- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#24
12
Quote:
Sebuah senter memberikan secercah cahaya di kegelapan ruangan, Pandu memegangnya dengan erat. Setelah ada pembicaraan sebelumnya mengenai pantangan yang sama sekali tidak boleh dilanggar, langkahnya dengan kuat memasuki ruangan paling angker di goa bekas penjajah ini. Sebuah tempat untuk mengakhiri orang-orang tidak bersalah pada masa lampau. Jangan dibayangkan eksekusi secepat kilat yang otak tidak mampu meresponnya, tetapi penyiksaan perlahan yang membuat orang-orang ini merasa sakit luar biasa, begitulah info yang didapatkannya sebelum memberanikan diri untuk memulai penelusuran.
Sesuai arahan Lulu, semua kejadian kecil akan diberitahu agar penonton tidak merasa jenuh. Beberapa menit berlalu, bau amis yang tercium oleh Ardit dan Kuncen DJ belum masuk melalui lubang hidung milik Pandu. Kakinya mulai berkeliling di tempat yang tidak terlalu besar itu, agar penonton lebih mendapatkan gambaran lainnya. Dikameranya terekam jejak-jejak berdarah yang tampak kering, menghitam pekat jauh dari warna aslinya.
Ardit dan Kuncen DJ menunggu di area luar, tepatnya di depan mulut goa. Sang kuncen beralasan jika terjadi sesuatu, mereka masih bisa mengejarnya ke dalam karena jaraknya dekat. Lagipula seluruh lintasan maupun jalan pintas area goa sudah tersimpan rapih di dalam otaknya. Berbeda dengan penulusuran sebelumnya, kali ini ada tugas baru untuk seorang Ardit, yaitu sebagai pemantau. Melalui sambungan khusus, sehinga Ardit bisa tahu apa yang terjadi di dalam tanpa harus mengira-ngira. Dari tampilan layar ponselnya, terlihat Pandu tidak diam.
“Udah lumayan, cuman kurang ini audionya lupa…,” ucap Ardit.
“Udah makin mantep produksinya nih!” sahut Kuncen DJ.
“Bertahap aja, siapa tau tiba-tiba meledak. Hehe,” jawab Ardit.
Waktu sudah habis setengah jam, belum ada lagi tanda-tanda kehadiran makhluk halus. Sedangkan jam sudah menunjukan lewat tengah malam. Lalu dalam layar, Pandu meletakan kameranya di sudut yang pas sehingga banyak area tersorot. Kemudian duduk di lantai yang beralaskan darah kering tanpa khawatir ada noda yang menempel. Sikapnya ini membuat Ardit sedikit khawatir, takut-takut sudah ada makhluk yang masuk keraganya. Matanya melirik ke arah Kuncen DJ, yang sedang santai sambil menghebuskan asap beracun dari pipa kertas kesayangannya.
“Ada apa?” tanya Kuncen DJ kemudian menghampiri.
Ardit memperlihatkan layarnya, “Ini kok Panwir tiba-tiba duduk gini? Coba terawang ada mahkluk halus yang masuk engga?” tanya Ardit.
“Engga mungkin,” jawab Kuncen DJ lalu cepat-cepat memberikan klarifikasi atas ucapannya, “maksud saya mungkin kakinya pegel aja kali,” mengelus dadanya karena hampir saja mengatakan hal yang tidak perlu.
Pandangan Pandu tertuju pada langit-langit ruangan yang terbuat dari bebatuan alami. Ada bagian yang masih asli seperti sedianya ketika pembuatan goa ini, ada juga bagian yang terkena noda darah. Semuanya dijelaskan dengan rapih sambil menyorot ke bagian itu. Dengan atap yang lumayan tinggi bisa lebih dibayangkan bagaimana perlakuan para penjajah hingga menyebabkan darahnya menempel di sudut atas.
“Ada beberapa kemungkinan, bisa aja pas kena dor isi kepalanya keluar semua jadinya bisa sampai ke atas situ,” ucap Pandu berkomunikasi dengan penonton. “sekarang kayaknya gue akan diem dulu, duduk di sini sambil terus nunggu apakah ada hal-hal mistis nantinya,” menyimpan senter didekatnya.
Angin di luar berhembus sedikit kencang, membuat kedua orang penunggu merasakan kedinginan. Entah angin apa karena Kuncen DJ merasakan aura yang lain. Sementara itu Ardit tidak mampu berbuat banyak karena jaketnya tertinggal di dalam mobil. Kompleks goa bekas penjajah sudah ditutup untuk pengunjung umum, dan jarak menuju parkiran cukup jauh. Ardit hanya bisa tersenyum menahannya, tidak mungkin ia harus pergi sedangkan temannya berada di dalam. Pikirnya untuk membuat perasaannya sedikit tenang, padahal alasan utamanya karena ia takut pergi sendiri.
Kuncen DJ sekali lagi mendekati Ardit untuk melihat apa yang dilakukan oleh Pandu melalui layarnya, “Coba liat sebentar,” pinta sang Kuncen.
“Dari tadi begini aja, duduk-duduk ngelamun,” ucap Ardit. “kenapa?” lanjutnya.
“Hm, dia masih biasa aja yah padahal di sini udah dingin banget kerasanya,” perasaan Kuncen Dj sangat tidak enak, seperti sesuatu yang buruk akan datang. Ardit hanya melongo melihat Kuncen Dj yang kembali ke posnya.
Teringat kembali beberapa saat lalu ketika kegiatan uji nyali ini akan dilangsungkan. Pandu tiba-tiba masuk ke dalam kemudian berhasil ditarik kembali oleh Kuncen DJ. Menurut penjelasannya, ketika ingin memasuki area ini diharuskan untuk meminta izin dan bersapa. Wajah sang kuncen terlihat sedikit khawatir, lalu menjelaskan alasan mengapa semua itu harus dilakukan. Lalu sampailah pada pamungkasnya, tentang pantangan yang wajib dihindari. Dalam memberitahu ini, Kuncen DJ bahkan sampai berbisik pada kedua kliennya, Ardit dan Pandu.
“Jangan sampai ngucapin kata ‘Garam’,” ucap Kuncen Dj berbisik. Ardit dan Pandu saling melirik, entah apa yang dimaksud oleh sang Kuncen tetapi tidak ada penjelasan dibalik itu semua.
Kembali di mana Pandu sedang melakukan uji nyali, tiba-tiba badannya terangkat. Hawa semakin dingin dan ditambah menjadi mencekam, Kuncen DJ merasakan aura kelam datang.
“Oke gaes, sekarang gue mau nyoba pantangan di tempat ini untuk membuktikan kebenarannya. Siap?”
Tiba-tiba Kuncen DJ berlari masuk ke dalam meninggalkan Ardit yang kebingungan sendiri di pintu goa.
Sesuai arahan Lulu, semua kejadian kecil akan diberitahu agar penonton tidak merasa jenuh. Beberapa menit berlalu, bau amis yang tercium oleh Ardit dan Kuncen DJ belum masuk melalui lubang hidung milik Pandu. Kakinya mulai berkeliling di tempat yang tidak terlalu besar itu, agar penonton lebih mendapatkan gambaran lainnya. Dikameranya terekam jejak-jejak berdarah yang tampak kering, menghitam pekat jauh dari warna aslinya.
Ardit dan Kuncen DJ menunggu di area luar, tepatnya di depan mulut goa. Sang kuncen beralasan jika terjadi sesuatu, mereka masih bisa mengejarnya ke dalam karena jaraknya dekat. Lagipula seluruh lintasan maupun jalan pintas area goa sudah tersimpan rapih di dalam otaknya. Berbeda dengan penulusuran sebelumnya, kali ini ada tugas baru untuk seorang Ardit, yaitu sebagai pemantau. Melalui sambungan khusus, sehinga Ardit bisa tahu apa yang terjadi di dalam tanpa harus mengira-ngira. Dari tampilan layar ponselnya, terlihat Pandu tidak diam.
“Udah lumayan, cuman kurang ini audionya lupa…,” ucap Ardit.
“Udah makin mantep produksinya nih!” sahut Kuncen DJ.
“Bertahap aja, siapa tau tiba-tiba meledak. Hehe,” jawab Ardit.
Waktu sudah habis setengah jam, belum ada lagi tanda-tanda kehadiran makhluk halus. Sedangkan jam sudah menunjukan lewat tengah malam. Lalu dalam layar, Pandu meletakan kameranya di sudut yang pas sehingga banyak area tersorot. Kemudian duduk di lantai yang beralaskan darah kering tanpa khawatir ada noda yang menempel. Sikapnya ini membuat Ardit sedikit khawatir, takut-takut sudah ada makhluk yang masuk keraganya. Matanya melirik ke arah Kuncen DJ, yang sedang santai sambil menghebuskan asap beracun dari pipa kertas kesayangannya.
“Ada apa?” tanya Kuncen DJ kemudian menghampiri.
Ardit memperlihatkan layarnya, “Ini kok Panwir tiba-tiba duduk gini? Coba terawang ada mahkluk halus yang masuk engga?” tanya Ardit.
“Engga mungkin,” jawab Kuncen DJ lalu cepat-cepat memberikan klarifikasi atas ucapannya, “maksud saya mungkin kakinya pegel aja kali,” mengelus dadanya karena hampir saja mengatakan hal yang tidak perlu.
Pandangan Pandu tertuju pada langit-langit ruangan yang terbuat dari bebatuan alami. Ada bagian yang masih asli seperti sedianya ketika pembuatan goa ini, ada juga bagian yang terkena noda darah. Semuanya dijelaskan dengan rapih sambil menyorot ke bagian itu. Dengan atap yang lumayan tinggi bisa lebih dibayangkan bagaimana perlakuan para penjajah hingga menyebabkan darahnya menempel di sudut atas.
“Ada beberapa kemungkinan, bisa aja pas kena dor isi kepalanya keluar semua jadinya bisa sampai ke atas situ,” ucap Pandu berkomunikasi dengan penonton. “sekarang kayaknya gue akan diem dulu, duduk di sini sambil terus nunggu apakah ada hal-hal mistis nantinya,” menyimpan senter didekatnya.
Angin di luar berhembus sedikit kencang, membuat kedua orang penunggu merasakan kedinginan. Entah angin apa karena Kuncen DJ merasakan aura yang lain. Sementara itu Ardit tidak mampu berbuat banyak karena jaketnya tertinggal di dalam mobil. Kompleks goa bekas penjajah sudah ditutup untuk pengunjung umum, dan jarak menuju parkiran cukup jauh. Ardit hanya bisa tersenyum menahannya, tidak mungkin ia harus pergi sedangkan temannya berada di dalam. Pikirnya untuk membuat perasaannya sedikit tenang, padahal alasan utamanya karena ia takut pergi sendiri.
Kuncen DJ sekali lagi mendekati Ardit untuk melihat apa yang dilakukan oleh Pandu melalui layarnya, “Coba liat sebentar,” pinta sang Kuncen.
“Dari tadi begini aja, duduk-duduk ngelamun,” ucap Ardit. “kenapa?” lanjutnya.
“Hm, dia masih biasa aja yah padahal di sini udah dingin banget kerasanya,” perasaan Kuncen Dj sangat tidak enak, seperti sesuatu yang buruk akan datang. Ardit hanya melongo melihat Kuncen Dj yang kembali ke posnya.
Teringat kembali beberapa saat lalu ketika kegiatan uji nyali ini akan dilangsungkan. Pandu tiba-tiba masuk ke dalam kemudian berhasil ditarik kembali oleh Kuncen DJ. Menurut penjelasannya, ketika ingin memasuki area ini diharuskan untuk meminta izin dan bersapa. Wajah sang kuncen terlihat sedikit khawatir, lalu menjelaskan alasan mengapa semua itu harus dilakukan. Lalu sampailah pada pamungkasnya, tentang pantangan yang wajib dihindari. Dalam memberitahu ini, Kuncen DJ bahkan sampai berbisik pada kedua kliennya, Ardit dan Pandu.
“Jangan sampai ngucapin kata ‘Garam’,” ucap Kuncen Dj berbisik. Ardit dan Pandu saling melirik, entah apa yang dimaksud oleh sang Kuncen tetapi tidak ada penjelasan dibalik itu semua.
Kembali di mana Pandu sedang melakukan uji nyali, tiba-tiba badannya terangkat. Hawa semakin dingin dan ditambah menjadi mencekam, Kuncen DJ merasakan aura kelam datang.
“Oke gaes, sekarang gue mau nyoba pantangan di tempat ini untuk membuktikan kebenarannya. Siap?”
Tiba-tiba Kuncen DJ berlari masuk ke dalam meninggalkan Ardit yang kebingungan sendiri di pintu goa.
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas