- Beranda
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
...
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:

"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...

INDEX
Quote:
Spoiler for Arc Perkenalan:
Spoiler for Arc Lima Elit:
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
-
-
Spoiler for Arc Gasimah:
Spoiler for Arc ???:
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 14-09-2024 20:03
wikanrahma12070 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
5.3K
Kutip
189
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#10
4
Quote:
Kamis malam, dengan menggunakan mobil abu Pandu dan Ardit berangkat menuju tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Penulusuran kali ini sedikit berbeda karena Ardit yang menjadi juru kamera sedangkan Pandu yang menjadi pembawa acaranya. Setelah melewati jalanan kecil dan sempat bertanya kepada warga sekitar, mereka berdua sampai di suatu tempat gelap dan banyak rumput liar tumbuh tinggi sebagai pagar alami.
“Lo yakin ini tempatnya Dit?” tanya Pandu sambil mengintip keluar membuka kaca mobilnya.
“Iya, sebentar gue telpon kuncennya,” Ardit keluar dari mobil, lalu menghubungi kuncen tempat ini.
Pandu ikut keluar dari mobil, rumput-rumput tinggi menyulitkan dirinya untuk melihat bentuk bangunan aslinya. Di situs yang diperlihatkan oleh Ardit tempo hari, bangunannya tidak terawat sama seperti bangunan-bangunan yang di cap angker oleh penduduk setempat. Tapi yang ada didepannya kini adalah bangunan yang tertutup oleh rerumputan.
“Kita salah parkir nih,” ucap Ardit. “kata kuncennya ini mah bagian samping, muter dulu berarti lewat belokan satunya.
“Pantes aja ini rumput semua,” Pandu menaiki mobil diikuti oleh Ardit, memutarkan mobilnya tuk bertemu dengan kuncen di area yang benar.
Selang beberapa menit, mobil abu menemukan tempat singgahnya. Dari dalam mobil sosok kuncen berpakaian jaket kulit sudah terlihat sambil melambaikan tangannya. Ardit sudah menyiapkan sesajen untuk sang kuncen berupa satu bungkus rokok dan sejumlah uang. Sementara itu Pandu seperti melihat sosok yang tidak asing baginya, seseorang yang sudah ditemui sebelumnya. Lalu keduanya turun dan menghampiri sang kuncen.
“Hah?” Pandu menarik Ardit sedikit menjauhi kuncen didepannya. “oi, ini si kuncen kemarin. Waduh alamat kena tipu!” bisik Pandu.
“Yang bener? Kok bisa satu orang jadi kuncen di banyak tempat?” Ardit heran. “mana udah tanggung ke sini, lanjut aja yok?”
Dengan perasaan yang terpaksa akhirnya Pandu harus melakukan penulusuran di tempat ini meskipun dengan juru kuncen yang sama. Sebelum memulai penusuluran, mereka bertiga saling mengenalkan diri masing-masing. Diketahui kuncen ini bernama Dino Perkasa, tapi beliau ingin disebut dengan Kuncen DJ, agar lebih kekinian. Padahal dari paras wajah dan perawakan, Kuncen DJ belum memasuki usia kepala empat.
Mereka bertiga berjalan menuju ke area utama, yaitu tempat pemotongan hewan ternak. Menurut Kuncen DJ, tempat ini dulunya bekerja secara borongan. Namun sebuah tragedi menjadi titik balik, sebuah pembunuhan yang dilakukan sesama pekerja membuat tempat ini harus tutup. Dari sana kadang warga mendengar suara-suara hewan ternak, bahkan pernah melihat arwah korban sedang menenteng kepalanya masuk ke area ini.
“Mas…,” ucap Pandu. “kayaknya kita udah pernah ketemu deh,” jelasnya.
“Enggak usah panggil mas, sekarang panggil aja Kuncen DJ,” ucapnya santun. “iya emang pernah, waktu itu saya merasa gagal. Tapi kali ini enggak bakal, saya pastiin banyak penampakan yang muncul,” menaikan alisnya ke atas berkali-kali.
“Ini pintu masuknya?” tanya Ardit ketika ketiganya sudah berada di area depan.
Tiga buah senter berukuran kecil disiapkan, kamera dengan cahaya bawaan juga sudah siap.
Pandu menarik nafasnya panjang-panjang, penulusuran dengan memperlihatkan dirinya secara utuh akan dimulai. Ia berharap kali ini dengan metode yang berbeda akan menarik lebih banyak penonton. Sementara itu Kuncen DJ menyalakan rokoknya, menepuk bahu Ardit yang berdiri didepannya sedang memegang kamera.
“Itu temennya perempuan sendiri enggak apa-apa di mobil nungguin kita?” tanya Kuncen DJ.
“Lo yakin ini tempatnya Dit?” tanya Pandu sambil mengintip keluar membuka kaca mobilnya.
“Iya, sebentar gue telpon kuncennya,” Ardit keluar dari mobil, lalu menghubungi kuncen tempat ini.
Pandu ikut keluar dari mobil, rumput-rumput tinggi menyulitkan dirinya untuk melihat bentuk bangunan aslinya. Di situs yang diperlihatkan oleh Ardit tempo hari, bangunannya tidak terawat sama seperti bangunan-bangunan yang di cap angker oleh penduduk setempat. Tapi yang ada didepannya kini adalah bangunan yang tertutup oleh rerumputan.
“Kita salah parkir nih,” ucap Ardit. “kata kuncennya ini mah bagian samping, muter dulu berarti lewat belokan satunya.
“Pantes aja ini rumput semua,” Pandu menaiki mobil diikuti oleh Ardit, memutarkan mobilnya tuk bertemu dengan kuncen di area yang benar.
Selang beberapa menit, mobil abu menemukan tempat singgahnya. Dari dalam mobil sosok kuncen berpakaian jaket kulit sudah terlihat sambil melambaikan tangannya. Ardit sudah menyiapkan sesajen untuk sang kuncen berupa satu bungkus rokok dan sejumlah uang. Sementara itu Pandu seperti melihat sosok yang tidak asing baginya, seseorang yang sudah ditemui sebelumnya. Lalu keduanya turun dan menghampiri sang kuncen.
“Hah?” Pandu menarik Ardit sedikit menjauhi kuncen didepannya. “oi, ini si kuncen kemarin. Waduh alamat kena tipu!” bisik Pandu.
“Yang bener? Kok bisa satu orang jadi kuncen di banyak tempat?” Ardit heran. “mana udah tanggung ke sini, lanjut aja yok?”
Dengan perasaan yang terpaksa akhirnya Pandu harus melakukan penulusuran di tempat ini meskipun dengan juru kuncen yang sama. Sebelum memulai penusuluran, mereka bertiga saling mengenalkan diri masing-masing. Diketahui kuncen ini bernama Dino Perkasa, tapi beliau ingin disebut dengan Kuncen DJ, agar lebih kekinian. Padahal dari paras wajah dan perawakan, Kuncen DJ belum memasuki usia kepala empat.
Mereka bertiga berjalan menuju ke area utama, yaitu tempat pemotongan hewan ternak. Menurut Kuncen DJ, tempat ini dulunya bekerja secara borongan. Namun sebuah tragedi menjadi titik balik, sebuah pembunuhan yang dilakukan sesama pekerja membuat tempat ini harus tutup. Dari sana kadang warga mendengar suara-suara hewan ternak, bahkan pernah melihat arwah korban sedang menenteng kepalanya masuk ke area ini.
“Mas…,” ucap Pandu. “kayaknya kita udah pernah ketemu deh,” jelasnya.
“Enggak usah panggil mas, sekarang panggil aja Kuncen DJ,” ucapnya santun. “iya emang pernah, waktu itu saya merasa gagal. Tapi kali ini enggak bakal, saya pastiin banyak penampakan yang muncul,” menaikan alisnya ke atas berkali-kali.
“Ini pintu masuknya?” tanya Ardit ketika ketiganya sudah berada di area depan.
Tiga buah senter berukuran kecil disiapkan, kamera dengan cahaya bawaan juga sudah siap.
Pandu menarik nafasnya panjang-panjang, penulusuran dengan memperlihatkan dirinya secara utuh akan dimulai. Ia berharap kali ini dengan metode yang berbeda akan menarik lebih banyak penonton. Sementara itu Kuncen DJ menyalakan rokoknya, menepuk bahu Ardit yang berdiri didepannya sedang memegang kamera.
“Itu temennya perempuan sendiri enggak apa-apa di mobil nungguin kita?” tanya Kuncen DJ.
pulaukapok dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas