Sumber Gambar

Video viral yang memperlihatkan Luna Maya marah pada karyawan-karyawannya dalam sebuah ruang rapat telah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Namun, perhatian juga tertuju pada perekam video tersebut yang tidak diketahui identitasnya.

Dalam video tersebut, terlihat Luna Maya berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruang rapat dengan kondisi yang jelas marah. Tidak diketahui dengan pasti mengapa Luna Maya bereaksi seperti itu, namun video tersebut berhasil mencuri perhatian banyak orang. Usai ditelusuri, rupanya sosok perekam itu adalah seorang karyawan magang yang kabarnya kini sudah diberikan sanksi berupa peringatan.

Menariknya, banyak netizen yang justru kesal dengan perekam video tersebut. Mereka berpendapat bahwa merekam kejadian tanpa seizin orang lain merupakan tindakan yang tidak etis. Di era yang semakin modern ini, penting bagi kita untuk tetap menjaga adab dan etika. Penggunaan smartphone seharusnya dilakukan oleh orang yang cerdas, bukan hanya untuk merekam dan memposting sesuatu tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Melaney Ricardo, seorang presenter, juga mengungkapkan rasa kagetnya atas kurangnya etika di kalangan masyarakat saat ini. Ia menekankan bahwa sebelum merekam atau memposting sesuatu, kita sebaiknya melibatkan orang lain dan meminta izin terlebih dahulu. Hal tersebut tidaklah sulit dilakukan dan merupakan langkah yang menghargai privasi dan kenyamanan orang lain.


Sumber Gambar

Meskipun tidak ada informasi yang jelas mengenai identitas perekam video tersebut, viralnya video Luna Maya marah telah memunculkan diskusi mengenai etika dalam penggunaan media sosial. Banyak warganet yang berpendapat bahwa jika karyawan memang memiliki kinerja yang buruk, maka wajar jika Luna Maya merasa marah dan mengungkapkan ketidakpuasan tersebut. Namun, tetap saja, tindakan merekam kejadian tersebut tanpa seizin orang lain dinilai tidak etis.

Merekam atau memotret orang lain tanpa izin sering kali dianggap remeh oleh sebagian orang. Namun, perlu diketahui bahwa tindakan ini dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana. Menurut Guru Besar Hukum Pidana dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Indriyanto Seno Adji, pelaku perekaman atau pemotretan tanpa izin dapat dipidana tergantung pada kasusnya. Jika konten yang diambil tanpa izin tersebut mengandung penghinaan, pencemaran nama baik, pengancaman, penyebaran berita palsu, atau tindakan lain yang merugikan orang lain, maka tindakan tersebut dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).


Sumber Gambar

Pada konteks hukum positif di Indonesia, pelaku perekaman atau pemotretan tanpa izin dapat dipidana jika rekaman tersebut memuat dugaan pelanggaran seperti yang disebutkan sebelumnya. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa untuk dapat mengenakan sanksi pidana, harus ada kerugian materiil yang nyata yang diakibatkan oleh tindakan tersebut.

Hal ini penting untuk dipahami dan dijadikan prinsip dalam berbagai situasi. Jika kita ingin mengambil foto atau video yang melibatkan orang lain, maka kita harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang yang bersangkutan. Kode etik juga melindungi setiap warga negara Indonesia dari arogansi tukang sebar yang mempublikasikan foto atau video tanpa izin. Meskipun hal ini masih kurang dipahami oleh sebagian masyarakat Indonesia, penting untuk tidak mengabaikannya dan menganggapnya sebagai hal sepele.

Perekam video ini menjadi bagian dari cerita yang mengundang perdebatan dan menimbulkan pertanyaan mengenai etika dalam penggunaan media sosial. Meskipun tidak dapat dipastikan siapa perekamnya, diskusi ini mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan teknologi dan menghormati privasi orang lain. Sebuah pengingat bahwa adab dan etika tetaplah nomor satu, walaupun di era modern seperti sekarang ini.


Sumber: Link Referensi