- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#17
Double Chapter (lagi)
7
8
7
Quote:
“Enggak ada apa-apa,” ucap Pandu dengan tenang.
“Hah?” rokok yang menempel di mulut Kuncen DJ langsung terjatuh ketika mendengarkannya.
Pandu menceritakan tentang apa yang terjadi pada saat dirinya melakukan uji nyali. Hawa ruangan semakin dingin sama seperti tempat sebelumnya, lalu lampu senter berkedap-kedip sendiri. Setelah posisi baterainya diputar sedikit, lampu senter kembali menyala normal sebagaimana semestinya. Selain itu tidak ada sosok lain yang muncul, bahkan suara-suara yang kerap ada di video orang lain, malu-malu bersembunyi tanpa bersuara.
Penulusuran pun berakhir tanpa adanya sesuatu yang mengerikan muncul, hanya lampu senter berkedip-kedip tanpa adanya kedatangan makhluk halus.Perkataan warga tentang adanya sosok korban pembunuhan yang membawa kepalanya sendiri pun tidak terbukti oleh Pandu. Akhirnya mereka berdua pamit pulang, tidak lupa memberikan Kuncen DJ sejumlah uang karena telah mengantarnya ke tempat angker tersebut. Mobil abu mulai menyala, Pandu memutar kendaraannya tuk menemukan jalan pulang. Kuncen DJ berada di pintu masuk melihat kliennya pergi.
“Kok bisa gagal?” tanya Kuncen DJ kepada sosok tanpa kepala yang tiba-tiba muncul disampingnya.
“Hei manusia, kalau ada makhluk tambahan bisa diomongin dahulu, nampaknya perempuan tadi bukan dari sekitar sini” ucap sosok itu.
“Maksudnya? Bukannya perjanjian awalnya---,” ketika melihat bagian mobil yang dikendarai Pandu berjalan, sosok perempuan terlihat jelas duduk di bangku belakang, kepala berputar lalu tersenyum meledek ke arah sang kuncen. “yang itu bukan?” menunjuk ke sosok perempuan di mobil Pandu.
“Ya, makhluk itu bilang urusan menakutinya sudah diambil alih. Aku diminta tuk bersantai dan menghabiskan sajen yang kau berikan dibelakang,” jelasnya. Kuncen DJ hanya bisa menepuk kepalanya, reputasinya terancam. Tidak disangka sosok perempuan itu malah merusak semua rencananya.
Perjalanan pulang terasa sepi karena Ardit melanjutkan tidurnya yang terganggu barusan. Sementara itu Pandu tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Rasa kesalnya ditujukan semua pada Kuncen DJ yang menurutnya berhasil lagi menipunya. Tapi Pandu tidak mau semuanya berhenti di sini, minggu berikutnya kegiatan ini tetap akan dilakukannya, hanya saja dengan memeriksa terlebih dahulu kuncen yang akan menemani kegiatannya.
Karena waktu semakin larut menyenggol dini hari, Ardit memutuskan untuk menginap di tempat Pandu. Dalam keadaan setengah sadar, langkahnya pelan mengikuti Pandu menuju lantai atas kamar kosan.
“Oi, ada anak baru yah di kos ini?” tanya Ardit.
“Anak baru? Maksudnya?” Pandu tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh Ardit.
“Enggak usah pura-pura, gue liat ada cewek cakep lewat, makanya lo sengaja yah enggak tutup pintu kosan?” tangannya menyenggol bahu Pandu.
“Cewek? Di sini ketat, yang punya Ibu-ibu alim, beliau bilang enggak mau ada kasus asusila, makanya kalau ada temen cewek dateng udah dicegat sama penjaga kos.” jawab Pandu. Seketika kesadaran Ardit terkumpul semua, melebihi kuota tubuhnya. Langkah kakinya menjadi cepat, mendahului masuk ke dalam kamar kosan sebelum penghuni aslinya datang.
