TS
si.matamalaikat
Indonesia Aktivasi Kontrak Tahap Ketiga Untuk Pembelian 18 Unit Rafale
Quote:
Sehari setelah digelarnya debat capres (07/01/2024), maka sehari setelahnya pada 8 Januari 2024, Indonesia telah melakukan aktivasi untuk pembelian tahap ketiga (terakhir) sejumlah 18 unit Rafale. Hal ini membuat total keseluruhan pesanan Rafale untuk Indonesia sejumlah 42 unit, artinya sudah sesuai dengan MoU yang ditandatangani dengan Prancis pada Februari 2022.
Mengutip artikel resmi Dassault Aviationselaku pembuat pesawat, kontrak efektiv tahap ketiga untuk 18 Rafale mulai berlaku pada 8 Januari 2024. Sebelumnya pada kontrak efektiv tahap pertama di bulan September 2022, Indonesia memesan 6 pesawat. Berlanjut pada kontrak efektiv tahap kedua di bulan Agustsus 2023, Indonesia memesan 18 unit Rafale.
“Dalam memilih Rafale, Indonesia telah memilih alat unik untuk kedaulatan dan kemandirian operasional yang akan membantu mengkonsolidasikan perannya sebagai kekuatan regional yang besar. Pilihan ini juga mengkonsolidasikan kerja sama industri dan akademik yang ambisius. Kami berkomitmen penuh untuk menyukseskan kemitraan ini, dengan visi jangka panjang yang tegas,” pernyataan ini disampaikan Eric Trappier, Chairman dan CEO Dassault Aviation. Dikutip dari website resmi Dassault Aviation.
Sebagai pengingat bagi Agan, kontrak efektiv merupakan kelanjutan dari kesepakatan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU). Setelah dilakukan penandatanganan MoU, kemudian akan dibayarkan uang muka, maka kontrak efektiv sudah berlaku. Setelah itu produksi atas pesanan Indonesia sudah dapat dilakukan ke backlog jalur produksi.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas sekilas tentang backlog, yang sering digunakan dalam produksi pesawat tempur/sipil. Mengutip artikel dari indomiliter.com, backlogadalah jumlah pesawat yang sudah dipesan oleh pelanggan ke produsen pesawat, tetapi pesanan itu belum selesai atau belum dikirim. Backlog juga bisa diartikan sebagai pesanan yang masih dalam tahap produksi dan akan dikirim pada masa mendatang.
Backlog juga dapat digunakan sebagai indikator kesehatan sebuah produsen pesawat. Jika produsen pesawat memiliki backlog yang besar, mengindikasikan tingginya permintaan pesawat baru dan kepercayaan pelanggan terhadap pesawat buatan mereka. Sebaliknya, kalau backlog produsen pesawat kecil, ini mengindikasikan perubahan dalam pasar penerbangan dan ekonomi calon pembeli. Misalnya ada produk pesawat lain yang menawarkan kemampuan lebih baik dengan harga yang terjangkau.
Mungkin ada Agan yang bertanya begini: Apakah saat ini produk Dassault Aviation itu bagus ?Jawabannya adalah "iya", selain menerima pesanan dari Indonesia; Dassault Aviation juga menerima pesanan 80 unit Rafale dari UEA dan 26 unit Rafale versi angkatan laut dari India. Jika dihitung dari pesanan ketiga negara ini, maka total 138 unit Rafale sudah masuk ke backlog. Artinya di masa depan, Dassault harus mengirim 138 pesawat ke tiga negara berbeda.
Besarnya jalur backlog ini menandakan, pelanggan sangat percaya jika produk pesawat buatan Dassault adalah yang terbaik. Selain itu, proses pembelian pesawat dari Prancis itu "gak pakai ribet"; ini adalah nilai plus yang ditawarkan Rafale dan tidak dimiliki oleh pesaing lainnya.
Di sisi lain, belum diketahui Rafale varian mana yang akan dibeli oleh Indonesia ? Saat ini versi terbaru Rafale diberi kode F4. Versi terbaru inilah yang dipesan oleh UEA. Unit Air Warfare Center Angkatan Udara Perancis yang bermarkas di Pangkalan Udara 118 di wilayah Perancis barat daya, telah menerima versi peningkatan pertama Rafale yang diberi kode "standard F4.1", pesawat diserahkan pada 2 Maret 2023.
Sebagai penutup, untuk Rafale pertama pesanan Indonesia akan tiba di tanah air pada 2026. Jika segalanya berjalan lancar, beberapa sumber media mengatakan Rafale akan mendarat di Indonesia pada bulan Januari 2026. Artinya tiga tahun lagi, Rafale akan menjadi tumpuan utama untuk menjaga kedaulatan langit Indonesia. Kedatangan Rafale juga menandai era baru bagi TNI AU, yang untuk pertama kalinya akan menerbangkan pesawat tempur buatan Prancis.
Referensi Tulisan: Dassault Aviation& indomiliter.com
Sumber Foto: sudah tertera
Mengutip artikel resmi Dassault Aviationselaku pembuat pesawat, kontrak efektiv tahap ketiga untuk 18 Rafale mulai berlaku pada 8 Januari 2024. Sebelumnya pada kontrak efektiv tahap pertama di bulan September 2022, Indonesia memesan 6 pesawat. Berlanjut pada kontrak efektiv tahap kedua di bulan Agustsus 2023, Indonesia memesan 18 unit Rafale.
“Dalam memilih Rafale, Indonesia telah memilih alat unik untuk kedaulatan dan kemandirian operasional yang akan membantu mengkonsolidasikan perannya sebagai kekuatan regional yang besar. Pilihan ini juga mengkonsolidasikan kerja sama industri dan akademik yang ambisius. Kami berkomitmen penuh untuk menyukseskan kemitraan ini, dengan visi jangka panjang yang tegas,” pernyataan ini disampaikan Eric Trappier, Chairman dan CEO Dassault Aviation. Dikutip dari website resmi Dassault Aviation.
Quote:
Sebagai pengingat bagi Agan, kontrak efektiv merupakan kelanjutan dari kesepakatan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU). Setelah dilakukan penandatanganan MoU, kemudian akan dibayarkan uang muka, maka kontrak efektiv sudah berlaku. Setelah itu produksi atas pesanan Indonesia sudah dapat dilakukan ke backlog jalur produksi.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas sekilas tentang backlog, yang sering digunakan dalam produksi pesawat tempur/sipil. Mengutip artikel dari indomiliter.com, backlogadalah jumlah pesawat yang sudah dipesan oleh pelanggan ke produsen pesawat, tetapi pesanan itu belum selesai atau belum dikirim. Backlog juga bisa diartikan sebagai pesanan yang masih dalam tahap produksi dan akan dikirim pada masa mendatang.
Backlog juga dapat digunakan sebagai indikator kesehatan sebuah produsen pesawat. Jika produsen pesawat memiliki backlog yang besar, mengindikasikan tingginya permintaan pesawat baru dan kepercayaan pelanggan terhadap pesawat buatan mereka. Sebaliknya, kalau backlog produsen pesawat kecil, ini mengindikasikan perubahan dalam pasar penerbangan dan ekonomi calon pembeli. Misalnya ada produk pesawat lain yang menawarkan kemampuan lebih baik dengan harga yang terjangkau.
Quote:
Mungkin ada Agan yang bertanya begini: Apakah saat ini produk Dassault Aviation itu bagus ?Jawabannya adalah "iya", selain menerima pesanan dari Indonesia; Dassault Aviation juga menerima pesanan 80 unit Rafale dari UEA dan 26 unit Rafale versi angkatan laut dari India. Jika dihitung dari pesanan ketiga negara ini, maka total 138 unit Rafale sudah masuk ke backlog. Artinya di masa depan, Dassault harus mengirim 138 pesawat ke tiga negara berbeda.
Besarnya jalur backlog ini menandakan, pelanggan sangat percaya jika produk pesawat buatan Dassault adalah yang terbaik. Selain itu, proses pembelian pesawat dari Prancis itu "gak pakai ribet"; ini adalah nilai plus yang ditawarkan Rafale dan tidak dimiliki oleh pesaing lainnya.
Di sisi lain, belum diketahui Rafale varian mana yang akan dibeli oleh Indonesia ? Saat ini versi terbaru Rafale diberi kode F4. Versi terbaru inilah yang dipesan oleh UEA. Unit Air Warfare Center Angkatan Udara Perancis yang bermarkas di Pangkalan Udara 118 di wilayah Perancis barat daya, telah menerima versi peningkatan pertama Rafale yang diberi kode "standard F4.1", pesawat diserahkan pada 2 Maret 2023.
Quote:
Sebagai penutup, untuk Rafale pertama pesanan Indonesia akan tiba di tanah air pada 2026. Jika segalanya berjalan lancar, beberapa sumber media mengatakan Rafale akan mendarat di Indonesia pada bulan Januari 2026. Artinya tiga tahun lagi, Rafale akan menjadi tumpuan utama untuk menjaga kedaulatan langit Indonesia. Kedatangan Rafale juga menandai era baru bagi TNI AU, yang untuk pertama kalinya akan menerbangkan pesawat tempur buatan Prancis.
--------------
Referensi Tulisan: Dassault Aviation& indomiliter.com
Sumber Foto: sudah tertera
Diubah oleh si.matamalaikat 13-01-2024 21:07
geopoliticsgeek dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.5K
61
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
20.4KThread•10.5KAnggota
Tampilkan semua post
gonugraha76
#21
Setelah tertundanya aktivasi kontrak 12 unit pespur Dassault Mirage 2K5 EDA akibat pihak ketiga : Excalibur yang ditunjuk oleh Kemenhan RI untuk mengurus akuisisi ini tidak bisa menyediakan pembayaran cash seperti yang diminta pihak Qatar, kini Kemenhan RI bisa bernapas lega karena berhasil menyelesaikan final batch pengadaan 42 unit pespur gen 4.5 Dassault Rafale senilai USD 8.1 miliar. Kontrak pengadaan ini dilaksanakan pada tgl 10 Februari 2022 dengan metode G to G antara Indonesia yang diwakili oleh Kemenhan RI sedangkan Perancis dan Dassault Aviation diwakili oleh French MoD. Sebagai lender PSP sebagian besar berasal dari lembaga keuangan Perancis yang disertai RMP sebagai DP sebesar 30 %.
Pengadaan ini dibagi dalam 3 batch yaitu :
1. September 2022 6 unit Rafale F3R senilai USD 1.1 miliar
2. Agustus 2023 18 unit Rafale F4S senilai USD 2.3 miliar
3. Januari 2024 18 unit Rafale F4S senilai USD 4.7 miliar termasuk dukungan teknis dan non teknis.
* Pihak Dassault Aviation menjamin bahwa unit Rafale TNI AU akan mempunyai basic teknis dan teknologi yang sama dengan unit Rafale sejenis milik AU Perancis. Perbedaan utama berada pada jenis persenjataan utama dan mission pod yang dapat diakuisisi secara terpisah.
* Pihak Dassault Aviation juga membuka kesempatan untuk upgrade Rafale F3R menjadi F4S dalam kontrak modernisasi terpisah sebelum resmi diserah terimakan tahun 2026.
Komposisi pespur adalah 30 unit Rafale D single seat dan 12 unit Rafale E double seat. Hingga saat ini belum ada informasi mengenai designation code bagi Rafale Indonesia.
Secara teknis, kontrak ini sudah termasuk 42 unit pespur, sucad, MRO equipment & tools dan pilot gear & equipment dll.
Secara non teknis, kontrak ini sudah termasuk pelatihan pilot, teknisi, ground crew dan beberapa simulator full mission dll.
Jadwal penerimaan adalah :
Batch 1 di awal tahun 2026
Batch 2 dan batch 3 akan diterima antara tahun 2026 - 2030.
Pada tahun 2023 lalu Kemenhan RI juga sudah melaksanakan kontrak aktif pengadaan persenjataan utama bagi pespur Rafale yang diperkirakan akan tiba bersamaan dengan batch 1 di tahun 2026. Pengadaan persenjataan utama akan dilanjutkan untuk varian yang lebih modern termasuk mission pod.
Penerima ToT dari Dassault Aviation adalah PT DI berupa kerjasama produksi sucad airframe dan landing gear Rafale.
Direncanakan penempatan 42 unit Rafale ini akan dibagi dalam 3 SkU TNI AU :
1. 14 unit di SkU 1 TNI AU di Lanud Supadio - Pontianak.
2. 14 unit di SkU 12 TNI AU di Lanud Roesmin Nurjadin - Pekanbaru
3. 14 unit TBA atau kemungkinan sebagai pespur interim di SkU 14 TNI AU di Lanud Iswahyudi - Madiun sambil menunggu kedatangan pespur Boeing F 15IDN.
Secara keseluruhan, 42 unit Rafale ini akan menggantikan seluruh armada pespur BAE Hawk 109/209 TNI AU.
Pengadaan ini dibagi dalam 3 batch yaitu :
1. September 2022 6 unit Rafale F3R senilai USD 1.1 miliar
2. Agustus 2023 18 unit Rafale F4S senilai USD 2.3 miliar
3. Januari 2024 18 unit Rafale F4S senilai USD 4.7 miliar termasuk dukungan teknis dan non teknis.
* Pihak Dassault Aviation menjamin bahwa unit Rafale TNI AU akan mempunyai basic teknis dan teknologi yang sama dengan unit Rafale sejenis milik AU Perancis. Perbedaan utama berada pada jenis persenjataan utama dan mission pod yang dapat diakuisisi secara terpisah.
* Pihak Dassault Aviation juga membuka kesempatan untuk upgrade Rafale F3R menjadi F4S dalam kontrak modernisasi terpisah sebelum resmi diserah terimakan tahun 2026.
Komposisi pespur adalah 30 unit Rafale D single seat dan 12 unit Rafale E double seat. Hingga saat ini belum ada informasi mengenai designation code bagi Rafale Indonesia.
Secara teknis, kontrak ini sudah termasuk 42 unit pespur, sucad, MRO equipment & tools dan pilot gear & equipment dll.
Secara non teknis, kontrak ini sudah termasuk pelatihan pilot, teknisi, ground crew dan beberapa simulator full mission dll.
Jadwal penerimaan adalah :
Batch 1 di awal tahun 2026
Batch 2 dan batch 3 akan diterima antara tahun 2026 - 2030.
Pada tahun 2023 lalu Kemenhan RI juga sudah melaksanakan kontrak aktif pengadaan persenjataan utama bagi pespur Rafale yang diperkirakan akan tiba bersamaan dengan batch 1 di tahun 2026. Pengadaan persenjataan utama akan dilanjutkan untuk varian yang lebih modern termasuk mission pod.
Penerima ToT dari Dassault Aviation adalah PT DI berupa kerjasama produksi sucad airframe dan landing gear Rafale.
Direncanakan penempatan 42 unit Rafale ini akan dibagi dalam 3 SkU TNI AU :
1. 14 unit di SkU 1 TNI AU di Lanud Supadio - Pontianak.
2. 14 unit di SkU 12 TNI AU di Lanud Roesmin Nurjadin - Pekanbaru
3. 14 unit TBA atau kemungkinan sebagai pespur interim di SkU 14 TNI AU di Lanud Iswahyudi - Madiun sambil menunggu kedatangan pespur Boeing F 15IDN.
Secara keseluruhan, 42 unit Rafale ini akan menggantikan seluruh armada pespur BAE Hawk 109/209 TNI AU.
Diubah oleh gonugraha76 12-01-2024 06:53
si.matamalaikat dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup



