Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Precious`MomentsAvatar border
TS
Precious`Moments
WHO Minta Semua Negara Larang Vape dengan Perasa, Ini Alasannya




Ilustrasi Vape (Foto : iStock)



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah di semua negara untuk memperlakukan rokok elektrik (vape) dengan varian rasa layaknya rokok tembakau atau rokok konvensional.
Dilansir detikHealth, dikutip dari Reuters, WHO menegaskan penggunaan vape dilarang di 34 negara pada Juli tahun ini. Di antaranya yakni di Brazil, India, Iran, dan Thailand. Akan tetapi, banyak negara kesulitan menegakkan aturan penggunaan rokok elektrik. Pada banyak kasus, rokok elektrik ini tetap tersedia di pasar gelap.

Mengacu pada penelitian yang sudah ada, hingga kini tidak ada bukti bahwa vape betulan bisa menjadi alternatif untuk perokok berhenti mengkonsumsi rokok konvensional. Justru, vape juga bisa memicu gangguan kesehatan dan mendorong kecanduan nikotin di kalangan non-perokok, terutama anak-anak dan remaja.

"Anak-anak direkrut dan dijebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin kecanduan nikotin,"kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Sembari disinggungnya, di seluruh wilayah dengan pemasaran yang agresif, vape lebih banyak digunakan oleh anak berusia 13-15 tahun dibandingkan oleh orang dewasa.

WHO mendesak negara-negara untuk menerapkan perubahan, termasuk larangan penggunaan rasa-rasa vape seperti mentol, serta penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau pada vape. WHO tidak memiliki kewenangan atas peraturan nasional di setiap negara, melainkan hanya bisa memberikan panduan, yang rekomendasinya kemudian diadopsi secara sukarela.

WHO menyebut, meski hingga kini risiko kesehatan jangka panjang dari penggunaan vape belum diketahui secara pasti, sudah terbukti bahwa vape pun menghasilkan beberapa zat pemicu kanker, menimbulkan masalah kesehatan jantung dan paru-paru, serta mempengaruhi perkembangan otak pada generasi muda.

WHO Minta Vape dengan Perasa Dilarang, Memang Seperti Apa Bahayanya?


Dilansir detikHealth, WHO menegaskan hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa vaping membantu perokok berhenti dan vape dapat mendorong kecanduan nikotin pada non-perokok, terutama anak-anak dan remaja.

"Anak-anak direkrut dan dijebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin kecanduan nikotin," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Reuters, Kamis (28/12).

Badan PBB tersebut menyatakan bahwa produk rokok elektrik umumnya lebih terjangkau bagi kaum muda yang biasanya juga tidak memiliki peringatan kesehatan. WHO menyerukan perubahan, termasuk larangan semua rasa seperti mentol, dan penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau pada vape. Itu termasuk pajak yang tinggi dan larangan penggunaan di tempat umum.

Di pasaran, vape hadir dalam berbagai rasa, termasuk permen karet, buah-buahan sampai sereal anak-anak.

Ahli jantung Johns Hopkins Michael Blaha, M.D., M.P.H., membahas vape dan bahan e-liquid lainnya, serta pengaruhnya terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak dan remaja.

Rasa hanyalah salah satu bahan dalam liquid rokok elektrik. Vape biasanya mengandung nikotin dan banyak bahan tambahan serta bahan kimia lainnya. Bahkan koil pemanas, yang memungkinkan cairan menjadi aerosol yang dapat dihirup, melepaskan zat kimia baru dan jejak logam yang masuk ke paru-paru pengguna.

Beberapa bahan tambahan yang ditemukan dalam e-liquid berbahaya, bahkan mematikan. Misalnya, vitamin E asetat telah diindikasikan dalam EVALI, yang merupakan singkatan dari penggunaan produk rokok elektrik atau vaping terkait cedera paru-paru. Ini adalah sindrom yang berpotensi fatal terkait dengan vaping, dan sindrom ini meningkat pada tahun 2019.

Vitamin E asetat boleh dikonsumsi, tetapi berbahaya jika dihirup.

"Tidak ada keraguan tentang hal itu. Beberapa hasil rontgen dada pasien EVALI menunjukkan tanda-tanda iritasi kimia berminyak pada paru-paru," kata Blaha dikutip dari laman resmi John Hopkins Medicine.

"Jadi saat menghirup vape, kita tidak tahu apa yang aman''. Anda mungkin bisa makan sesuatu dengan aman, tapi jika Anda menghirupnya, mungkin ada efek yang berbahaya," sambungnya.


WHO Minta Vape dengan Perasa Dilarang, Memang Seperti Apa Bahayanya?
Dilansir detikHealth, WHO menegaskan hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa vaping membantu perokok berhenti dan vape dapat mendorong kecanduan nikotin pada non-perokok, terutama anak-anak dan remaja.

"Anak-anak direkrut dan dijebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin kecanduan nikotin," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Reuters, Kamis (28/12).

Badan PBB tersebut menyatakan bahwa produk rokok elektrik umumnya lebih terjangkau bagi kaum muda yang biasanya juga tidak memiliki peringatan kesehatan. WHO menyerukan perubahan, termasuk larangan semua rasa seperti mentol, dan penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau pada vape. Itu termasuk pajak yang tinggi dan larangan penggunaan di tempat umum.

Di pasaran, vape hadir dalam berbagai rasa, termasuk permen karet, buah-buahan sampai sereal anak-anak.

Ahli jantung Johns Hopkins Michael Blaha, M.D., M.P.H., membahas vape dan bahan e-liquid lainnya, serta pengaruhnya terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak dan remaja.

Rasa hanyalah salah satu bahan dalam liquid rokok elektrik. Vape biasanya mengandung nikotin dan banyak bahan tambahan serta bahan kimia lainnya. Bahkan koil pemanas, yang memungkinkan cairan menjadi aerosol yang dapat dihirup, melepaskan zat kimia baru dan jejak logam yang masuk ke paru-paru pengguna.

Beberapa bahan tambahan yang ditemukan dalam e-liquid berbahaya, bahkan mematikan. Misalnya, vitamin E asetat telah diindikasikan dalam EVALI, yang merupakan singkatan dari penggunaan produk rokok elektrik atau vaping terkait cedera paru-paru. Ini adalah sindrom yang berpotensi fatal terkait dengan vaping, dan sindrom ini meningkat pada tahun 2019.

Vitamin E asetat boleh dikonsumsi, tetapi berbahaya jika dihirup.

"Tidak ada keraguan tentang hal itu. Beberapa hasil rontgen dada pasien EVALI menunjukkan tanda-tanda iritasi kimia berminyak pada paru-paru," kata Blaha dikutip dari laman resmi John Hopkins Medicine.

"Jadi saat menghirup vape, kita tidak tahu apa yang 'aman'. Anda mungkin bisa makan sesuatu dengan aman, tapi jika Anda menghirupnya, mungkin ada efek yang berbahaya," sambungnya.

Sumber
gunliejack
gunliejack memberi reputasi
1
561
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Tampilkan semua post
d.caesarAvatar border
d.caesar
#2
Nah loh..baca tuh britanya... Udah paling bener sebat mah emoticon-Cool
tanahliatliat
tanahliatliat memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.