Pandu terkejut melihat Ardit yang menutup diri dengan selimut, tidak ada bagian tubuhnya yang terlihat, hanya gundukan besar saja di atas kasurnya. Pintu dibiarkan terbuka kembali begitu saja, Pandu melanjutkan dengan menyunting hasil rekaman barusan. Banyak bagian dibuang karena tidak menarik, termasuk ketika melakukan uji nyali. Rekamannya pun terpangkas banyak, durasinya menjadi sebentar. Waktu yang diperlukan untuk merubah hasil mentahnya pun terbilang cepat. Penonton yang menonton penulusuran sebelumnya hanya menambah sedikit, keraguan kembali muncul.
“Tanggung udah dikerjain, besok-besok baru pakai rencana matang!” jemarinya tegas menekan tombolnya, videonya sudah tersaji diakunnya.
“Hah?” rokok yang menempel di mulut Kuncen DJ langsung terjatuh ketika mendengarkannya.
Pandu menceritakan tentang apa yang terjadi pada saat dirinya melakukan uji nyali. Hawa ruangan semakin dingin sama seperti tempat sebelumnya, lalu lampu senter berkedap-kedip sendiri. Setelah posisi baterainya diputar sedikit, lampu senter kembali menyala normal sebagaimana semestinya. Selain itu tidak ada sosok lain yang muncul, bahkan suara-suara yang kerap ada di video orang lain, malu-malu bersembunyi tanpa bersuara.
Penulusuran pun berakhir tanpa adanya sesuatu yang mengerikan muncul, hanya lampu senter berkedip-kedip tanpa adanya kedatangan makhluk halus.Perkataan warga tentang adanya sosok korban pembunuhan yang membawa kepalanya sendiri pun tidak terbukti oleh Pandu. Akhirnya mereka berdua pamit pulang, tidak lupa memberikan Kuncen DJ sejumlah uang karena telah mengantarnya ke tempat angker tersebut. Mobil abu mulai menyala, Pandu memutar kendaraannya tuk menemukan jalan pulang. Kuncen DJ berada di pintu masuk melihat kliennya pergi.
“Kok bisa gagal?” tanya Kuncen DJ kepada sosok tanpa kepala yang tiba-tiba muncul disampingnya.
“Hei manusia, kalau ada makhluk tambahan bisa diomongin dahulu, nampaknya perempuan tadi bukan dari sekitar sini” ucap sosok itu.
“Maksudnya? Bukannya perjanjian awalnya---,” ketika melihat bagian mobil yang dikendarai Pandu berjalan, sosok perempuan terlihat jelas duduk di bangku belakang, kepala berputar lalu tersenyum meledek ke arah sang kuncen. “yang itu bukan?” menunjuk ke sosok perempuan di mobil Pandu.
“Ya, makhluk itu bilang urusan menakutinya sudah diambil alih. Aku diminta tuk bersantai dan menghabiskan sajen yang kau berikan dibelakang,” jelasnya. Kuncen DJ hanya bisa menepuk kepalanya, reputasinya terancam. Tidak disangka sosok perempuan itu malah merusak semua rencananya.
Perjalanan pulang terasa sepi karena Ardit melanjutkan tidurnya yang terganggu barusan. Sementara itu Pandu tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Rasa kesalnya ditujukan semua pada Kuncen DJ yang menurutnya berhasil lagi menipunya. Tapi Pandu tidak mau semuanya berhenti di sini, minggu berikutnya kegiatan ini tetap akan dilakukannya, hanya saja dengan memeriksa terlebih dahulu kuncen yang akan menemani kegiatannya.
Karena waktu semakin larut menyenggol dini hari, Ardit memutuskan untuk menginap di tempat Pandu. Dalam keadaan setengah sadar, langkahnya pelan mengikuti Pandu menuju lantai atas kamar kosan.
“Oi, ada anak baru yah di kos ini?” tanya Ardit.
“Anak baru? Maksudnya?” Pandu tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh Ardit.
“Enggak usah pura-pura, gue liat ada cewek cakep lewat, makanya lo sengaja yah enggak tutup pintu kosan?” tangannya menyenggol bahu Pandu.
“Cewek? Di sini ketat, yang punya Ibu-ibu alim, beliau bilang enggak mau ada kasus asusila, makanya kalau ada temen cewek dateng udah dicegat sama penjaga kos.” jawab Pandu. Seketika kesadaran Ardit terkumpul semua, melebihi kuota tubuhnya. Langkah kakinya menjadi cepat, mendahului masuk ke dalam kamar kosan sebelum penghuni aslinya datang.
Pandu terkejut melihat Ardit yang menutup diri dengan selimut, tidak ada bagian tubuhnya yang terlihat, hanya gundukan besar saja di atas kasurnya. Pintu dibiarkan terbuka kembali begitu saja, Pandu melanjutkan dengan menyunting hasil rekaman barusan. Banyak bagian dibuang karena tidak menarik, termasuk ketika melakukan uji nyali. Rekamannya pun terpangkas banyak, durasinya menjadi sebentar. Waktu yang diperlukan untuk merubah hasil mentahnya pun terbilang cepat. Penonton yang menonton penulusuran sebelumnya hanya menambah sedikit, keraguan kembali muncul.
“Tanggung udah dikerjain, besok-besok baru pakai rencana matang!” jemarinya tegas menekan tombolnya, videonya sudah tersaji diakunnya.
8
Quote:
Sudah hari ke-empat semenjak video penelusuran di bangunan bekas tempat pembunuhan tayang di internet. Penontonnya belum sampai di angka seribu, di antara banyak komentar aneh-aneh, muncul beberapa yang menyejukan hati. Pandu dan Ardit sedang menunggu kelas siang, mereka berdua sedang berada di kantin kampus duduk berdua ditemani dengan dua minuman ringan. Belum ada obrolan tentang tempat selanjutnya yang ingin ditelusuri, Pandu sudah mengatakan pada Ardit bahwa tidak akan lagi menggunakan jasa Kuncen DJ. Sementara di beberapa tempat yang sudah Ardit cari infonya sendiri, semua kontak menuju pada Kuncen DJ.
“Mau pindah kelas atau gimana?” tanya Ardit.
“Kayaknya, udah dua kali sama yang kemarin gue telat banget, cape kalau hasilnya enggak ada,” angin berhembus di tengah keramaian.
Tiba-tiba muncul entah dari mana datangnya, seseorang menggebrak meja yang ditempati oleh Pandu dan Ardit.
“Ngelamun aja lo berdua!” seorang perempuan bertubuh pendek, suaranya begitu nyaring menyebalkan.
“Si lumba-lumba,” ucap Ardit sambil menggelengkan kepalanya.
“Heh! Nama gue Lulu yah! Bukan Lumba-lumba!” sahut Lulu.
Perempuan muda itu mengeluarkan ponselnya, lalu memperlihatkan layarnya. Ada sebuah video milik Pandu tentang penusuluran ke tempat bekas pembunuhan. Tidak lupa memamerkan bahwa Lulu sudah mendukung temannya itu dengan berlanggan. Lulu juga ikut meramaikan kolom komentar dengan tulisan-tulisan bernada semangat. Semua yang dilakukan itu nampaknya tidak bisa menaikan perasaan Pandu yang sedang gundah gulana. Hanya ucapan terima kasih dengan suara pelan saja sebagai bentuk penghargaan balik pada Lulu.
“Sebenarnya gue tahu kenapa konten lo itu sedikit peminatnya,” Lulu duduk dihadapan Pandu dan Ardit.
“Iya, karena enggak ada penampakan sama gangguan makhluk halus. Gitu kan?” ucap Pandu.
Lulu menggelengkan kepalanya, “Sebenarnya enggak ada penampakan dan lain-lain itu bisa diatasi kalau ada komunikasi sama penonton. Kalau lo gitu-gitu aja yang nonton malah ngantuk, ngerti enggak?” Lulu memutar video Pandu, dipercepat ke bagian uji nyali. “tuh, lo cuman diem aja di situ. Harusnya bisa diobrolin, misal ada cicak lewat atau sambil jelasin lagi tentang mitosnya.”
“Bener juga sih, waktu gue nunggu sama si kuncen itu suasananya sunyi banget,” ucap Ardit.
Lulu mengambil ponselnya, menutupi layarnya seperti sedang melakukan sesuatu. Lalu kembali memperlihatkan sebuah video pada Pandu yang merupakan potongan dari sebuah film horor. Di situ digambarkan ada ruang tamu kosong dan gelap. Lalu tiba-tiba muncul sosok perempuan seram berambut panjang berjalan menuju ke arah pemeran utamanya. Suasana begitu sunyi ketika sosok itu mendekat, di tengah-tengah kaki sosok tersebut patah membuat jalannya goyah. Ardit melompat karena terkejut melihatnya.
“Weh gila film apa itu?!” tanya Ardit yang menjauhkan pandangannya pada layar.
“Hmm, pantesan,” Lulu menyimpan ponselnya ke dalam saku. “lo sebenarnya ada rasa takut enggak sih sama hal-hal begitu tuh?” Lulu memandangi Pandu dengan tatapan serius.
“Eh iya, lo biasa aja gitu kayak enggak ada takut-takutnya,” tiba-tiba Ardit teringat akan ucapan Kuncen DJ padanya. “jangan-jangan…,” kali ini ada empat mata memandangi Pandu.
Pandu menarik nafas panjang, “Sebenarnya, rasa takut gue udah hilang. Karena sering ditakutin sama kakak waktu gue kecil, liat hal-hal begitu sama sekali enggak buat gue takut.”
Ternyata salah satu faktor penting kenapa tidak ada hal menyeramkan ketika Pandu melakukan penulusuran adalah tidak adanya energi negatif dalam dirinya yang keluar. Sehingga membuat benteng otomatis terhadap hal-hal berbau mistis. Karena menurut beberapa para pakar, makhluk halus akan semakin kuat jika di dalam diri seseorang tersebut mengeluarkan banyak energi negatif, salah satunya ada perasaan takut. Lulu menyarankan Pandu untuk membuka sedikit rasa takutnya, jika tidak maka kontennya akan jalan di tempat. Tujuannya bukan untuk menjadi penakut, tetapi hanya untuk memancing makhluk itu tuk datang memberikan bumbu pada videonya.
“Terus tujuan lo apa buat konten mistis begini?” tanya Ardit yang penasaran.
“Gue liat konten misteri yang paling gampang jadi duitnya,” ucapan Pandu itu membuat Ardit dan Lulu tidak habis pikir.
“Wajar sih, siapa yang enggak mau dapet duit cepet coba?” ucap Lulu, “ini ada tempat serem banget, coba deh lo telusuri, tapi sebelumnya tonton dulu film-film horor yang gue kasih list nya yah?” Pandu dan Ardit saling tatap, tidak yakin dengan rekomendasi dari Lulu temannya.
“Mau pindah kelas atau gimana?” tanya Ardit.
“Kayaknya, udah dua kali sama yang kemarin gue telat banget, cape kalau hasilnya enggak ada,” angin berhembus di tengah keramaian.
Tiba-tiba muncul entah dari mana datangnya, seseorang menggebrak meja yang ditempati oleh Pandu dan Ardit.
“Ngelamun aja lo berdua!” seorang perempuan bertubuh pendek, suaranya begitu nyaring menyebalkan.
“Si lumba-lumba,” ucap Ardit sambil menggelengkan kepalanya.
“Heh! Nama gue Lulu yah! Bukan Lumba-lumba!” sahut Lulu.
Perempuan muda itu mengeluarkan ponselnya, lalu memperlihatkan layarnya. Ada sebuah video milik Pandu tentang penusuluran ke tempat bekas pembunuhan. Tidak lupa memamerkan bahwa Lulu sudah mendukung temannya itu dengan berlanggan. Lulu juga ikut meramaikan kolom komentar dengan tulisan-tulisan bernada semangat. Semua yang dilakukan itu nampaknya tidak bisa menaikan perasaan Pandu yang sedang gundah gulana. Hanya ucapan terima kasih dengan suara pelan saja sebagai bentuk penghargaan balik pada Lulu.
“Sebenarnya gue tahu kenapa konten lo itu sedikit peminatnya,” Lulu duduk dihadapan Pandu dan Ardit.
“Iya, karena enggak ada penampakan sama gangguan makhluk halus. Gitu kan?” ucap Pandu.
Lulu menggelengkan kepalanya, “Sebenarnya enggak ada penampakan dan lain-lain itu bisa diatasi kalau ada komunikasi sama penonton. Kalau lo gitu-gitu aja yang nonton malah ngantuk, ngerti enggak?” Lulu memutar video Pandu, dipercepat ke bagian uji nyali. “tuh, lo cuman diem aja di situ. Harusnya bisa diobrolin, misal ada cicak lewat atau sambil jelasin lagi tentang mitosnya.”
“Bener juga sih, waktu gue nunggu sama si kuncen itu suasananya sunyi banget,” ucap Ardit.
Lulu mengambil ponselnya, menutupi layarnya seperti sedang melakukan sesuatu. Lalu kembali memperlihatkan sebuah video pada Pandu yang merupakan potongan dari sebuah film horor. Di situ digambarkan ada ruang tamu kosong dan gelap. Lalu tiba-tiba muncul sosok perempuan seram berambut panjang berjalan menuju ke arah pemeran utamanya. Suasana begitu sunyi ketika sosok itu mendekat, di tengah-tengah kaki sosok tersebut patah membuat jalannya goyah. Ardit melompat karena terkejut melihatnya.
“Weh gila film apa itu?!” tanya Ardit yang menjauhkan pandangannya pada layar.
“Hmm, pantesan,” Lulu menyimpan ponselnya ke dalam saku. “lo sebenarnya ada rasa takut enggak sih sama hal-hal begitu tuh?” Lulu memandangi Pandu dengan tatapan serius.
“Eh iya, lo biasa aja gitu kayak enggak ada takut-takutnya,” tiba-tiba Ardit teringat akan ucapan Kuncen DJ padanya. “jangan-jangan…,” kali ini ada empat mata memandangi Pandu.
Pandu menarik nafas panjang, “Sebenarnya, rasa takut gue udah hilang. Karena sering ditakutin sama kakak waktu gue kecil, liat hal-hal begitu sama sekali enggak buat gue takut.”
Ternyata salah satu faktor penting kenapa tidak ada hal menyeramkan ketika Pandu melakukan penulusuran adalah tidak adanya energi negatif dalam dirinya yang keluar. Sehingga membuat benteng otomatis terhadap hal-hal berbau mistis. Karena menurut beberapa para pakar, makhluk halus akan semakin kuat jika di dalam diri seseorang tersebut mengeluarkan banyak energi negatif, salah satunya ada perasaan takut. Lulu menyarankan Pandu untuk membuka sedikit rasa takutnya, jika tidak maka kontennya akan jalan di tempat. Tujuannya bukan untuk menjadi penakut, tetapi hanya untuk memancing makhluk itu tuk datang memberikan bumbu pada videonya.
“Terus tujuan lo apa buat konten mistis begini?” tanya Ardit yang penasaran.
“Gue liat konten misteri yang paling gampang jadi duitnya,” ucapan Pandu itu membuat Ardit dan Lulu tidak habis pikir.
“Wajar sih, siapa yang enggak mau dapet duit cepet coba?” ucap Lulu, “ini ada tempat serem banget, coba deh lo telusuri, tapi sebelumnya tonton dulu film-film horor yang gue kasih list nya yah?” Pandu dan Ardit saling tatap, tidak yakin dengan rekomendasi dari Lulu temannya.
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas