tubuh gw terpusat mengelilingi pergelangan tangan kanan? Rasa penasaran benar-benar telah menggelitik batin ini..
Gw ingin sekali membuka kedua mata untuk melihat apa yang sedang terjadi.. Namun gw untuk melakukannya.. Karena Ki Larang belum meminta gw untuk membuka mata..
“Kau sudah boleh membuka mata.. Aku telah selesai menekan hawa kesaktian dalam tubuhmu”
Setelah Ki Larang berucap demikian, gw merasa sedikit lemas.. Gw pun membuka kedua indra penglihatan dan menatap sosok Ki Larang yang sudah mengulurkan sebuah gelas yang terbuat dari bambu..
“Minumlah air murni pemberian Sang Prabu, Ngger.. Air itu akan membantu mengembalikan tenaga luar dan dalam mu”
Tanpa ragu, gw menerima gelas bambu berisi air bening yang mengkilat terkena cahaya lampu kamar.. Sesudah mengucap Basmallah, dengan perlahan-lahan gw mulai meneguk air tersebut..
Aaah! Sungguh segar dan sejuk rasanya air dalam gelas bambu pemberian Sang Prabu.. Tubuh gw yang semula terasa lemas dengan cepat kembali seperti sedia kala.. Gw tersenyum ke Ki Larang saat mengembalikan gelas bambu itu.. Sosok pemuda berpenampilan gagah tersebut membalas senyuman gw sambil menerima gelas ditangannya..
“Ketahuilah, Ngger.. Semua yang telah aku lakukan atas perintah Sang Prabu, adalah untuk kebaikan dirimu sendiri.. Menurut junjunganku, beberapa hari kedepan kau akan menemui manusia-manusia lain yang juga sama-sama mempunyai kelebihan seperti dirimu”
Gw tertegun mendengar penuturan Ki Larang.. Mulai dari hari ini sampai dua minggu ke depan, gw akan mengikuti diklat prajabatan.. Apakah gw akan menemui manusia-manusia lain yang memiliki kelebihan disana?
“Sang Prabu tak menghendaki jati dirimu yang sebenarnya untuk diketahui oleh mereka.. Karena itu, dengan terpaksa Pedang Jagat Samudera harus lepas dari ragamu sementara waktu dan dengan terpaksa pula gelang gaib di pergelangan tangan kananmu aku jadikan sebagai penekan hawa kesaktian milikmu”
Kalimat Ki Larang barusan, membuat banyak sekali pertanyaan lain muncul dalam benak.. Namun terpaksa gw tunda untuk mengucapkannya, karena kedua mata gw teralihkan pada pendaran sinar merah berselimutkan cahaya putih tipis yang menggelungi pergelangan tangan kanan..
Gw tahu, sinar merah yang bergelung itu berasal dari gelang gaib yang mengikat sumpah gw dan ketiga saudara di hadapan Sri Baduga Maharaja beberapa waktu silam.. Namun yang membuat gw heran, mengapa kali ini ada cahaya tipis berwarna putih yang ikut membalut sinar merah tersebut?
“Cahaya putih itu adalah bentuk hawa kesaktian mu, Ngger.. Gelang gaib pengikat sumpah yang disematkan oleh junjunganku telah menahan dan menekan hawa saktimu sedemikia rupa.. Hingga nantinya jika pun kau bertemu dengan manusia-manusia lain yang mempunyai kelebihan, mereka hanya dapat merasakan hawa kesaktian yang tak seberapa dari tubuhmu”
“Mengapa Eyang Prabu harus menekan hawa saktiku, Ki? Selama ini, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk memamerkan kelebihan yang aku miliki pada orang lain”
Ki Larang tersenyum mendengar pertanyaan gw, lalu ia membuka telapak tangannya yang masih menggenggam pangkal Pedang Jagat Samudera.. Untuk beberapa saat, Pedang sakti yang selama ini telah menemani perjalanan hidup gw itu nampak melayang-layang dihadapan kami.. Kemudian dengan gerakan sangat cepat, Pedang Jagat Samudera melesat ke atas menembus langit-langit kamar gw dan menghilang tanpa bekas..
Sejumput rasa getir terbit dalam batin ketika gw menyaksikan Pedang Jagat Samudera telah lenyap entah kemana.. Entah lah, gw merasa raga ini tidak begitu lengkap tanpa keberadaan Pedang sakti tersebut di bahu kanan..
“Untuk pertanyaan mu yang terakhir itu, aku tidak mempunyai kewenangan menjawabnya.. Seperti yang aku katakan sejak semula, Ngger.. Yang aku lakukan semata-mata merupakan perintah dari junjunganku.. Satu lagi, saat kau berada di tempat lain selama empat belas hari kedepan, kedua Jin Penjaga mu pun di larang Sang Prabu untuk menemani.. Jadi, kau betul-betul hanya sendiri disana nantinya tanpa sosok Sekar Kencana dan Bayu Barata”
Kali ini, kedua mata gw terbelalak atas ucapan Ki Larang.. Mengapa Sekar Kencana dan Bayu Barata juga terkena imbasnya, sampai-sampai mereka berdua tidak diperbolehkan menjaga gw? Apa sebenarnya maksud Sang Prabu? Dan apa yang akan gw alami nanti jika bertemu manusia-manusia lain yang mempunyai kelebihan?
Yaa Alloh, ada apa ini? Mengapa Pedang sakti pemberian Jagat Tirta yang sudah di sempurnakan oleh Penguasa Kerajaan Gaib Pantai Utara juga sama sekali tak memberikan reaksi apapun? Tidak biasanya Pedang Jagat Samudera seperti ini? Apakah kekuatan gaib yang menjerat tubuh gw sebegitu saktinya? Sampai-sampai Pedang yang selama ini telah beberapa kali menyelamatkan gw dari bahaya menjadi tak berdaya..
Ketika gw merasa raga ini kian melambung ke atas dan hampir menabrak lampu yang tergantung tepat di tengah langit-langit kamar, yang bisa gw lakukan hanya menutup mata.. Gw benar-benar tak mampu berbuat apapun..
Akan tetapi, mendadak tubuh gw turun ke bawah lagi seperti ada tenaga yang menarik dari sana.. Gw masih tidak bisa melakukan apapun selain menengadahkan kepala dengan tubuh kaku dan hati terus berdo’a mengharap pertolongan Illahi..
Namun, dengan gerakan yang dinamis tubuh gw secara perlahan berubah posisi dari yang semula melayang terlentang menjadi berdiri.. Dan saat itu lah, gw tercengang kala melihat sosok Ki Larang sedang berdiri tegap melayang di sudut kamar sambil meluruskan tangan kanannya ke depan..
“Sial! Ternyata Ki Larang yang ngerjain gw” Gerutu gw dalam hati dengan tubuh masih kaku menegang..
Pantas sedari tadi Sekar Kencana dan Bayu Barata tidak menyahut sama sekali.. Bahkan Pedang Jagat Samudera pun tak memberikan reaksi panasnya di bahu karena jelas ia tidak merasakan adanya ancaman yang mengintai..
Begitu kedua telapak kaki gw sudah menapak di atas lantai, secara berangsur-angsur tubuh gw yang kaku menegang mulai terasa bisa di gerakkan.. Kejadian itu bersamaan dengan turunnya tangan kanan Ki Larang ke arah bawah.. Sepertinya, pengaruh kesaktiannya yang mengekang raga gw sudah lepas..
Karena dalam hati gw sempat mengkhawatirkan keadaan Anggie sebab merasa adanya ancaman, gw menoleh ke arah istri gw yang nampak masih tertidur pulas seperti tak menyadari hal aneh telah berlaku pada diri ini..
“Jangan khawatir, Ngger.. Semua yang ada dalam rumah ini berada dalam pengaruh ilmu ku., termasuk istrimu dan Sekar Kencana.. Tak satu pun yang akan menyadari apa yang telah dan akan aku lakukan terhadap mu”
Gw cukup terkejut mendengar ucapan Ki Larang.. Sosok berwujud laki-laki gagah berpakaian khas petinggi keraton ternyata memang benar-benar sakti, sampai-sampai ia mampu mengendalikan Sekar Kencana dibawah pengaruh ilmunya..
“Apakah kau siap untuk menerima hukuman yang dititipkan oleh Junjunganku?” Tanya Ki Larang dengan tatapan tegas..
Mulut gw terkunci karena batin ini sempat merasakan cemas akan ucapannya..
“Kau tidak perlu risau, Ngger.. Aku hanya akan mengambil Pedang yang tertanam dalam bahu kanan mu dan menekan hawa sakti mu saja sebagai hukuman.. Aku tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu lebih dari itu”
Meski kalimat yang dilisankan oleh Ki Larang terdengar sangat enteng, namun tetap saja membuat gw terkejut..
“Apabila yang aku lakukan tempo hari adalah bentuk pelanggaran akan sumpah yang telah aku ucapkan di hadapan Sri Baduga Maharaja, mengapa kau harus mengambil Pedang Jagat Samudera, Ki? Ini tak ada hubungannya dengan senjata ku”
Ki Larang nampak tersenyum dingin untuk sesaat.. Lalu ia kembali mengulurkan tangan kanannya ke hadapan gw..
Sejurus kemudian, gw merasakan hawa hangat muncul dari bahu kanan dan terus memanas.. Gw tahu, saat ini Ki Larang sedang mencoba untuk mengambil Pedang Jagat Samudera yang bersemayam disana..
“Tetap lah berada dalam bahu kananku, Sobat” Ucap gw dalam hati dengan maksud agar Pedang Jagat Samudera memberikan perlawanan atas usaha yang sedang dilakukan Ki Larang..
Wajah gw yang semula terselipkan senyuman karena sepertinya Pedang Jagat Samudera mengerti akan permintaan diri ini, mendadak berubah ketika hawa di bahu kanan terasa kian panas..
“Keluarlah Pedang Jagat Samudera! Sebelum aku mencabutmu secara paksa!”
Kata Ki Larang dengan suara dan telapak tangan yang nampak bergetar..
Bahu kanan gw tiba-tiba ikut mengeluarkan getaran.. Awalnya terasa halus, namun semakin lama semakin terasa kencang getarannya.. Ini pertanda Pedang Jagat Samudera masih memberikan perlawanan pada Ki Larang..
“Sekali lagi aku peringatkan padamu Pedang Jagat Samudera.. Jika kau terus melawan kehendak Sang Prabu, aku tak segan-segan merubahmu menjadi sebilah besi usang tak berguna!”
SYUUUUTTT
Belum sedetik Ki Larang usai berucap, mendadak Pedang Jagat Samudera melesat keluar dari bahu kanan gw.. Pandangan gw sempat membesar kala melihat Pedang sakti itu melayang-layang berputar di atas kepala, lalu hinggap di genggaman tangan kanan Ki Larang..
Setelah sempat menyunggingkan senyuman dingin dan memandangi Pedang Jagat Samudera di genggaman tangan kanannya, Ki Larang kembali menoleh ke arah gw.. Lalu ia berganti mengulurkan telapak tangan kiri ke hadapan..
Tubuh gw yang semula berada sekitar 2 tombak di hadapan Ki Larang mendadak dengan gerakan cepat tertarik mendekat ke arahnya.. Gw mencoba untuk berontak, tapi kembali raga ini menjadi kaku menegang.. Hingga persis di jarak kurang dari setengah tombak, tubuh gw berhenti melayang saat telapak tangan kiri Ki Larang menyentuh dahi ini..
“Maaf kan aku yang terpaksa menjerat raga mu kembali, Ngger.. Sekarang saatnya diriku menekan hawa kesaktian dalam tubuhmu”
Jika saja mulut gw tidak terkunci, sudah pasti gw menolak perintah Ki Larang atau setidaknya menanyakan maksud apa dibalik keputusan Sri Baduga Maharaja untuk menekan hawa sakti dalam tubuh gw..
“Pejamkan kedua indra penglihatanmu, Ngger.. Aku akan mulai menekan hawa sakti mu sekarang juga”
Meski masih setengah hati, mau tidak mau gw harus menuruti ucpan Ki Larang untuk menutup kedua mata.. Yang terjadi kemudian, gw merasakan hawa hangat terasa terbit dari dahi..
Bukan hanya dari dahi saja.. Ternyata dari ujung kedua jari telunjuk tangan dan dua ibu jari kaki serta dari pusar gw pun mengeluarkan hawa hangat..
Anehnya, hawa hangat yang terbit dari beberapa bagian tubuh gw itu terasa menjalar ke satu titik pusat di pergelangan tangan.. Mengapa semua hawa hangat dari tubuh gw terpusat mengelilingi pergelangan tangan kanan? Rasa penasaran benar-benar telah menggelitik batin ini..
Gw ingin sekali membuka kedua mata untuk melihat apa yang sedang terjadi.. Namun gw untuk melakukannya.. Karena Ki Larang belum meminta gw untuk membuka mata..
“Kau sudah boleh membuka mata.. Aku telah selesai menekan hawa kesaktian dalam tubuhmu”
Setelah Ki Larang berucap demikian, gw merasa sedikit lemas.. Gw pun membuka kedua indra penglihatan dan menatap sosok Ki Larang yang sudah mengulurkan sebuah gelas yang terbuat dari bambu..
“Minumlah air murni pemberian Sang Prabu, Ngger.. Air itu akan membantu mengembalikan tenaga luar dan dalam mu”
Tanpa ragu, gw menerima gelas bambu berisi air bening yang mengkilat terkena cahaya lampu kamar.. Sesudah mengucap Basmallah, dengan perlahan-lahan gw mulai meneguk air tersebut..
Aaah! Sungguh segar dan sejuk rasanya air dalam gelas bambu pemberian Sang Prabu.. Tubuh gw yang semula terasa lemas dengan cepat kembali seperti sedia kala.. Gw tersenyum ke Ki Larang saat mengembalikan gelas bambu itu.. Sosok pemuda berpenampilan gagah tersebut membalas senyuman gw sambil menerima gelas ditangannya..
“Ketahuilah, Ngger.. Semua yang telah aku lakukan atas perintah Sang Prabu, adalah untuk kebaikan dirimu sendiri.. Menurut junjunganku, beberapa hari kedepan kau akan menemui manusia-manusia lain yang juga sama-sama mempunyai kelebihan seperti dirimu”
Gw tertegun mendengar penuturan Ki Larang.. Mulai dari hari ini sampai dua minggu ke depan, gw akan mengikuti diklat prajabatan.. Apakah gw akan menemui manusia-manusia lain yang memiliki kelebihan disana?
“Sang Prabu tak menghendaki jati dirimu yang sebenarnya untuk diketahui oleh mereka.. Karena itu, dengan terpaksa Pedang Jagat Samudera harus lepas dari ragamu sementara waktu dan dengan terpaksa pula gelang gaib di pergelangan tangan kananmu aku jadikan sebagai penekan hawa kesaktian milikmu”
Kalimat Ki Larang barusan, membuat banyak sekali pertanyaan lain muncul dalam benak.. Namun terpaksa gw tunda untuk mengucapkannya, karena kedua mata gw teralihkan pada pendaran sinar merah berselimutkan cahaya putih tipis yang menggelungi pergelangan tangan kanan..
Gw tahu, sinar merah yang bergelung itu berasal dari gelang gaib yang mengikat sumpah gw dan ketiga saudara di hadapan Sri Baduga Maharaja beberapa waktu silam.. Namun yang membuat gw heran, mengapa kali ini ada cahaya tipis berwarna putih yang ikut membalut sinar merah tersebut?
“Cahaya putih itu adalah bentuk hawa kesaktian mu, Ngger.. Gelang gaib pengikat sumpah yang disematkan oleh junjunganku telah menahan dan menekan hawa saktimu sedemikia rupa.. Hingga nantinya jika pun kau bertemu dengan manusia-manusia lain yang mempunyai kelebihan, mereka hanya dapat merasakan hawa kesaktian yang tak seberapa dari tubuhmu”
“Mengapa Eyang Prabu harus menekan hawa saktiku, Ki? Selama ini, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk memamerkan kelebihan yang aku miliki pada orang lain”
Ki Larang tersenyum mendengar pertanyaan gw, lalu ia membuka telapak tangannya yang masih menggenggam pangkal Pedang Jagat Samudera.. Untuk beberapa saat, Pedang sakti yang selama ini telah menemani perjalanan hidup gw itu nampak melayang-layang dihadapan kami.. Kemudian dengan gerakan sangat cepat, Pedang Jagat Samudera melesat ke atas menembus langit-langit kamar gw dan menghilang tanpa bekas..
Sejumput rasa getir terbit dalam batin ketika gw menyaksikan Pedang Jagat Samudera telah lenyap entah kemana.. Entah lah, gw merasa raga ini tidak begitu lengkap tanpa keberadaan Pedang sakti tersebut di bahu kanan..
“Untuk pertanyaan mu yang terakhir itu, aku tidak mempunyai kewenangan menjawabnya.. Seperti yang aku katakan sejak semula, Ngger.. Yang aku lakukan semata-mata merupakan perintah dari junjunganku.. Satu lagi, saat kau berada di tempat lain selama empat belas hari kedepan, kedua Jin Penjaga mu pun di larang Sang Prabu untuk menemani.. Jadi, kau betul-betul hanya sendiri disana nantinya tanpa sosok Sekar Kencana dan Bayu Barata”
Kali ini, kedua mata gw terbelalak atas ucapan Ki Larang.. Mengapa Sekar Kencana dan Bayu Barata juga terkena imbasnya, sampai-sampai mereka berdua tidak diperbolehkan menjaga gw? Apa sebenarnya maksud Sang Prabu? Dan apa yang akan gw alami nanti jika bertemu manusia-manusia lain yang mempunyai kelebihan?
Kurohige410 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup